Author Archive

• Sunday, March 25th, 2018

Melihat Video Pembelajaran “Perkantoran”
Oleh Agung Kuswantoro

Setelah mengenalkan konsep dasar dan gambaran media di prodi administrasi perkantoran, pada pertemuan kali ini, saya mengajak mahasiswa untuk melihat media pembelajaran tentang administrasi perkantoran. Sumber video tersebut berasal dari Youtube. Ada jenis-jenis video yang saya kategorikan sebagai media dengan materi bersifat kognitif dan media dengan materi bersifat praktek.

Saat materi praktek, saya menyajikan orang asing yang sedang menata record (arsip dinamis). Modelnya adalah orang asing dengan berbahasa Inggris. Bagus sekali, ada penjelasan dan alat-alat yang sederhana. Tak sesusah apa yang dibayangkan orang. Justru, konsepnya ia dapat dipraktekkan. Konsep adalah teorinya. Teorinya adalah intinya.

Dengan praktik secara langsung oleh peraga/model menjadikan orang mudah memahaminya. Memang video tersebut tidak ruangan (kelas), tetapi di kantor. Hal ini, menjadikan suasana pekerjaan kantor menjadi terasa. Tidak model pembelajaran, tetapi praktik dengan suasana yang apa adanya di kantor. Hal ini sesuai dengan kondisinya. Pas, istilahnya.

Peralatan yang ditampilkan pun menarik. Warna dan guidenya begitu enak dipandang dan rapi. Jadi, tidak sekadar ucapan (teori) saja, tetapi juga fasilitas pun mempengaruhi. Disinilah, letak medianya. Keterpaduan antara teori, alat, dan komunikasinya. Jadi, ketiganya adalah sistem. Sistem adalah proses yang saling terkait. Teori tanpa alat, maka medianya jelas tidak bisa tercapai tujuannya. Alat tanpa komunikasi, maka pesannya juga tidak tersampaikan. Itulah, cara kerja media.

Kemudian, saya juga menampilkan video yang bersifat kognitif yaitu pemahaman administrasi. Dalam video tersebut terlihat ada seseorang yang sedang diwawancarai mengenai administrasi perkantoran. Jawaban-jawaban dari responden, kemudian dikumpulkan oleh peneliti. Peneliti dalam hal ini adalah pembuat media. Model medianya adalah mencari pendapat seseorang untuk dikaji sebagai dasar dalam menuliskan konsep-konsep administrasi perkantoran.

Selain, kedua video tersebut di atas, saya juga menampilkan mengenai cara menghitung laporan keuangan sederhana dengan excel. Hal ini, saya tampilkan karena salah satu pekerjaan kantor adalah menghitung. Program menghitung yang ditawarkan oleh computer yang termudah dan familier adalah program office excel. Nah disinilah, petunjuk dan langkah-langkah yang harus diperhatikan oleh orang yang akan belajar cara menghitung laporan dengan excel. Hal yang terpenting adalah penulisan rumus matematika, suara yang menjelaskan media, dan alur cara pengerjaaan dengan video. Melalui cara ini, maka media akan mudah dinikmati oleh orang. Tidak hanya orang yang berlatar belakang administrasi perkantoran.

Sekarang, tugas Anda adalah pelajari dan pahami karakteristik dari masing-masing yang melekat atau berkaitan dengan administrasi. Biar mudah, buatlah peta konsepnya. Lalu, pahami karakteristik dari masing-masing unsur yang Anda buat. Misal, dalam administrasi ada unsur-unsur administrasi. Buatkan bagannya. Lalu, diperhatikan unsur-unsur tersebut, apakah termasuk ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Atau, dari sisi lain seperti pekerjaan kantor. Jabarkan saja, pekerajaan-pekerjaan kantor, lalu pahami karakteristik dari pekerjaan kantor. Jika sudah menemukan karakteristiknya, lalu identifikasikan media apa yang cocok. Silakan dianalisis.

Semarang, 25 Maret 2018

• Saturday, March 24th, 2018

Pemimpin Zaman Now Harus Memberi Teladan

Oleh Agung Kuswantoro

 

Saat ini, banyak orang menjadi pemimpin. Buktinya apa? Saat Pilkada, orang berbondong-bondong mengajukan menjadi Cagub, Cawagup, Calon Bupati, Calon Wakil Bupati, Calon Walikota, dan Calon Wakil Walikota. Kelihatannya, mudah sekali dan peminatnya tinggi untuk menjadi pemimpin.

