Tirulah, Pak Dawud!
Oleh Agung Kuswantoro
Masa pandemi Covid-19 ini adalah masa sulit bagi orang dalam bekerja. Bekerja di kantor saja diberi izin untuk kerja di Rumah. Sekolah dan perkuliahan juga tidak ada kegiatan tatap muka. Bisa dikatakan sepi keadaan saat ini.
Dampak dari sepinya suatu tempat karena pandemi Covid -19 ini adalah para penjual, pedagang, bakul, dan orang yang menawarkan barang di jalan itu sedikit pembeli.
Saya kasihan melihat mereka. Banyak pedagang yang masih banyak barang dagangannya. Mau ditawarkan kemana lagi? Keadaan juga sepi.
Namun, “pemandangan” ini tidak berlaku bagi Pak Dawud. Pak Dawud adalah penjual ayam dan bebek goreng, rica-rica ayam dan bebek, dan makanan berasa pedas di Sekaran, Gunungpati, Semarang.
Tiap jam makan siang, Alhamdulillah warung tersebut ramai. Apalagi, jika hari libur, bisa dipastikan akan ada terpakir kendaraan pribadi berjajar di depan warungnya.
Dalam pikiran saya bertanya: “Mengapa Pak Dawud bisa melakukan itu?” Jawaban saya, karena, Pak Dawud sudah melakukan proses perjalanan bisnis/dagang yang panjang. Ia mengikuti dan menikmati proses kesuksesan. Ia tidak asal tiru-tiru dalam berbisnis.
Bisa jadi, ia punya “jurus” dalam meracik sambel dan bumbu makanan dalam daging ayam dan bebek yang lezat.
Perjalanan dan kibrah Pak Dawud sudah tidak diragukan lagi. Tahan banting, istilahnya dalam berbisnis. Dalam keadaan apa pun, ia tetap sabar dan tenang. Ia mampu menyelesaikan setiap masalah.
Hasilnya, apa? Sukses! Terbukti. Walaupun dalam keadaan susah dalam mencari uang, namun cita rasa dan daya tarik Pak Dawud atas ayam dan bebek goreng tetap menjadi rujukan dan “perburuan” untuk mengisi perut kosong.
Jika Anda tidak percaya? Cobalah datang ke warungnya. Silakan nikmati dan rasakan masakannya. Syukur, mau mengajak saya untuk makan siang di sana, pasti akan saya temani. Yuk, jadilah Pak Dawud-Pak Dawud berikutnya. Tetap semangat dalam menjalani kehidupan ini. Salam sukses. [].
Semarang, 26 Agustus 2020
Ditulis di Rumah, jam 22.40-23.00 WIB.
Recent Comments