Menata Diri (1): Niat Baik
Oleh Agung Kuswantoro
“Sesungguhnya nilai amal itu ditentukan oleh niat dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Niat ada dalam hati. Niat terbaik adalah yang ditujukan kepada Allah Swt. Itulah yang membedakan perbuatan manusia (human creations) dan perbuatan hewan (animal creations).
Perbuatan binatang, tanpa melibatkan niat. Sedangkan, perbuatan manusia melibatkan niat. Niat “spiritualitas” inilah yang harus dicari oleh seorang mukmin. Ciri perbuatan yang ada niatnya adalah perencanaan yang matang. Karena niat adalah sifat hati/kalbu. Sifat hati lebih kuat dari perbuatan. Sejatinya perbuatan membersihkan hati agar mengenal Allah Swt.
Niat adalah konsep matang dan penuh kesadaran dalam diri mengenai perbuatan yang akan dilakukan. Berarti dalam niat ada perencanaan/programming yang baik. Pakar ilmu menajemen mengatakan suatu pekerjaan tanpa perencanaan yang baik (baca: niat), maka sulit untuk mendapatkan output dan outcome terbaik.
Sebagai penutup saya mengutip tulisan Prof. KH. Nasaruddin Umar (2021, hal. 5) yaitu: mengilustrasikan/mencontohkan perbuatan hubungan suami istri yang tidak melibatkan niat dan spiritualitas, melainkan hanya nafsu semata, maka sesungguhnya yang berhubungan suami istri itu adalah binatang (animal sexuality/seksualitas hewan). Akibatnya pun bisa ditebak bahwa yang lahir dari perbuatan itu adalah “anak binatang”. Jangan selalu menyalahkan anak-anak remaja sekarang diwarnai dengan tawuran dan perkelahian karena mereka/remaja itu adalah produk animal working/pekerjaan hewan. Apapun produk animal working/pekerjaan hewan akan berpotensi merugikan orang lain. Sungguh hewan yang bekerja (baca: suami istri tersebut) menguntungkan diri sendiri.
Marilah “luruskan niat” baik kita. Sekali lagi harus lurus dan benar. Jangan sampai “perbuatan hewan” ada dalam diri kita. Karena kita memiliki niat spiritual yang kuat. Dimana, Allah Swt adalah tujuan kita untuk bersandar. []
Semarang, 5 OKtober 2021
Ditulis di Rumah jam 04.30 – 05.00 WIB.
Sumber rujukan: Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar. 2021. Menjalani Hidup Salikin. Jakarta: penerbit Gramedia PT Widiasarana Indonesia.
Recent Comments