 

Lalu, sebenarnya, apa yang harus dipersiapkan pemimpin pada saat ini? Menurut saya, yang sering orang (termasuk pemimpin) itu teladan. Pemimpin yang memberikan teladan itu masih minim. Terlebih, di zaman Now, banyak orang yang ingin mau menjadi pemimpin. Tetapi, cek pribadinya. Apakah sudah termasuk pribadi yang patut diteladani?

 

Rentan saat ini, media sosial menjadi “senjata” seseorang untuk menjatuhkan antar pemimpin satu dengan yang lain.  Jika ia melakukan itu, maka ia tidak patut menjadi teladan. Teladan menjadi sesuatu yang penting bagi calon pemimpin dan pemimpin saat ini. Karena, kita “miskin” teladan dari pemimpin.

 

Saya selalu bersandar kepada Nabi Muhammad SAW sebagai teladan terbaik/uswatun khazanah untuk level manusia. Terlebih pemimpin/calon pemimpin. Ia harus mencontoh kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. menurut saya, meneladani atas perilaku Nabi Muhammad SAW sebagai umat Islam itu wajib.

 

Itulah, teladan yang harus dimiliki oleh pemimpin/calon pemimpin Zaman Now. Sebagai umat Islam wajib meneladani Nabi Muhammad SAW. Mari kita jaga perilaku kita, karena kita adalah pemimpin.

 

Semarang, 22 Maret 2018

 

 

Agung Kuswantoro, dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang (UNNES) dan penulis buku, HP 08179599354

 

• Friday, March 23rd, 2018

Bahagia

Oleh Agung Kuswantoro

 

Alhamdulillah bisa mengaji bersama dengan para Jamaah. Kajian fiqih malam Rabunan di Masjid Nurul Iman. Kebanyakan yang hadir adalah orang kampung. Mahasiswa hanya 4 orang.

 

Materi yang saya sampaikan adalah wudhu, mulai dari rukun, sunnah, dan batal wudhu. Sederhana dan praktis, sifat materinya. Tidak bertele-tele. Langsung pada praktik. Sehingga, saya sering mempraktikkan/memperagakan maksud dari apa yang saya sampaikan.

 

Rujukan utama nya, jelas kitab Safinatunnajah. Konsep saya sampaikan terlebih dahulu. Lalu, aplikasi dari perbuatan wudhu. Misal, konsep niat. Saya jabarkan apa itu niat, seperti tempat dan pelafalan niat. Setelah itu, contoh niat dalam suatu perbuatan/ibadah.

 

Pada kajian tersebut, saya merasa bahagia sekali, karena ada dua jamaah dari ibu-ibu yang bertanya. Pertanyaannya, jelas sederhana dan simpel. Saya pun, Alhamdulillah bisa menjawabnya, dengan simpel dan sederhana dari kitab rujukan yang saya bawa.

 

Alhamdulillah jawaban saya diterima oleh mereka. Sekali lagi, saya bahagia sekali dengan 2 pertanyaan dari ibu-ibu. Inilah ngaji. Tidak mencari yang benar dan salah. Tidak mengatakan kamu yang benar, dan saya yang salah. Tetapi, ngaji itu menunjukkan inilah yang seharusnya dari apa yang telah kita pelajari. Lalu melakukannya. Tujuannya, memperbaiki kualitas ibadah kita. Bukan, mencari-cari kesalahan orang lain dari ibadah yang telah dilakukan. Semoga kajian ini membawa keberkahan untuk kita. Amin.

 

 

Semarang, 20 Maret 2018

 

 

• Friday, March 23rd, 2018

Mencari Media Pembelajaran Administrasi Perkantoran

Oleh Agung Kuswantoro

 

Berselancar di internet bersama satu kelas prodi Administrasi Perkantoran yang saya ampu dalam mata kuliah pengembangan media pembelajaran. Logika mata kuliah ini yaitu mengembangkan/menghasilkan media yang telah ada. Lalu, pertanyaan yang muncul, media apa saja yang ada dalam prodi administrasi perkantoran?

 

Pertanyaan itu pula, saya lontarkan kepada mahasiswa. Mereka terdiam. Ada yang menjawab mesin ketik, komputer, alat scan, penghancur kertas, dan alat pengganda, LCD, dan alat-alat perkantoran lainnya.

 

Menurut saya, jawaban atas mereka tidaklah salah. Namun, bagaimana yang mengembangkannya? Atau, siapa yang mengembangkannya? Misal, komputer siapa yang mengembangkan? Lalu, bagaimana pengembangannya? Mesin fotocopy, siapa yang mengembangkan dan bagaimana pengembangannya? Dan, pertanyaan yang serupa dengan alat perkantoran yang berbeda?

