• Monday, April 09th, 2018

Mencari Kantor Allah
Oleh Agung Kuswantoro

Kantor adalah tempat orang melakukan kerja. Itulah definisi tentang kantor. Ada prakata menarik tentang “kantor” (baca: tempat bekerja). Dalam buku Mukjizat Al-Qur’an: Ditinjau Dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Ghaib, karangan Quraish Shihab (2014). Penulis (Quraish Shihab) mengantarkan pembaca dengan dialog/cerita antra Laplace dengan Napoleon Bonaparte. Napoleon bertanya kepada Laplace, “Dimanakah Anda menemukan tempat pemeliharaan Tuhan dalam sistem alam raya ini?” Lalpace, yang notabene astronom Perancis kenamaan tersebut, dengan tegas menjawabnya, “Saya tidak bisa menjawabnya”.

Sayang, pertanyaan Napoleon Bonaparte tidak bisa dijawab oleh sang pakar. Andaikan bisa dijawab, maka pertanyaan serupa tidak akan muncul. Disinilah, perlu ada jawaban yang memuaskan. Pertanyaan Napoleon Bonaparte itu wajar, namun jawaban Laplace seperti anak kecil, dimana tidak bisa menjawabnya.

Logika sederhananya, jika ada gelas jatuh ke bumi yang telah ia pecahkan: Apakah harus dijawab dengan teori daya tarik bumi? Jika tidak bisa dengan teori daya tarik bumi, lalu, adakah teori yang lainnya?

Setelah Laplace tidak bisa menjawab pertanyaan Napoleon Baonaparte. Konon, harga diri Laplace menjadi berkurang atas keilmuannya. Sekali lagi, sayang sekali, Laplace tidak menjawabnya. Andaikan ia menjawab dengan pendekatan teori daya tarik bumi, sah-sah saja. Ada atau tidak adanya (daya tarik bumi) atas gelas yang jatuh ke bumi dibalik peristiwa tersebut ada “sesuatu yang diluar kemampuan manusia”. Sesuatu yang mengagumkan. Alam raya dan isinya adalah keajaiban yang disebutkan oleh Alqur’an yaitu ayat atau tanda-tanda kekuasaan Allah. Setiap muslim harus percaya akan hal ini.

Ilustrasi, ada orang sakit parah. Ia tidak mau minum obat dan terapi tradisional. Namun ia sembuh dari penyakitnya. Lalu, apakah kita tidak percaya? Sebagai orang mukmin harus percaya karena Allah telah menyembuhkannya.

Jadi, kembali ke pertanyaan di awal. Dimanakah kantor Allah untuk mengatur tata surya dan sistem kerja alam ini? Saya menjawabnya itu semua kejadian luar biasa yang menunjukkan keesaan Allah. Hal ni adalah pertanda kuasa-Nya. Semua tanda tertulis ada di Alqur’an. Kantor Allah atas kejadian ini ada di hati, yaitu keimanan. Kejadian ini semua adalah luar biasa yang diluar nalar manusia.

Itulah pertanyaan Napoleon Bonaparte yang ditujukan ke Laplace. Bukan kepada saya. Saya hanya membaca dan memahami serta mendengarlan cerita Quraish Shihab.

Rembang, 31 Maret 2018

• Thursday, April 05th, 2018

Sholat Sebagai Kebutuhan Atau Kewajiban?

Oleh Agung Kuswantoro

 

Satu pekan lagi, kita akan memperingati peristiwa Isra’ Mi’raj. Isra’ Mi’raj adalah salah satu mukjizat yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW. mengapa disebut mukjizat? Karena, peristiwa tersebut mengandung unsur “keluarbiasaan” pada saat itu dan kini.

 

Lazimnya, orang saat bepergian jauh membutuhkan waktu berjam-jam. Bahkan, berhari-hari. Namun,  Isra’ Mi’raj membutuhkan waktu yang singkat. Bahasa Alqur’an “lailan”. Tidak hanya perjalanan dari Mekah (Masjidil Haram) ke Palestina (Masjidil Aqsa). Tetapi juga ke atas, yaitu langit ke tujuh. Lazimnya, orang saat menuju ke atas, membutuhkan roket. Namun, Nabi Muhammad SAW tidak. Beliau menggunakan hewan bernama Buroq. Ia adalah hewan yang ada di surga.

