Archive for ◊ April, 2018 ◊

• Monday, April 30th, 2018

Gunakan Teori Yang Tepat dan Jelaskan

Oleh Agung Kuswantoro

 

Teori adalah “pondasi” dalam sebuah penelitian. Istilahnya, kajian teori. Mengapa kajian? Karena, sebagai landasan dari kajian yang akan diselesaikan/digunakan dalam menyelesaikan suatu penelitian/masalah.

 

Jangan, asal copy paste saja. Pernah, saya membaca skripsi, dimana ada teori yang “ampuh” biasa digunakan dalam hierarki kebutuhan manusia. Sebagian orang sudah pasti mengetahui teori tersebut milik Maslow. Bahkan, ada hierarkinya. Saat saya membaca sebuah skripsi, ternyata teori tersebut bukan milik Maslow. Teori tersebut dijadikan variabel. Jelas, berdampak fatal. Karena, teori-teori yang ia tuliskan, bukan milik Maslow. Padahal, jelas dari penjelasannya, milik Maslow.

 

Saya bertanya kepada pemilik skripsi tersebut untuk mengecek dari kutipannya. Saya menyarankan untuk membaca buku rujukan yang ia salin. Alhasil, ternyata milik Maslow. Berarti dalam skripsi tersebut harus ada kalimat “Maslow dalam penulis siapa (tahun, halaman)”. Inilah yang saya maksudkan, gunakan teori yang tepat. Setelah tepat memilih teori, kemduian dijelaskan.

 

Jangan sampai teorinya sedikit, lalu jumlah pertanyaan instrumennya banyak sekali. Berarti teori tersebut perlu dijelaskan lagi. Itu saja, semoga bermanfaat.

 

 

Jakarta, 27 April 2018

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

• Monday, April 30th, 2018

Membuat Struktur Folder

Oleh Agung Kuswantoro

 

Setelah mempelajari metadata, kita dianjurkan untuk belajar juga cara pembuatan folder. Pembuatan folder ini sangat penting dalam pencarian file yang akan dan telah  disimpan. Cara yang termudah dalam membuat folder adalah struktur dari setiap materi/file yang ada dalam organisasi. Ibarat di organisasi, susunan folder terdiri dari sub-suborganisasi.

 

Misal, folder pelayan. Didalamnya terdapat folder makanan, kesehatan, publik, dan folder sub lainnya. Kemudian, didalam subfolder kesehatan ada sub-subfolder cek/periksa, surat, catatan, dan kontak.

 

File-file yang ada kaitannya dengan folder, subfolder, dan sub-subfolder dimasukkan didalamnya. Harapannya dengan pembuatan folder ini kita mudah menemukan file yang telah disimpan. Bayangkan, file yang telah kita buat hanya disimpan saja, dalam satu folder. Lalu, apa jadinya? Jelas, susah mencarinya. Itulah gunanya membuat folder. Namun, dalam membuat folder pun ada strukturnya. Tidak asal.

 

Jakarta, 27 April 2018

 

 

• Monday, April 30th, 2018

Puasa Lisan

Oleh Agung Kuswantoro

 

Beberapa hari ini, kami (saya dan jamaah masjid Nurul Iman) mengkaji bab sunah puasa. Rujukan utama, KItab Taqrib. Di dalamnya ada penjelasan sunah puasa, salah satunya menjaga lisan.  Selain itu, ada sunah puasa yang lain seperti saur diakhir waktu dan berbuka puasa di awal waktu.

 

Justru saya penasaran, mengapa menjaga lisan termasuk sunah puasa? Melihat kedua perbuatan sunah lainnya, tidak ada dengan pekerjaan puasa. Tetapi, mengapa menjaga lisan termasuk sunah?