 

Apakah yang mengembangkan itu SAMSUNG, DELL, SONY, dan perusahaan teknologi perkantoran itu? lalu, bagaimana peran Anda dan saya sebagai pendidik, dimana akan menyampaikan “pesan” melalui media?

 

Mereka sempat diam dengan pertanyaan saya di atas. Lalu, saya mencoba buka google, mengetik media pembelajaran biologi. Munculnya alat-alat organ, peraga manusia, dan aneka media tentang hewan, dan lainnya. Saya buka google, mengetik media pembelajaran geografi. Munculnya, globe, peta, gambar gunung meletus, skema siklus air, dan lainnya. Saya mencoba buka lagi di google, mengetik media pembelajaran matematika. Munculnya alat peraga segitiga, bola, dan bangun ruang lainnya.

 

Saking penasaran, saya mencoba buka media pembelajaran administrasi perkantoran, yang keluar dari google, sama sekali tidak ada. Kebanyakan justru gambar naskah. Itu pertanda, belum ada yang mempopulerkan media administrasi perkantoran.

 

Dengan begitu, berarti jelas, bahwa masih minimnya media pembelajaran di prodi kita. Apakah Anda tahu selama 3 tahun ini dikenalkan media pembelajaran atau sosok yang sangat membawa perhatian Anda dalam menyampaikan materi dengan menggunakan media? Ada Pak, yaitu media freezi.

 

Ohya, betul. Jawab saya. Itulah pengembangan media. Bagus itu. pasti itu menariknya. Nah, seperti itulah yang dimaksudkan pengembangan media pembelajaran. Dari powerpoint ke freezi. Yang powerpoint saja, itu betul-betul powerpoint yang bagus itu, juga jarang. Poin sebagai power. Bukan, power word. Memindahkan word ke power point.

 

 

Mengenalkan media administrasi perkantoran. Anda tahu gudman pada mengetik? Anda tahu audio pada stenografi? Dan, Anda tahu e arsip pembelajaran? Jika belum, mari kita kenali satu-satu.

 

Media gudman. Kita cari saja di google. Google mengarahkan ke journal Lembar Ilmu Pendidikan (LIK). Media audio stenografi, google mengarahkan ke journal Dinamika Pendidikan. Dan e arsip pembelajaran, google mengarahkan pada jurnal Efisiensi.

 

Jelas media-media di atas adalah media yang ada di administrasi perkantoran. Mohon Anda, download artikel-artikel tersebut di jurnal yang sudah saya sebutkan dengan kata kunci sebagaimana di atas.

 

 

Pesan yang Utama

Pesan adalah materi yang akan disampaikan. Media itu alat untuk menyampaikan pesan. Perhatikan kalimat berikut ini. Saya ke kampus untuk mengajar dengan menggunakan mobil sedan Mercedes Benz. Pesannya adalah saya pergi ke kampus untuk mengajar. Medianya mobil sedan Mercedes Benz. Bisa, tidak medianya diganti? Bisa! Dengan apa? Dengan motor atau jalan kaki.

 

Jadi, intinya yang utama. Pesan itulah intinya. Pesan itulah yang utama. Bukan medianya yang dibesar-besarkan. Tetapi, pesannya tidak tersampaikan.

 

Jika Anda perhatikan dari media gudmen pada mengetik, media audio pada stenografi dan e arsip pembelajaran pada kearsipan. Jelas sekali, pesan yang disampaikan, bukan medianya. Media sebagai alat saja. Bukan tujuan utama, tetapi tujuan akan mudah digapai, jika ada media yang memadai. Oleh karenanya, penekanannya, pahami pesannya dahulu, lalu cari yang tepat medianya. Bukan medianya dicari-cari dulu, tetapi pesannya tidak paham.

 

Bagaimana memahami pesan? Pesan adalah ilmunya. Pelajari ilmunya yang dalam, seperti mengetik, kearsipan, dan stenografi. Kuasai betul teori-teorinya, maka akan muncul proses bisnisnya. Seperti media gudmen itu ada proses bisnisnya. Media audio, jelas ada prosedur penggunannya. Dan e arsip prosedur penggunannya. Dan, e arsip pembelajaran, jelas ada kaidahnya.

 

Jangan lupa, lakukan validitas dan reliabilitas atas alat tersebut. saya yakin ada pakarnya. Jika Anda berhasil melakukan itu, pasti muncul media pembelajaran. Ciptakan saja. Mari berkreasi!

 

 

Semarang, 20 Maret 2018

 

 

 

 

 

• Wednesday, March 21st, 2018

Mencari Sosok Pakar Media Pembelajaran

Oleh Agung Kuswantoro

 

Selama 9 tahun saya mengajar di UNNES, tepatnya prodi pendidikan administrasi perkantoran, jurusan pendidikan ekonomi UNNES. Alhamdulillah sudah menghasilkan 12 buku dari mata kuliah yang saya ampu. Pada semester ini (genap 2017/2018), saya diberi mandat untuk menyampaikan mata kuliah Pengembangan Media Pembelajaran.