 

Peristiwa luar biasa, yang terlibat pun luar biasa. Tokoh yang menyertai Nabi Muhammad SAW, juga luar biasa. Ada malaikat Jibril, yang terlibat secara langsung dengan nabi Muhammad SAW untuk melaksanakan visi suci. Proses yang luar biasa, hasilnya pun luar biasa. Orang yang terlibat saja “bersih”, hasilnya pun “suci”. Hasil dari peristiwa itu adalah sholat. Sholat adalah pesaannya. Dan, sholat adalah “oleh-olehnya”.

 

Mari kita cek, pesan yang ada dalam sholat itu. Banyak yang menduga bahwa sholat baru disyariatkan/dihukum wajibkan oleh Allah SWT saat peristiwa Isra’ Mi’raj. Dugaan itu keliru. Padahal sejak zaman suku Tsaqif pun sudah ada sholat. Suku Tsaqif menginginkan masuk Islam, tetapi ingin dibebaskan dari ibadah sholat. Sebagaimana hadist Nabi Muhammad SAW: “Tidak ada baiknya suatu agama tanpa rukuk dan sujud (sholat). HR Abu Dawud dan At Tirmidzy)

 

Karena itu pula, shalat dikenal dalam semua agama, kecuali waktu, cara, dan bilangannya dapat berbeda-beda. Shalat lima kali sehari semalam inilah yang diwajibkan ketika peristiwa Mi’raj. Sebelum peristiwa itu pun, Nabi Muhammad SAW bersama sahabat-sahabatnya telah shalat menghadap Ilahi, minimal dua kali dalam sehari semalam, yaitu pagi dan petang.

 

Dalam Alqur’an disebutkan bahwa Aqimus sholah wa atuz sakat. Dirikanlah sholat dan tunaikan zakat. Secara Nahwu kalimat di atas adalah bentuk fiil amar (perintah). Dalam kaidah Usul Fiqih disebutkan “segala sesuatu yang bentuknya perintah adalah wajib.” Oleh karenanya peristiwa sholat adalah wajib.

 

Jadi, tidak benar apa yang dilakukan oleh suku Tsaqif, bahwa mereka ingin beragama Islam tetapi tidak melaksanakan ibadah sholat. Secara tauhid disebutkan, bahwa salah satu rukun Islam adalah sholat. Sholat menduduki nomor dua, setelah Syahadat. Namanya saja, rukun. Jadi, segala sesuatu harus dipenuhi oleh orang yang telah bersyahadat dan mengatakan dirinya Islam. Oleh karenanya, tidak tepat jika orang Islam, tetapi tidak sholat. Karena sholat hukumnya wajib sebagaimana dalil di atas.

 

Karena, perbuatan itu wajib, maka segala sesuatu yang menyertainya menjadi wajib. Misal, sebelum sholat ada pekerjaan bernama wudhu. Maka, sebelum sholat harus wudhu. Wudhu hukumnya menjadi wajib. Karena sholat adalah pekerjaan wajib. Tidak sah sholat seseorang, tanpa ia melakukan wudhu.

 

Ilustrasinya, gelar sarjana bisa diraih, apakah telah menempuh 145 SKS (misal). Tidak bisa, seseorang tiba-tiba mendapatkan gelar sarjana, tanpa menempuh 145 SKS. Gelar sarjana itu pun wajib diikuti dengan 145 SKS. Jika ia memperoleh gelar sarjana, tanpa menempuh perkuliahan, maka gelar sarjananya cacat hukum.

 

Sama halnya, dengan sholat. Sholat bisa dikatakan sah, apabila telah berwudhu sesuai dengan syariat/fiqih. Wudhu dulu, baru sholat. Kuliah dulu, baru sarjana. Kurang lebih logikanya seperti itu.

