Hujjah Ahli Sunnah Wal Jamaah
Oleh Agung Kuswantoro
Adalah kitab “Hujjah Ahli Sunnah Wal Jamaah”, sebuah kitab yang mengantarkan saya mengenai pemahaman permasalahan-permasalahan Islam. Isinya sangat simpel membahas pahala ganjaran/pahala mengirim doa dan sedekah kepada orang yang meninggal, sholat sunah qobliyah Jumat, talqin mayit setelah dikubur, sholat tarawih, pahala puasa bulan Ramadan dan Syawal, ziarah kubur, nikmat dan siksa kubur, ziarah ke makan Rasulullah, dan tawasul kepada para Nabi, wali, dan orang yang sholih.
Dari kitab ini, saya betul “dibukakan” berbagai pendapat mengenai keislaman. Kitabnya tidak tebal, namun isinya sangat fundamental. Bagi saya yang orang awam menjadi dasar untuk memahami Islam. Misal, ada kasus orang sholat Jumat, datang terlambat saat Imam sedang tahyat akhir. Maka, berdasarkan pendapat-pendapat dari ahli dalam kitab ini, mengatakan agar saat melanjutkan sholat yang terlambat dengan sholat dhuhur.
Artinya, ia sholat empat rokaat. “solla ala nawa, nawa wala shola”. Kurang lebih dalilnya, seperti itu. Niat dengan sholat Jumat, namun pelaksanaannya sholat Dhuhur. Apa pasal, bisa melakukan seperti itu? Karena, salah satu alasannya yaitu ia telah meninggal atau tidak mendengarkan dua khutbah jumat, dimana kedua khutbah Jumat itu, hukumnya wajib didengarkan bagi seorang makmum.
Pemahaman-pemahaman inilah yang saya “jumpai” dalam kitab ini. Butuh pemahaman yang mendalam dalam memaknai kitab ini. Saya dulu diampu oleh KH. Romadlon SZ dalam mata pelajaran Tauhid. Tanggal 27 November 1997, saya mengkhatamkan kitab ini. Saya belajar kitab ini di Madrasah Salafiyah Kauman Pemalang. Begitu menikmati saat belajar ini. Waktu itu, saya kelas 3 SMP.
Ada ulasan mengenai kitab ini di Suara Merdeka edisi Sabtu, 9 Mei 2020 yang ditulis oleh H. Samsul Munir Amin (Ketua Komisi Dakwah MUI, kabupaten Wonosobo dan Wakil Rektor III UNSIQ Wonosobo). Saat saya membaca ulasan inni, langsung ingatan saya tertuju kepada masa lalu saya dimana pernah belajar dengan KH. Romadlon SZ. Melalui beliaulah saya menjadi dibuka pemahaman mengenai Islam.
Yuk, bagi yang sedang belajar untuk semangat untuk “menimba” ilmu. Kegunaan ilmu itu sangat “awet”. Buktinya, saya belajar waktu SMP (1997). Sekarang, lagi belajar lagi di Doktoral (2020), namun ilmunya masih membekas. Dan, Alhamdulillah bermanfaat sekali. Jadi, tidak ada yang sia-sia saat belajar itu. Percaya?
Semarang, 2 Juni 2020
Ditulis di Rumah, jam 03.45-04.10 WIB.
Recent Comments