 

Pertama kali mendapatkan SK mengajar mata kuliah ini, terasa “shock”, karena bingung apa yang akan saya sampaikan. Berkaca pada dosen senior, bahwa inti mata kuliah ini adalah mahasiswa mampu membuat media pembelajaran sesuai dengan kompetensinya. Kemudian, saya memahami Rencana Pembelajaran Semester (RPS), ternyata referensi dari media pembelajaran sangat minim.

 

Penasaran saya terkait referensi yang minim. Saya membuka google scholar, muncullah Azhar Arsyad. Sosok ini, saya kenal sejak mahasiswa (2002-2006). Kebetulan, skripsi saya berkaitan dengan pembuatan media pembelajaran stenografi, yaitu pembelajaran stenografi dengan media audio.

 

Sitasi buku tersebut sangat tinggi, yaitu 9572 (scholar per 19 Maret 2018). Lalu, saya mencoba membuka sosok Azhar Arsyad. Ia adalah dosen di Universitas Islam Alauddin Makassar. Selain, karyanya berupa buku media pendidikan. Ia pun pernah menulis bahasa Arab dan metode pengajarannya dan buku Pokok-Pokok Manajemen: Pengetahuan praktis bagi pimpinan dan eksekutif. Melihat profilnya, ia memang konsen dibidang pendidikan. Namun, pada konteks media, saya belum mendapatkan “greget”nya. Ia adalah guru besar ilmu manajemen dan pendidikan bahasa Arab.

 

Penelusuran saya pun masih berlanjut. Kemudian, saya bertemu dengan Adi Nurcahyono. Dosen UNNES berasal dari FMIPA. Ia masih muda. Ia pernah memberikan materi media pembelajaran saat PEKERTI. Saya tertarik dengan “media” yang ia terapkan di kelas. Khususnya media berbasis teknologi informasi. Ia konsen pada media pembelajaran  matematika. Hal yang menarik dari Adi Nur Cahyono yaitu penggunaan media pembelajaran berbasis IT. Ia mampu memperagakan pertanyaan-pertanyaan secara online, dimana dapat dijawab melalui HP android. Selain itu, ia menunjukkan e learning yang ia bangun sendiri dengan kapasitas tertentu.

 

Kemudian, saya juga bertemu dengan Romi Satrio Wahono. Dosen Ilmu Komputer UDINUS. Bagus sekali artikel-artikelnya. Saya membaca pengalaman-pengalamannya di websitenya. Menunjukkan ia tokoh media pembelajaran. Ia pun sering menjadi juri dalam lomba media pembelajaran.

 

Sesuatu yang menarik perhatian saya, yaitu ia mampu menjelaskan aspek dan kriteria penilaian media pembelajaran, meliputi aspek rekayasa perangkat lunak, desain pembelajaran, dan komunikasi visual. Dari masing-masing aspek tersebut terdapat beberapa indikator yang harus dipahami oleh pembuat media pembelajaran.

 

Trend pembelajaran sekarang berbasis media sosial. Ada peneliti dari Madrid membuat desain pembelajaran berbasis media sosial. Ia meneliti social media learning. Analisisnya bagus sekali. Silakan bisa dibaca dengan kata kunci di google social media. Learning: an approach for composition of multimedia interactive object in a collaborative learning environment. Penelitinya bernama Ivan Claris dan Ruth Cobos dari Universitad Autonoma de Madric, Spanyol.

 

Nah, sekarang bagaimana dengan pendidikan administrasi perkantoran? Oh, jadi ingat saya pun pernah membuat penelitian terkait dengan media pembelajaran pada mengetik manual yaitu gudman. Pernah dimuat di jurnal Lembar Ilmu Pendidikan. Saya pun mengembangkan media pembelajaran e arsip pembelajaran untuk mata kuliah/mata pelajaran kearsipan. Selain itu, juga media audio pada mata kuliah stenografi dan pernah dipublikasikan di Jurnal Dinamika Pendidikan. Mari kita kembangkan diri. Ciptakan media pembelajaran berbasis Administrasi Perkantoran. Agar kita semakin cinta pada prodi kita.

 

 

Semarang, 19 Maret 2018

 

 

• Friday, March 16th, 2018

Pak Kasturi Bertanya

Oleh Agung Kuswantoro

 

Segala sesuatu yang mendapatkan reaksi/respon itu pertanda ada ketertarikan. Dalam komunikasi dikenal dengan nama feedback/umpan balik. Feedback bagi saya adalah hadiah setelah saya memberikan/menyampaikan materi. Feedbacknya berupa pertanyaan.