 

Jika kita mengacu pada ayat di atas, apakah sholat itu kebutuhan? Menghadapkan jiwa raga kepada Allah merupakan kewajiban keagamaan. Karena agama, sebagaimana diakui dan diyakini oleh setiap penganutnya itu menetapkan bahwa Allah adalah Penguasa dan Pengatur alam raya. Dia yang menguasai hidup dan kehidupan manusia. Dia Maha Mutlak, Mahakuasa, dan Maha Sempurna dalam segala sifat keutamaan yang wajar disandang-Nya.

 

Dengan shalat, seseorang mengangungkan Tuhan yang diyakini. Shalat yang diajarkan Islam mengarah kepada dua substansi pokok. Pertama adalah penghormatan dan pengagungan tulus serta penyerahan diri kepada Yang Maha Esa itu. Segala bentuk penghormatan yang dikenal umat manusia dapat ditemukan dalam tatacara shalat umat Islam. Bukankah ada bentuk pengagungan dengan berdiri tegak, atau mengangkat kedua tangan. Atau rukuk, ata sujud, atau puji-pujian. Semua itu terdapat dalam shalat.

 

Mari kita cermati dalam fiqih. Takbirotul ihrom. Takbirotul itu takbir. Ihrom itu haram. Takbir kok haram? Maknanya, setelah kita takbir, kita haram untuk makan, minum, tidur, tertawa, dan aktivitas lainnya. Padahal, aktivitas tersebut halal untuk dilakukan. Tetapi, setelah kita takbir dalam perbuatan tersebut, maka menjadi haram.

 

Rukuk adalah simbol “kelemahan”. Dalam karate atau pencak silat ada istilah “kuda-kuda”. “Kuda-kuda” masih ada kekuatan kaki yang melebar dan siap untuk menahan. Pada sholat, ada rukuk. Bentuk/posisi yang lemah. Saat orang mendorong ke depan dari belakang, maka dapat dipastikan ia akan jatuh. Demikian juga, saat didorong dari samping, dapat dipastikan ia akan jatuh pula. Oleh karenanya, kita disunahkan/dianjurkan bacaan yang mensucikan Allah Yang Maha Agung, karena posisi kita saat itu lemah, yaitu rukuk. Bacaannya adalah subhanal robiyal adzimi wabihamdihi.

 

Sama halnya takbir. Tangan diangkat ke atas, sebagai simbol kepasrahan total kepada Allah. Saat ada Polisi yang menangkap seseorang, ia mengatakan ‘angkat tangan’. Itu, maknanya pasrah atau tidak ada perlawanan. Demikian juga takbir, kepastahannya diserahkan ke Allah sebagai Dzat Yang Maha Hidup. Kemudian, ia membaca doa ‘inna solati wanusuki wa mahyaya wa wamti lillahi raobbil ‘alamin.

 

Kedua, shalat dibutuhkan manusia karena shalat adalah salah satu dari “makanan bergizi” yang dibutuhkan jiwa manusia. Tanpa shalat jiwa mengerdil, bahkan lumpuh. Manusia, lebih-lebih para ilmuan, membutuhkan kepastian tentang tata kerja alam ini demi pengembangan ilmu dan penerapannya. Kepastian ini tidak dapat diperoleh, kecuali dengan keyakinan tentang wujudnya pengendali dan penguasa tunggal Yang Maha Esa.

 

 

Disisi lain, manusia adalah makhluk yang memililiki naluri cemas dan harap. Ia selalu membutuhkan sandaran, lebih-lebih pada saat-saat cemas. Kenyataan sehari-hari membuktikan bahwa bersandar kepada makhluk, betapapun kekuatan dan kekuasaannya sering kali tidak membuahkan hasil. Yang mampu hanyalah Tuhan semata. Di sini sekali lagi terlihat kebutuhan manusia kepada shalat yang kali ini adalah kebutuhan kalbu, jiwa, dan perasannya.

 

Hanya lima kali sehari Allah mewajibkan kita menghadap kepada-Nya. Malu rasanya yang telah mendapat anugerah-Nya yang tidak terbilang justru mengabaikan kewajiban itu, apalagi shalat bukan untuk kepentingan-Nya, tapi kepentingan dan kebutuhan kita sendiri.