 

Di hari kemudian, saya membawa kitab Fathul Mu’in. Saya membuka bab sunah puasa. Salah satunya menemukan sunah puasa itu menjaga lisan. Didalamnya dijelaskan, bahwa pahala berpuasa menjadi rusak karena tidak menjaga lisan. Perbuatan dikategorikan tidak menjaga lisan yaitu berbohong, ngrasani dan memaki orang lain. Perbuatan tersebut merusak ibadah puasa. Bahkan, ada ulama yang mengatakan bahwa jika ada orang yang melakukan perbuatan di atas, maka batal puasanya.

 

Itulah pentingnya menjaga lisan. Disitulah, tidak ada kaitan antara perut dan lisan. Perut itu berkaitan dengan lapar. Lisan itu berkaitan dengan ketenangan. Obat “lapar” itu makan. Obat ‘ngrasani’ itu puasa. Jadi, itulah alasan mengapa menjaga lisan termasuk sunah (muakad). Jadi, ‘puasa’ lisan iu sangat penting. Jangan sampai puasa kita, hanya dapat haus dan lapar. Mari kita ‘puasa’ lisan saat puasa Ramadhan nanti. Janga sampai “rusak” ibadah puasa Ramadhan kita.

 

Semarang 29 April 2018

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

• Thursday, April 26th, 2018

Reliabilitas Didukung Validitas

Oleh Agung Kuswantoro

 

Saat menguji skripsi mahasiswa yang saya rasakan adalah saling belajar dengan dia. Dia adalah peneliti. Tugas saya membaca dan mengklarifikasi atas hasil penelitiannya. Bisa menambahkan, mengurangi, atau bertanya. Itu yang saya lakukan kepadanya.

 

Ada yang menarik saat saya menguji Dewi. Dimana pada reliabilitasnya menemukan 0,600. Saya pun mengeceknya dimana hasil dari referensi yang ia dapatkan termasuk reliabel. Namun, saya cocokkan pada lampirannya, saya tidak menemukan. Lampiran terkait perhitungan reliabilitas tidak ada.

 

Lalu, saya menanyakan kepadanya. “Berapa nilai reliabilitasnya?” Ia menjawab 0,587 Mengapa Anda menuliskan 0,600? Ia jawab “pembulatan, Pak”.Oh begitu”, jawab saya. “Terus, berapa ukuran/patokan reliabilitas dikatakan reliabel?” Ia menjawab 0,600. “Adakah dasarnya?” Tanya saya kepadanya.

 

Ia menjawab dari Trihendradi. “Pernah bacakan buku/referensi Trihendradi?” Tanya saya kepadanya. Ia menjawabnya “pernah”. Ada dihalaman sekian. Ujar wanita yang sudah mulai gelisah dengan pertanyaan saya.

 

Mengapa saya bertanya seperti itu? Lazimnya reliabilitas biasanya 0,700 dan 0,800. Namun, ini hanya 0,600. Itu pula pembulatan. Sebenarnya, hal ini tidak masalah. Saya mengecek nilai validitasnya, dimana untuk nilai validitas dari variabel tersebut sangat bagus. Artinya, ini sebagai pendukung dalam menentukan nilai reliabilitas variabel tersebut.

 

Jadi, nilai reliabilitasnya bisa didukung dengan nilai validitas. Dengan catatan, nilai validitasnya bagus. Namun, jika kurang bagus, maka nilai reliabilitasnya menjadi kurang kuat pula. Maknanya instrument tersebut kurang bagus. Oleh karenanya, reliabilitas dan validitas saling memberikan kontribusi.

 

Dalam pemahaman saya, bahwa penelitian kuantitatif mengutamakan reliabilitas terlebih dahulu. Hasilnya reliabel, maka dapat dikatakan dalam validitasnya diperoleh hasil valid. Ajeg-nya atau konsistennya pun jelas. Itulah pengalaman saya dengan Dewi. Selamat Dewi, Anda sukses mempertanggungjawabkan atas yang Anda tulis/penelitiannya.

 

Setelah ujian selesai, beberapa hari kemudian, Ia membawa buku yang saya tanyakan. Saya pun mempelajarinya. Inilah gunanya ujian, dimana kita saling belajar. Mari, kita belajar dan terus belajar. Jangan lupa, ikat dengan tulisan.