 

Kajian fiqih malam Rabu yang saya lakukan bersama Jamaah, ternyata mendapatkan feedback dari Jamaah, bernama Pak Kasturi. Ia bertanya mengenai sholat masbuiq/terlambat.

 

Secara soal pertanyaan sebenarnya, belum masuk pada kajian pada malam tersebut. Dimana materi yang kita kaji tentang wudhu. Namun, saya jawab saja, karena sudah mau bertanya. Itu sudah sebuah hadiah bagi saya. Terlebih, ia berasal dari warga kampung.

 

Senang saya dengan pertanyaannya. Jawaban saya pun semoga bisa diterima. Saya mengibaratkan kejadian ini adalah saya pelayan bagi dia. Melayani. Itu saja, sederhana.

 

Semoga kajian ini bisa memberi manfaat untuk kita. Ngaji dari hal-hal yang kita lakukan, untuk menjadikan lebih baik dalam beribadah. Amin.

 

 

Semarang, 15 Maret 2018

• Wednesday, November 29th, 2017

Oleh Agung Kuswantoro

 

Emha Ainun Najib atau Cak Nun sangat piawai dan cerdas. Tidak harus sekolah yang tinggi, strata satu saja, tidak lulus. Namun, ilmu mengenai “hikmah” – menurut saya – sangat luar biasa sekali. Segala sesuatu yang ada di sekitar kita, menjadi sangat berharga, jika kita mengetahuinya.

 

Hidup itu indah. Hidup itu menjalan. Hidup itu harus disyukuri. Hidup itu, tidak ada yang susah. Hidup itu, tidak ada yang bersedih. Dan, hidup itu tak ada yang beban. Hidup itu, mengalir saja. Itu yang saya rasakan, setelah membaca buku ini. Buku yang berjudul Hidup Itu Harus Pintar Ngegas & Ngerem, karya Cak Nun.

 

Buku ini sebenarnya belajar ilmu Sufi – mungkin istilah yang tepat – karena mempelajari hakikat kehidupan. Kajiannya dalam buku ini, sangat tinggi. Namun, kepiawaian Cak Nun dalam membuat perumpamaan atau analogi itu sangat mudah. Ia membuat perumpamaan yang ada disekitar kita. Saya yakin, orang awam mengetahui perupamaan-perumpamaan tersebut. Sederhana sekali, perumpamaannya. Didalam buku tersebut sangat banyak. Oleh karenanya, menurut Ahmad Najib selaku pengantar dan penerbit memberikan judul “Kabar Langit dengan Bahasa Bumi”. Jelaslah, maknanya langit sebagai simbol pesan dari Allah yang dimaknai oleh manusia. Dalam memaknai itulah dibutuhkan alat yaitu bahasa. Disinilah letak  bahasa Cak Nun yang sangat membumi. “Membumi” yang sangat menyentuh manusia dari golongan mana pun.

 

Awal membaca buku ini, saya kesulitan untuk memaknai. Kemudian, saya membaca ulang, Alhamdulillah, ternyata Cak Nun itu luar biasa. Mampu memberikan makna yang orang jarang mengetahuinya. Bahkan, ia menggunakan pendekatan ilmu Fiqih, Tajwid, Nahwu, Shorof, dan Tasawuf. Ilmu-ilmu itu yang saya belum pahami, menjadikan saya belajar dengan mudah. Mengapa mudah? Karena Cak Nun menuntun saya (sebagai pembaca) dengan bahasa bumi- uang relatif – bisa dicerna oleh orang awam seperti saya.

 

Awalnya, saya pernah belajar bahwa hidup itu seperti “ngegas” dan “ngerem”, setelah membaca buku ini, menjadikan saya “ngegasnya” tambah banter dan “ngerem-nya” tambah pakem. Mengapa demikian? Karena, kita tambah pandai. Sehingga, saya sepakat dengan judul dalam buku tersebut dengan kata “harus pintar”. Kalau tidak pintar, maka akan “nyasar”. Kalau tidak direm, maka akan nabrak. Dan, kalau tidak digas akan berhenti atau glundung. Lalu, bagaimana? Harus tetap jalan, tetapi pelan. Tetapi, dengan membaca buku ini, menjadikan kita cepat dan tepat.

 

Artinya, cepat itu tidak kebawa kepada perbuatan negatif. Dan, tepat itu sesuai dengan koridor agama Islam. Imbanglah, istilahnya. Awalnya, hidup saya banyak “ngeremnya”. Tetapi setelah membaca buku ini, ternyata ngerem, juga harus pandai. Sebaliknya, saat “ngegas” juga harus pandai pula, agar tidak nabrak.