 

Sholat diwajibkan kepada umat muslim hanya 5 kali sehari semalam. Malu pula rasanya apabila hanya pada saat-saat kepepet/terdesak, pada saat cemas dan mengharap, baru kita berkunjung kehadirat-Nya, dengan berkata, “Yang penting saya menghormati dengan hati, tanpa harus mengikuti ketentuan yang ditetapkan,” Karena itu, jangan mempermasalahkan Allah apabila Dia tidak menghiraukan yang datang tanpa menampakkan kebutuhan kepada-Nya atau tidak memuja dan memuji-Nya sepenuh hati. Kelak, Allah menjawab: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, tetapi engkau melupakannya (mengabaikannya), maka demikian pula hari ini engkau dilupakan (diabaikan Allah).

 

Sebagai penutup ada beberapa kesimpulan, yaitu

  1. Sholat adalah kewajiban umat Islam. Karena hukumnya wajib, maka segala sesuatu yang menyertai juga menjadi wajib. Wudhu menjadi wajib. Tidak benar jika ada yang mengatakan wudhu itu tidak wajib.
  2. Sholat tak sekadar kewajiban saja, tetapi kebutuhan akan jiwa manusia. Perhatikanlah simbol-simbol gerakan didalamnya. Ada penyerahan diri dan penghambaan seorang hamba kepada Tuhannya, yaitu Allah.
  3. Jaga sholat kita, karena sholat lima waktu sudah dipotong sepersepuluh dari ketentuan awal yang diperoleh oleh Nabi Muhammad SAW yaitu 50 kali sehari semalam. Malu rasanya, jika kita meninggalkannya, setelah “dipotong” jumlah kewajibannya.

 

Demikian tulisan yang singkat ini, semoga bisa bermanfaat dan melakukannya.  Amin.

• Wednesday, April 04th, 2018

Apa Bedanya Dokumen dan Arsip (Record)

Oleh Agung Kuswantoro

 

Buku yang saya baca karya Azad Adam (2007), menjelaskan bahwa ada perbedaan dokumen dan arsip. Dokumen segala sesuatu yang memiliki sumber informasi. Dokumen dapat dirubah bentuknya. Sedangkan arsip itu informasi yang ada dalam suatu dokumen dan ia tidak bisa dirubah.

 

Itulah definisi yang saya tangkap dari perbedaan dokumen dan arsip di buku berbahasa Inggris itu. penulis buku tersebut – menurut  saya – beraliran Amerika sekali. Dokumen, record, dan file saja dibedakan.

 

Bagaimana di Indonesia?

Menurut saya, rujukanya jelas Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan. Arsip itu ada dinamis dan statis. Pada intinya seperti itu. ini pula berdampak pada penamaan suatu tempat arsip di Perguruan Tinggi (PT), seperti Depo Arsip. Mengapa depo arsip? Karena, rujukannya adalah Undang-Undang tersebut. Ada PT menggunakan istilah record center dan central file. Sah-sah saja menurut saya. Yang terpenting fungsi dan tujuan dari tempat tersebut itu jelas.

 

Salam arsip,

• Monday, April 02nd, 2018

Oleh Agung Kuswantoro

 

Pada pertemuan keempat ini, saya mengajak mahasiswa untuk berdiskusi. Mereka membentuk kelompok dengan jumlah 5 orang. Mereka akan berdiskusi pemilihan media. Sebelumnya, mereka telah membuat peta konsep (mind mapping) pada pertemuan ketiga secara individu berdasarkan kemampuan atau pemahamannya.

 

Sekarang, mereka berkelompok. Tujuannya agar pemikiran yang individu menjadi bersama. Saling ada masukannya. Pastinya, berdasarkan teori. Bukan berdasarkan pemahaman mereka. Teori menjadi rujukannya. Mind mapping harus mereka buat terlebih dahulu secara berkelompok. Setelah mind mapping dibuat, kemudian kelompok menentukan satu materi atau satu focus saja untuk ditentukan pemilihan media yang mana.