 

Sumber:

Trihendradi, C. 2013. Step by step IBM SPSS 21:Analisis Data Statistik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

 

 

Jakarta, 26 April 2018 ditulis di Pesawat Garuda Indonesia jam 10.47 menuju Jakarta dari Semarang

• Wednesday, April 25th, 2018

Spesifikasi Metadata Field Types (2): Habis

Oleh Agung Kuswantoro

 

Setelah mengetahui cara mengisi Filed Types atas setiap pertanyaan yang telah diajukan kepada seseorang/lembaga. Kemudian, kita akan membuat metatada. Metatada adalah gambaran sederhana dari form yang akan kita tampilkan. Metadata muncul dalam bentuk table-tabel.

 

Azad Adam (2007:58) menggambarkan tabel metatada yang kompleks berisikan kolom field name, field type, field length, formatting, dan mandatory. Field name berisikan nama lengkap, nama panggilan, tempat tanggal lahir, tempat bekerja, dan fied name lainnya. Field type berisikan alphanumeric, date, time, dan field type lainnya. Field length berisikan batasan alphanumeric pada nama lengkap yaitu 50 karakter, batasan nama panggilan pada nama panggilan yaitu 10 karakter, batasan nomor handphone yaitu tergantung pada kode Negara, tanggal lahir dengan batasan yaitu 8 karakter, dan field length lainnya.

 

Formatting berisikan cara penulisan format dari field nama. Misal, nomor HP, dimulai dengan 081 untuk Negara Indonesia, Format jam dengan 24 jam, bukan 12 jam. Jika jam 6 sore akan tertulis 18.00, bukan 06.00 PM, dan contoh formatting lainnya. Mandatory berisikan Yes atau No. kebanyakan diisikan Yes.

 

Keterangan diatas itulah yang saya sebut adalah metadata. Dari metadata ini akan muncul form yang telah dibentuk. Form ini seperti form yang manual, hanya bentuknya dalam bentuk computer yang lengkap dengan laporannya/repot.

 

Demikianlah tulisan sederhana ini, semoga bisa terus belajar. Dan, semoga bermanfaat.

 

Semarang, 25 April 2018

• Wednesday, April 25th, 2018

Nisfu Syaban

Oleh Agung Kuswantoro

 

Nisfu Syaban, Insya Allah akan jatuh pada hari Senin malam/malam Selasa (30/4/2018). Berdasarkan sumber yang saya peroleh bahwa perayaan malam Nisfu Syaban itu, bukan berdasarkan pada suatu hadis. Hingga saat ini, saya belum menemukan sebuah hadis yang mengkaji tentang Nisfu Syaban.

 

Nisfu Syaban merupakan sebuah Ijazah dari Habib Ali bin Ahmad bin Tholib Al-Athos Pekalongan, dimana pada malam 15 Syaban, kita dianjurkan untuk Sholat dua rokaat dengan rokaat pertama, setelah membaca surat Alfatihah, kemudian membaca surat Alkafirun. Pada rokaat kedua, setelah membaca surat Alfatihah, kemudian membaca surat Al-Ikhlas. Lalu, dianjurkan membaca surat Yasin sebanyak tiga kali. Adapun tujuan pembacaan masing-masing surat Yasin itu, yaitu

  1. Pembacaan surat Yasin pertama dimaksudkan untuk diberi umur panjang agar tetap beribadah kepada Allah.
  2. Pembacaan surat Yasin kedua dimaksudkan untuk mendapatkan rizki yang halal dan berkah.
  3. Pembacaan surat Yasin ketiga dimaksudkan untuk ketetapan Iman dalam hidup.

Setelah membaca Yasin tiga kali, kemudian membaca doa Nisfu Syaban. Adapaun doanya, sebagaimana yang ada dalam buku-buku surat Yasin bagian akhir. Semoga kita bisa menjalankannya. Amin.