 

Mari, kita lihat nasihat Cak Nun berikut:

Jangan memasuki suatu sistem yang membuat Anda melampiaskan diri. Tapi, dekat-dekatlah dengan sahabat yang membuat Anda mengendalikan diri. Karena, Islam itu mengendalikan, bukan melampiaskan. Hidup itu harus bisa ngegas dan ngerem”.

 

Sangat jelas nasihatnya. Itulah pesan yang ada dalam buku itu. Mari, kita jeli dan pandai dalam memerankan hidup. Saya yang merasa “kurang” ilmu, menjadikan buku ini sebagai acuan hidup. Terima kasih, Cak Nun, atas ilmu-ilmunya. Semoga, Bapak sehat selalu. Amin.

 

Semarang, 26 November 2017

• Wednesday, November 22nd, 2017

Sisi Lain Arsip

Oleh Agung Kuswantoro

 

Bicara arsip, biasanya orang akan mencarinya, saat ia kehilangan akan arsip tersebut.  Bingung atas keberadaan arsip yang hilang. Dan, biasanya, ia mencari saat ada suatu kepentingan, bahkan kasus. Lihatlah, kasus di Negara kita, Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Itu dikategorikan sebagai Daftar Pencarian Arsip (DPA). Negara ini, “bingung” akan keberadaan arsip bersejarah tersebut, sehingga informasi yang ada dalam arsip tersebut menjadi kurang ampuh. “Keampuhan” isi dari Supersemar pun, tak sekuat waktu zaman saya Sekolah Dasar (SD), sekitar tahun 1990an.

 

Demikian juga, orang bicara arsip, kebanyakan pada sisi teknis. Apa itu teknis? Yaitu penataan. Jika kita perhatikan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan, ada petunjuk mengenai arsip dinamis dan statis. Sangat jelas, bagaimana cara mengelolanya. Pengelolaan arsip dinamis meliputi dari penciptaan, penggunaan dan pemeliharaan, serta penyusutan arsip (Undang-Undang Nomor 43/ 2009 Pasal 1 ayat 25), sedangkan pengelolaan arsip statis meliputi akuisisi, (baca:pemindahan), pengelolaan preservasi, dan akses arsip statis (Undang-Undang Nomor 43/ 2009 Pasal 59 ayat 2).

 

Menurut saya, melihat arsip tidak cukup dari sisi penataan saja. Ada hal-hal yang menarik dari arsip itu. Apa itu? Misal, diorama, kilas balik (sejarah), pameran, buku kearsipan, dan telusur arsip. Selain itu berbicara arsip, juga tidak terlepas dari kebijakan, sarana dan prasarana, sumber daya manusia (arsiparis/penata arsip) dan keuangan.

 

Mari kita lihat satu-satu. Pertama, diaroma. Diorama adalah sejenis benda miniatur tiga dimensi untuk menggambarkan suatu pemandangan atau suatu adegan (www.wikipedia.com). Dalam perkembangannya–menurut saya– diaroma disajikan dalam bentuk video, sebagaimana yang sering kita lihat. Orang akan tertarik dan mengambil suatu “nilai” dari arsip tersebut (arsip yang disajikan dalam diaroma). Orang menjadi tahu melalui diaroma.

 

Kedua, sejarah atau kilas balik “perjalanan” suatu peristiwa. Sejarah berasal dari kata syajarotun, yang artinya pohon. Sejarah adalah rekaman perputaran masa dan pergantian kekuasaan yang terjadi pada masa lalu (Ibnu Khaldun dalam www.kanalinfo.web.id). Nah pertanyannya, bagaimana merangkai itu semua? Sumbernya dari mana? Jawabnya, jelas arsip. Ingat, arsip itu tidak hanya dari kertas saja.

 

Ketiga, pameran. Pameran adalah pertunjukan, hasil karya, seni, barang produksi dan lainnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Arsip pun layak kita dipamerkan. Di IPB, UI, dan UGM rutin menyelanggarakan pameran arsip. Masyarakat menjadi tahu mengenai arsip-arsip yang ada di lembaga tersebut.

 

Keempat, buku kearsipan. Arsip yang dipelajari dapat kita susun menjadi sebuah buku, seperti buku-buku sejarah. Demikian juga pengalaman dalam mengelola atau menata arsip dapat kita tulis menjadi sebuah buku. Seperti arsiparis UGM yang sangat sukses dengan dunia kearsipan yaitu Muscliihah. Ia menuliskan buku tentang pengalaman kearsipannya, bukunya berjudul Bunga Rampai Kearsipan. Demikian juga, Profesor Nandang. Ia adalah pakar hukum bidang kearsipan. Beberapa produk hukum tentang kearsipan, ia kaji, hingga menghasilkan buku.