 

Perlu dipahami, bahwa pemilihan media perlu ada pertimbangan-pertimbangan yang harus dipelajari. Silakan buka buku Azhar Arsyad (2015) halaman 67 hingga 78. Disitu dijelaskan secara detail pertimbangan-pertimbangannya, seperti motivasi, perbedaan individual, tujuan pembelajaran, organisasi isi, persiapan sebelum belajar, emosi, partisipasi, umpan balik, penguatan (reinforcement), latihan dan pengulangan, serta penerapan.

 

Tak kalah pentingnya, Azhar Arsyad menekankan pada kategori pembelajaran yaitu menghafal, menerapkan keterampilan, mengaitkan hubungan-hubungan, dan berpikir lebih tinggi. Disinilah, media harus diperhatikan.

 

Oleh karenanya, media itu tidak seakan-akan harus atau wajib tampil dengan video. Atau, media dengan power point. Bisa juga, media dengan sterofom. Itulah keharusan yang tidak sesuai dengan pertimbangan media. Media harus diperhatikan kriterianya.

 

Petakan terlebih dahulu materi-materinya. Dengan cara seperti itu, kita akan melihat kebutuhan media yang sesuai. Sekali lagi, media itu alat. Pesanlah yang lebih penting. Pertimbangkan kriteria menggunakan alat, agar pesannya tersampaikan dengan baik dan lancar.

• Friday, March 30th, 2018

Meluangkan Waktu

Oleh Agung Kuswantoro

 

Luangkang waktu Anda untuk menulis. Menulis itu penting untuk menguai pemikiran kita. Jangan abaikan menulis. Sesibuk apa pun, luangkan waktu untuk menulis. Dalam keadaan apa pun pula. Tetaplah luangkan waktu.

 

Jangan bilang “sibuk” atau “tidak ada waktu” untuk menulis. Pemikiran Andalah yang membuat sempit untuk menulis. Sibuk dan tidak ada waktu, jangan dibawa-bawa untuk berkreasi. Menulis itu berkreasi mengeluarkan segala sesuatu yang ada di pikiran. Oleh karenanya, menulislah. Luangkan waktu, meskipun 15 menit untuk menulis.

 

Semarang, 28 Maret 2018

• Friday, March 30th, 2018

Kapan Dimulai Elektronik Arsip?
Oleh Agung Kuswantoro

Azad Adam (2007) melalui bukunya yang berjudul Implementing Electronic Domument and Record Management, mengantarkan saya pada sejarah elektronik arsip (e arsip). Di Amerika istilah e arsip dikenal dengan sebutan EDMS (Electronical Document Management System).

EDMS di Amerika dikenal sejak tahun 1990-an. Mulai hal yang sederhana berbasis folder dan file. Inilah cikal bakal EDMS. Penulis (Azhad Adam) meramal bahwa EDMS kelak menjadi trend pasar. Coba perhatikan sekarang, sudah terbukti bukan? Inilah ramalan akademis yang tepat. Penuh dengan bukti ilmiah. Itulah sejak EDMS yang tertulis dibab awal buku tersebut.

Semarang, 28 Maret 2018

• Wednesday, March 28th, 2018

1 Kesuksesan 1000 Kegagalan
Oleh Agung Kuswantoro

Saat ada puluhan/ratusan tepuk tangan disitulah letak kekuatan hati kita harus dijaga. Jangan mengatakan dalam hati, “Yang lebih keras” tepuk tangannya”. Atau, “Ayo, puji Aku yang lebih banyak”. Jika perasaan itu ada dalam diri kita, maka jangan banggalah Anda. Justru, Anda ada dalam posisi sedih.

Lalu, bagaimana? Saat ada orang lain yang memuji atas satu kesuksesan Anda. Libatkanlah Tuhan dalam kondisi tersebut. perbanyak perkataan, “Alhamdulillah”. Jaga hati, Anda. Jangan menjadikan tepuk tangan Anda menjadi “lupa daratan” atas kesuksesan tersebut.

Perbanyak juga dzikir dengan kalimat “Allah Akbar, Allah Akbar”. Yang dibesarkan nama Allah, bukan nama Anda yang mendapatkan satu kesuksesan.