 

Semarang, 25 April 2018

• Thursday, April 19th, 2018

Ziarah Pemikiran

Oleh Agung Kuswantoro

 

Dr. Ir. Solimun, MS dosen Universitas Brawijaya. Ia penulis buku Metode Statistik Multivariat Pemodelan Persamaan Struktural (SEM) Pendekatan Warp PLS, sangat menarik. Saya sebagai pembaca pun terasa betapa pandai dan pengalaman, ia dalam hal statistika. Sehingga, ia menuliskan buku. Buku ini, bukanlah yang pertama. Ini buku yang ketiga. Ia sangat bersemangat menuliskan buku ini.

 

Ada kalimat yang menggugah untuk saya di buku itu dan ia sendiri mengucapkan saat saya bertemu dengannya. Berikut kalimatnya: “Ziarah pemikiran orang dapat kita lakukan, bilamana kita bisa bertatap muka dan berdiskusi. Namun, jika ada kendala lokasi yang berjauhan dan waktu yang berbeda, maka ziarah ke pemikiran seseorang bisa dilakukan melalui tulisan orang bersangkutan.” Itulah kalimat yang saya ingat, dan membekas sekali untuk saya. Jadi, menulislah agar kita diziarahi oleh orang lain. Ziarah pemikiran.

 

Ziarah tidak hanya ke pemakaman/kuburan. Tetapi, ziarah ke pemikiran seseorang dibutuhkan agar kita memahami apa yang ada dibenak pemikiran penulis. Cara agar diziarahi pemikiran kita, yaitu dengan menulis. Menulislah agar kita diziarahi pemikiran kita. Ini juga sebagai awal jariyah kita hidup di dunia.

 

Semarang, 18 April 2018

• Thursday, April 19th, 2018

Memantaskan Menjadi Hamba Yang Patut Masuk Bulan Ramadhan

Oleh Agung Kuswantoro

 

Wahai, orang-orang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas sebelum kamu, agar kamu menjadi orang yang bertakwa (QS. Albaqorah:183)

 

Tak terasa sekarang kita sekarang sudah memasuki bulan Sya’ban. Orang Jawa mengatakan bulan Ruwah. Tepatnya, saat ini tanggal 4 Sya’ban 1439 H. Berarti kurang lebih ada 26 hari menuju bulan Ramadhan.

 

Ramadhan pasti akan sampai pada kita. Ia bukan tamu Allah, tetapi kita yang menjadi tamunya. Mengapa demikan? Karena, Ramadhan dapat dikatakan akan terjadi 26 hari lagi. Dapat dikatakan, ia pasti akan datang. Tetapi, kita belum tentu sampai pada hari yang ke-26 itu. Bisa jadi, faktor umur yang pendek (meninggal dunia). Bisa jadi, kita sampai pada bulan Ramadhan, tetapi fisik kita tidak memungkinkan. Atau, sakit.

 

Jadi, saat ini perbanyaklah berdoa “Allahumma balligna rojabana sya’bana wabaligna romadhona.”

 

Ya Allah sampaikan Kami semua pada bulan Rajab, Sya’ban, dan Romadon. Harapannya melalui doa ini, kita bisa sampai pada bulan Romadhon. Amin.

 

Berdasarkan informasi dari BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) bahwa saat bulan Ramadhan di Jawa masuk musim kemarau. Temperaturnya mencapai 34 derajad Celsius. Informasi ini disampaikan oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati pada 11 April 2018 (Sumber www.detik.com). Sekarang musim pancaroba, sehingga hujan pun terasa panas.

 

Oleh karenanya, perlu kita melihat Sejarah/Tarih. Pertama, Perang Badar terjadi pada bulan Ramadhan. Pasukan yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW tetap menjalankan puasa. Itu pada masa Nabi Muhammad SAW. Kedua, kemerdekaan Republik Indonesia diraih pada bulan Ramadhan, bertepatan dengan 17 Agustus 1945.

