“Jarak” Masjid
Oleh Agung Kuswantoro
Dalam pengamatan saya, ada orang yang rumah dekat dari Masjid, namun salat jamaah, tidak di Masjid yang dekat rumahnya. Sebaliknya, ada orang yang rumahnya jauh dari Masjid, namun salat jamaahnya di Masjid yang jauh dari rumahnya.
Misal lagi, Masjidil Haram yang jauh dari Indonesia. Namun, tiap waktu, orang beramai-ramai ke Masjidil Haram, meskipun jauh untuk melaksanakan umroh dan menunggu hingga diberangkatan jadwal Haji.
Lalu, mucul pertanyaan, “Mengapa ada masjid yang jauh itu menjadi tempat rujukan, dalam beribadah? Sebaliknya, ada masjid yang dekat (belum) menjadi rujukan dalam beribadah?”
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya mencoba merenung. Sebagai orang yang pernah ke Masjid. Kelihatannya: pertanyaan tersebut tidak perlu dijawab. Karena, biarlah hati yang menjawab, bukan akal yang menjawabnya.
Bisa jadi, secara akal, bisa direncanakan untuk mengatur strategi agar Masjid menjadi makmur (baca: ramai kegiatan ibadah). Namun, secara “batin” Masjid, belum tentu rencana tersebut diterima.
Bisa jadi, pendekatan pengelolaan Masjid itu berbeda dengan pengelolaan rumah atau sekolah. Dengan perencanan yang matang, rinci, detail, dan sempurna untuk mendapatkan level, kategori “makmur” sebuah Masjid belum tentu terwujud.
Mungkin, biarlah Allah yang menentukan dan menetapkan dalam hal ini. Masjid adalah “Rumah Allah”, Allah yang memilih hak untuk mengatur “Rumahnya”. Sesempurna manusia merencanakan “Rumah Allah” tersebut, belum tentu sejalan/sepemikiran/sekehendak Allah. Wa ‘allahu ‘alam.
Semarang, 31 Mei 2022
Ditulis Di GKS bersama Pak Avi, Pak Miko dan Mas Wahid “Pesona” jam 11.30 – 11.45 Wib.
Recent Comments