Janganlah lihat satu kesuksesan itu. tetapi, lihatlah kegagalannya. Satu keberhasilan produk ada ratusan orang yang komplain atas produk yang telah atau sedang Anda kembangkan. Jadi, tetaplah merunduk. Jaga hati Anda. Allah ada dimana-mana. Ingat nama Allah yang disebut. Bukan, nama Anda.

Semarang, 26 Maret 2018

• Sunday, March 25th, 2018

Melihat Video Pembelajaran “Perkantoran”
Oleh Agung Kuswantoro

Setelah mengenalkan konsep dasar dan gambaran media di prodi administrasi perkantoran, pada pertemuan kali ini, saya mengajak mahasiswa untuk melihat media pembelajaran tentang administrasi perkantoran. Sumber video tersebut berasal dari Youtube. Ada jenis-jenis video yang saya kategorikan sebagai media dengan materi bersifat kognitif dan media dengan materi bersifat praktek.

Saat materi praktek, saya menyajikan orang asing yang sedang menata record (arsip dinamis). Modelnya adalah orang asing dengan berbahasa Inggris. Bagus sekali, ada penjelasan dan alat-alat yang sederhana. Tak sesusah apa yang dibayangkan orang. Justru, konsepnya ia dapat dipraktekkan. Konsep adalah teorinya. Teorinya adalah intinya.

Dengan praktik secara langsung oleh peraga/model menjadikan orang mudah memahaminya. Memang video tersebut tidak ruangan (kelas), tetapi di kantor. Hal ini, menjadikan suasana pekerjaan kantor menjadi terasa. Tidak model pembelajaran, tetapi praktik dengan suasana yang apa adanya di kantor. Hal ini sesuai dengan kondisinya. Pas, istilahnya.

Peralatan yang ditampilkan pun menarik. Warna dan guidenya begitu enak dipandang dan rapi. Jadi, tidak sekadar ucapan (teori) saja, tetapi juga fasilitas pun mempengaruhi. Disinilah, letak medianya. Keterpaduan antara teori, alat, dan komunikasinya. Jadi, ketiganya adalah sistem. Sistem adalah proses yang saling terkait. Teori tanpa alat, maka medianya jelas tidak bisa tercapai tujuannya. Alat tanpa komunikasi, maka pesannya juga tidak tersampaikan. Itulah, cara kerja media.

Kemudian, saya juga menampilkan video yang bersifat kognitif yaitu pemahaman administrasi. Dalam video tersebut terlihat ada seseorang yang sedang diwawancarai mengenai administrasi perkantoran. Jawaban-jawaban dari responden, kemudian dikumpulkan oleh peneliti. Peneliti dalam hal ini adalah pembuat media. Model medianya adalah mencari pendapat seseorang untuk dikaji sebagai dasar dalam menuliskan konsep-konsep administrasi perkantoran.

Selain, kedua video tersebut di atas, saya juga menampilkan mengenai cara menghitung laporan keuangan sederhana dengan excel. Hal ini, saya tampilkan karena salah satu pekerjaan kantor adalah menghitung. Program menghitung yang ditawarkan oleh computer yang termudah dan familier adalah program office excel. Nah disinilah, petunjuk dan langkah-langkah yang harus diperhatikan oleh orang yang akan belajar cara menghitung laporan dengan excel. Hal yang terpenting adalah penulisan rumus matematika, suara yang menjelaskan media, dan alur cara pengerjaaan dengan video. Melalui cara ini, maka media akan mudah dinikmati oleh orang. Tidak hanya orang yang berlatar belakang administrasi perkantoran.

Sekarang, tugas Anda adalah pelajari dan pahami karakteristik dari masing-masing yang melekat atau berkaitan dengan administrasi. Biar mudah, buatlah peta konsepnya. Lalu, pahami karakteristik dari masing-masing unsur yang Anda buat. Misal, dalam administrasi ada unsur-unsur administrasi. Buatkan bagannya. Lalu, diperhatikan unsur-unsur tersebut, apakah termasuk ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Atau, dari sisi lain seperti pekerjaan kantor. Jabarkan saja, pekerajaan-pekerjaan kantor, lalu pahami karakteristik dari pekerjaan kantor. Jika sudah menemukan karakteristiknya, lalu identifikasikan media apa yang cocok. Silakan dianalisis.