 

Kedua peristiwa tersebut, sama-sama terjadi di bulan Ramadhan. Namun, pemimpin-pemimpin dan pasukannya tetap puasa, walaupun dalam keadaan perang dan panas. Mereka, menyadari bahwa puasa itu suatu kewajiban bagi orang beriman. Bahkan, termasuk rukun Islam.

 

Mari kita lihat ibadah puasa itu sendiri. Pertanyaannya, puasa ditujukan kepada siapa? Alqur’an menjawab bagi orang yang beriman. ( Ya Ayyuhal ladzina amanu). Amanu, tolong garis bawahi.

 

Bukan, ya’ayyuhal muslimun (wahai orang muslim). Maknanya, ada pembeda antara orang muslim dan mukmin. Islam dan Iman. Sehingga, tidak heran, jika kita perhatikan, bahwa ada orang Islam saat memasuki bulan Ramadhan, ia tidak berpuasa. Padahal, secara hukum sudah memenuhi syaratnya. Lalu, kenapa tidak berpuasa? Jawabnya, sebagaimana ayat di atas, bahwa rujukan puasa ditujukan kepada orang beriman.

 

 

Sama halnya dengan kewajiban sholat Jumat. Maknanya, Jum’at ditujukan kepada orang beriman. Ada orang Islam yang belum sholat Jum’at pada siang ini. Kenapa? Karena, ada pembeda antara Iman dan Islam. Itu secara tauhid.

 

 

Syarat Wajib Puasa Ramadhan

 

Sedangkan secara fiqih bahwa syarat sah puasa itu yang nomor pertama yaitu Islam. Dalam kitab Taqrib halaman 25 disebutkan syaraitu wujubus siyam al Islam. Yang artinya, syarat wajib puasa yaitu Islam. Posisi Islam pada yang pertama. Jadi, iman dan Islam ada kaitannya. Iman dulu, baru Islam. Mengapa demikian? Karena, pada agama lain juga ada ibadah puasa. Seperti Nyepi. Orang Hindu wajib puasa. Kristen Protestan ada puasa prapaskah. Dan, agama-agama lainnya. Maknanya, puasa di agama lain juga ada ibadah tersebut. Sehingga, secara fiqih secara tegas mengatakan syarat orang dapat dikatakan sah melaksanakan puasa Ramadhan adalah agama Islam.

 

Jadi, jika ada orang Kristiani atau umat agama lain puasa di bulan Ramadhan, maka tidak sah, karena agamanya bukan Islam. Syarat agama Islam menjadi syarat pokok wajib.

 

Islam pun memiliki kadar keimanan yang berbeda-beda, sehingga ada orang Islam pada bulan Ramadhan ada yang tidak berpuasa. Mengapa? Kadar keimanan seseorang berbeda. Tetapi, yang diundang/disapa oleh Allah untuk berpuasa adalah ber-Islam dan beriman. Disinilah, tugas kita untuk meningkatkan keimanan agar termasuk golongan yang dipanggi oleh Allah SWT.

 

Syarat kedua adalah baligh. Anak-anak berpuasa itu boleh, berpuasa tetapi belum wajib melakukannya. Sehingga, ia dalam taraf belajar puasa. Ia perlu dilatih ibadah puasa. Meskipun, ia perlu dilatih ibadah puasa. Meskipun, ia berpuasa sampai waktu Dhuhur, kemudian dilanjutkan berpuasa. Meskipun, secara hukum tidak boleh. Namun, dengan tujuan edukasi/pendidikan, maka para pakar mengatakan tidak masalah.

 

Syarat ketiga yaitu berakal. Ia dalam kondisi tidak tidur dan lupa. Orang yang dalam keadaan tidur dan lupa, maka tidak terkena kewajiban berpuasa. Apa buktinya? Sahabat Al kahfi. Mereka tertidur hingga 300-an tahun. Tidur yang benar-benar tertidur. Ia ditidurkan oleh Allah SWT. Maka, ia tidak wajib puasa.