 

Kelima, telusur arsip. Telusur arsip merupakan kegiatan untuk mengetahui informasi yang terkandung dalam suatu arsip. Misal, menelusuri sejarah IKIP Semarang. Bagaimana asal mulanya? Siapa rektor pertamanya? Letak pertama kali, ada dimana? Dan, pertanyaan lainnya. Otomatis, nanti kita akan ada tokoh yang ada di balik arsip tersebut. Kita akan melakukan pendekatan berupa wawancara. Tujuannya, agar mendapatkan informasi yang utuh dan rinci. Itulah telusur.

 

Kelima hal tersebut terlihat dari sisi arsip. Namun, saat berbicara sisi arsip tersebut, maka tidak bisa lepas komponen-komponen yang ada dalam kearsipan. Apa saja itu? Komponen tersebut adalah kebijakan dan sumber daya seperti SDM (arsiparis), sarana dan prasarana (mobile file, filing cabinet, map, dan box), serta keuangan (program kearsipan). Berikut contoh abstrak hasil penelitian.

 

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui kebijakan penyelenggaran kearsipan Fakultas Ekonomi UNNES, (2) Untuk mengetahui pembinaan kearsipan Fakultas Ekonomi UNNES, dan (3) Untuk mengetahui sumber daya kearsipan Fakultas Ekonomi UNNES. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Subjek  penelitan  ini adalah arsiparis atau penata dokumen, tata usaha, dan Wakil Dekan bidang Administrasi Umum. Kebijakan kearsipan di FE UNNES sudah ada yaitu SK Dekan FE UNNES Nomor 84/TU/2015 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan FE UNNES dan SK Dekan FE UNNES Nomor 83/TU/2015 tentang Pedoman Pola Klasifikasi kearsipan di Lingkungan FE UNNES. Pembinaan kearsipan FE UNNES dilakukan dengan cara pelatihan dan bimbingan teknis yang dilakukan oleh Fakultas, Universitas, dan lembaga diklat. Sarana dan prasarana kearsipan FE UNNES berupa record center atau depo arsip yang menyimpan arsip-arsip Fakultas. Fasilitas record center meliputi mobile file, box arsip, map, dan odner. Anggaran kearsipan dilakukan dengan mengajukan proposal kegiatan berupa pelatihan dan workshop kearsipan yang ditujukan kepada Wakil Dekan bidang Administrasi Umum. Selain untuk anggaran pelatihan dan workshop juga, ada anggaran untuk fasilitas kearsipan. Saran dalam penelitian ini adalah (1) Penata arsip lebih intensif dalam melakukan pekerjaan kearsipan di record center. Penata arsip lebih fokus dalam mengelola kearsipan dibanding dengan mengelola administrasi lainnya, (2) Perlu ada standar jam kerja bagi penata arsip di record center, agar arsip-arsip yang di record center dapat dikelola lebih baik lagi, (3) Pimpinan perlu mengevaluasi secara periodik kearsipan, mulai dari arsip yang disimpan oleh subunit dan jurusan, sehingga keberlangsungan (keberadaan) arsip dapat dikontrol.

 

 

 

Itulah hasil penelitian yang saya lakukan. Dari tulisan diatas, dapat disimpulkan bahwa

  1. Berbicara arsip tak semata-mata pada ranah teknis, tetapi ada sisi lain, yaitu diaroma, sejarah, pameran, buku, dan telusur arsip. Namun, sisi lain arsip dapat ditampilkan, jika pengelolaan arsipnya baik.
  2. Dalam pengelolaan kearsipan dibutuhkan kebijakan dan sumber daya. Sumber daya meliputi arsiparis, sarana dan prasarana dan pendanaan.

Itu saja, semoga bermanfaat tulisan ini.

 

 

Agung Kuswantoro,  Dosen Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang

 

Materi disampaikan di workshop kearsipan Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi UNNES, Semarang, 23 November 2017

 

Daftar Pustaka

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2017. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama.

 

Kuswantoro, A dan Pramusinto, H. 2017. Penyelenggaraan Kearsipan Fakultas Ekonomi Unnes (Ditinjau Dari Kebijakan Kearsipan, Pembinaan Kearsipan,  dan Sumber Daya Kearsipan). Hasil Penelitian.