Semarang, 25 Maret 2018

• Saturday, March 24th, 2018

Pemimpin Zaman Now Harus Memberi Teladan

Oleh Agung Kuswantoro

 

Saat ini, banyak orang menjadi pemimpin. Buktinya apa? Saat Pilkada, orang berbondong-bondong mengajukan menjadi Cagub, Cawagup, Calon Bupati, Calon Wakil Bupati, Calon Walikota, dan Calon Wakil Walikota. Kelihatannya, mudah sekali dan peminatnya tinggi untuk menjadi pemimpin.

 

Lalu, sebenarnya, apa yang harus dipersiapkan pemimpin pada saat ini? Menurut saya, yang sering orang (termasuk pemimpin) itu teladan. Pemimpin yang memberikan teladan itu masih minim. Terlebih, di zaman Now, banyak orang yang ingin mau menjadi pemimpin. Tetapi, cek pribadinya. Apakah sudah termasuk pribadi yang patut diteladani?

 

Rentan saat ini, media sosial menjadi “senjata” seseorang untuk menjatuhkan antar pemimpin satu dengan yang lain.  Jika ia melakukan itu, maka ia tidak patut menjadi teladan. Teladan menjadi sesuatu yang penting bagi calon pemimpin dan pemimpin saat ini. Karena, kita “miskin” teladan dari pemimpin.

 

Saya selalu bersandar kepada Nabi Muhammad SAW sebagai teladan terbaik/uswatun khazanah untuk level manusia. Terlebih pemimpin/calon pemimpin. Ia harus mencontoh kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. menurut saya, meneladani atas perilaku Nabi Muhammad SAW sebagai umat Islam itu wajib.

 

Itulah, teladan yang harus dimiliki oleh pemimpin/calon pemimpin Zaman Now. Sebagai umat Islam wajib meneladani Nabi Muhammad SAW. Mari kita jaga perilaku kita, karena kita adalah pemimpin.

 

Semarang, 22 Maret 2018

 

 

Agung Kuswantoro, dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang (UNNES) dan penulis buku, HP 08179599354

 

• Friday, March 23rd, 2018

Bahagia

Oleh Agung Kuswantoro

 

Alhamdulillah bisa mengaji bersama dengan para Jamaah. Kajian fiqih malam Rabunan di Masjid Nurul Iman. Kebanyakan yang hadir adalah orang kampung. Mahasiswa hanya 4 orang.

 

Materi yang saya sampaikan adalah wudhu, mulai dari rukun, sunnah, dan batal wudhu. Sederhana dan praktis, sifat materinya. Tidak bertele-tele. Langsung pada praktik. Sehingga, saya sering mempraktikkan/memperagakan maksud dari apa yang saya sampaikan.

 

Rujukan utama nya, jelas kitab Safinatunnajah. Konsep saya sampaikan terlebih dahulu. Lalu, aplikasi dari perbuatan wudhu. Misal, konsep niat. Saya jabarkan apa itu niat, seperti tempat dan pelafalan niat. Setelah itu, contoh niat dalam suatu perbuatan/ibadah.

 

Pada kajian tersebut, saya merasa bahagia sekali, karena ada dua jamaah dari ibu-ibu yang bertanya. Pertanyaannya, jelas sederhana dan simpel. Saya pun, Alhamdulillah bisa menjawabnya, dengan simpel dan sederhana dari kitab rujukan yang saya bawa.

 

Alhamdulillah jawaban saya diterima oleh mereka. Sekali lagi, saya bahagia sekali dengan 2 pertanyaan dari ibu-ibu. Inilah ngaji. Tidak mencari yang benar dan salah. Tidak mengatakan kamu yang benar, dan saya yang salah. Tetapi, ngaji itu menunjukkan inilah yang seharusnya dari apa yang telah kita pelajari. Lalu melakukannya. Tujuannya, memperbaiki kualitas ibadah kita. Bukan, mencari-cari kesalahan orang lain dari ibadah yang telah dilakukan. Semoga kajian ini membawa keberkahan untuk kita. Amin.

 

 

Semarang, 20 Maret 2018