Akhir Cerita Pemilik Kebun
Oleh Agung Kuswantoro
Pembahasan kita telah masuk pada tahap akhir dari kisah pemilik kebun yang dikisahkan dalam surat Alkahfi. Akhirnya, Allah menghancurkan kebun milik orang kafir yang sombong, dengan mendatangkan hujan lebat disertai petir. Hujan dan petir memporak-porandakan kebun milik orang Kafir. Air hujan surut dan membanjiri kebunnya. Pohon-pohon yang ada di kebun tersebut pun tersambar petir. Kurang lebih gambarannya seperti itu.
Kalimat yang diucapkan oleh pemilik kebun tersebut yaitu “Aduh, sekiranya dulu aku tidak mempersekutukan Tuhanku dengan seorang pun”. Jika kita perhatikan, kalimat tersebut adalah bentuk penyesalan orang kafir atas tindakannya yang melupakan Allah. Ia lebih memilih kekayaan dan “perhiasan” dunia dibanding dengan beribadah kepada Allah. Ia lupa akan karunia Allah. Ia tergoda oleh kenikmatan dunia. Namun, penyesalan itu sudah tidak ada artinya. Karena Allah sudah memberikan azab padanya.
Allah tidak bisa menolongnya. Dan tidak ada seorang atau makhluk satupun yang bisa menolongnya, sebagaimana firman Allah dalam QS. Alkahfi ayat 43 yaitu, “Dan tidak ada bagi dia segolong pun yang akan menolongnya selain Allah, dan sekali-kali ia tidak dapat membela dirinya”.
Ayat di atas menunjukkan ketegasan Allah terhadap sikap orang kafir (baca: pemilik kebun) yang telah lalai akan perintah Allah di dunia. Bahkan, menghina pemilik kebun orang muslim. Inti dari pembahasan tentang kebun adalah (1) manusia harus bersyukur terhadap nikmat Allah, (2) jangan lalai terhadap nikmat Allah, (3) peringatan (baca: azab) Allah pasti akan datang bagi hamba yang lalai akan nikmat Allah, (4) hanya Allah-lah penolong yang paling hak, bukan manusia. Penolong dalam keadaan apapun.
Semoga pembelajaran mengenai pemilik kebun bisa kita ambil hikmahnya. Dan, semoga kita bukan termasuk bagian dari kisah pemilik kebun orang kafir. Amin
Semarang, 17 November 2017
Recent Comments