 

Ibnu Khaldun dalam www.kanalinfo.web.id

ww.wikipedia.com

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan

• Monday, November 20th, 2017

Sarana Menuju Ke Surga (3)

Oleh Agung Kuswantoro

 

Setelah Nabi Muhammad SAW bertanya mengenai amalan yang bisa menyebabkan masuk surga dan terhindar dari api neraka. Kemudian, Nabi Muhammad menanyakan kepada Mu’adz yaitu “Maukah, Engkau (Mu’adz), beritahu tentang pintu-pintu surga?” Mu’adz menjawab: “Ya, Rasul mengatakan: “Pintu-pintu surga itu adalah (1) puasa, (2) sedekah, dan (3) sholatul lail. Rosul menjelaskan, bahwa puasa adalah benteng, sedekah itu akan menghapus (mematikan) kesalahan, sebagaimana air mematikan api. Saat Nabi Muhammad SAW mengatakan sholatul lail, kemudian Nabi Muhammad membaca ayat yang ada di surat Assajadah (tataja fa junubuhum ‘anil madho ji’i).

 

Hal ini menunjukkan ada kaitan sholatul lail dengan ayat tersebut. Menurut saya, hadist ini banyak menunjukkan “gerak-gerik” Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikannya. Nabi Muhammad SAW sangat aktif berkomunikasi dengan Mu’adz, bahkan gesture (gerakan) Nabi Muhammad sangat terlihat dalam percakapan dengan Mu’adz, sebagaimana tadi, yaitu Nabi Muhammad SAW langsung membaca ayat tataja fa junubuhum ‘anil madhoji’i dan seterusnya. Nabi Muhammad SWA menuntun kepada seseorang untuk beramal menuju surga. Adapun amalan tersebut yaitu (1) menyembah Allah dan tidak menyekutukannya, (2) mendirikan sholat, (3) membayar zakat, (4) puasa di bulan Ramadhan, dan (5) naik haji, jika mampu.

 

Lalu, hadist ini memaparkan tentang pintu surga. Adapun pintu-pintu surga yaitu puasa, sedekah, dan sholat malam. Setelah menjelaskan pintu-pintu surga, Nabi Muhammad SAW menjelaskan tentang pokok perkara, tiang, dan puncaknya. Nabi Muhammad SAW menjawabnya, Islam, sholat, dan jihad. Setelah itu, perbuatan yang bisa mengantarkan ketiga perkara adalah menjaga lisan. Bisa dikatakan inti dari hadist ini adalah menjaga lisan.

 

Sisi lain dari hadist ini yaitu Nabi Muhammad SAW sangat dekat dengan Mu’adz hingga bertanya berkali-kali. Hadis ini tidak semata-mata diucapkan dengan lisan, tetapi juga perbuatan. Buktinya saat mengatakan “jagalah ini”. Nabi Muhammad SAW mengarahkan jarinya ke mulutnya. Sehingga Mu’adz pun menjadi paham akan yang dimaksudkannya. Selesai.

 

 

 

Semarang, 20 November 2017

 

 

• Monday, November 20th, 2017

Sarana Menuju Ke Surga (2)

Oleh Agung Kuswantoro

 

Setelah Nabi Muhammad SAW menyampaikan tentang pintu-pintu surga, kemudian Nabi Muhammad SAW bertanya kepada Mu’adz, “Hai Mu’adz, maukah saya tunjukkan pokok dari segala perkara, tiang, dan puncaknya?” Nabi Muhammad SAW melanjutkan dengan jawabannya, yaitu “pokok sebuah perkara adalah Islam, tiangnya adalah sholat, dan puncaknya adalah jihad”.

 

Perbincangan antara Mu’adz dan Nabi Muhammad pun belum selesai. Kemudian, Nabi Muhammad SAW berkata kepada Mua’adz “Maukah saya beritahu sesuatu yang jika kalian laksanakan akan dapat memiliki semuanya?” Maksud dari memiliki semua itu yaitu Islam, sholat, dan jihad. Nabi Muhammad SAW langsung memegang lisannya. Lalu, mengatakan “Jagalah ini dari perkataan kotor/buruk”.

 

Jawaban Nabi Muhammad SAW menegaskan, bahwa pentingnya menjaga lisan, menjaga lisan dapat mengantarkan kepada perbuatan baik. Sebaliknya, akibat dari tidak menjaga lisan menyebabkan seseorang dapat terjungkal wajahnya di neraka di atas hidungnya.

 

Jika saya runtutkan dari hadist yang kemarin kita bicarakan, bahwa hadist ini maknanya, bisa dikatakan, Nabi Muhammad SAW memberikan dalil mengenai sholatul lail. Hadist ini belum selesai, masih ada lanjutannya. Waallahu’alam.

 

 

Semarang, 19 November 2017