 

Syarat Keempat, mampu. Mampu dalam hal ini adalah mampu secara fisik. Karena, puasa itu ibadah fisik. Jadi, harus diperhatikan kesehatan. Secara Alqur’an orang yang dalam keadaan fisik tertentu. Boleh tidak berpuasa. Mereka adalah orang yang dalam perjalanan, hamil, menyusui, dan sakit.

 

Itulah keempat syarat wajib berpuasa. Jika keempat itu ada pada diri kita, maka kita sudah diwajibkan untuk berpuasa. Ingatkan pula Saudara kita, apabila telah memenuhi keempat syarat tersebut, maka berkewajiban menjalaninya.

 

Malu rasanya. Nabi Muhammad SAW berperang di gurun saja masih berpuasa. Demikian juga, para pahlawan negara kita untuk meraih kemerdekaan saja, ia tetap berpuasa.

 

Mari kita sikapi dengan bijak, Ramadhan yang sebentar lagi sampai kepada kita. Mari, kita memantaskan diri dulu, agar diundang oleh Allah menjadi hamba yang berIslam dan beriman.

 

Ingatkan pula, istri Saudara kita agar nyaur atau mengqodho puasa Ramadhan pada tahun sebelumnya. Karena, perbuatan ini wajib, maka mengqodho-nya pun wajib. Mengingatkan ini pula tugas wajib suami selaku kepala rumah tangga.

 

Demikian khutbah singkat ini. Ada beberapa kesimpulan:

  1. Puasa Ramadhan Insya Allah kurang 26 hari lagi. Mari kita pantaskan agar kita layak memasuki bulan Ramadhan dengan meningkatkan keislaman dan ketakwaan.

 

  1. Puasa Ramadhan itu wajib. Apa pun keadaannya, walaupun cuaca sangat panas karena awal musim kemarau, namun Nabi Muhammad SAW dan pahlawan kita mengajarkan itu kepada kita. Meskipun mereka berperang dan cuaca panas, tetapi tetap berpuasa.

 

  1. Ingatkan Saudara kita yang puasa pada tahun kemarin belum mengqodho-nya, maka bersegera untuk mengqodho-nya.

 

 

Semoga bermanfaat. Amin.

 

 

Semarang, 20 April 2018

• Thursday, April 19th, 2018

Sinkronisasi SIRADI dan SIKD

Oleh Agung Kuswantoro

 

Hari ini, Kamis (19/4/2018) hari yang penting bagi UNNES, khususnya bagian Tata Usaha dan UPT Kearsipan UNNES untuk menyinkronkan SIRADI dan SIKD. Perlu diketahui, SIRADI—singkatan dari sistem Surat Dinas—dan SIKD—singkatan dari Sistem Informasi Kearsipan Dinamis. Kita (Tata Usaha dan UPT Kearsipan UNNES) akan mensikonisasi dari kedua sistem tersebut.

 

Mengapa perlu disinkronisasikan? Karena untuk melaksanakan prinsip efektivitas dan efesien. Efektifivitas dalam hal percepatan mencapai tujuan yaitu terlaksananya atau terbentuknya sistem tersebut. Efesien dalam hal waktu dan biaya, serta jumlahnya sistem yang ada di UNNES. Secara waktu itu singkat. Secara biaya itu murah dan hemat. Secara tampilan menu sistem itu sederhana. Dan, secara jumlah sistem di UNNES itu tidak terlalu banyak.

 

Atas dasar itulah mengapa pentingnya sinkronisasi. Perlu diketahui bahwa SIRADI ini mejadi “dapur” persuratan yang di UNNES. Baru-baru ini, SIRADI diintegrasikan ke SIREMUN (sistem Remunerasi) di UNNES. Dengan pengintegrasian ini, maka saat perhitungan remunerasi tidak mengentri surat yang telah ter-upload di SIRADI. Mengapa demikian? Karena sudah terintegrasi.

 

Sekarang, sistem tersebut disinkronisasi ke kearsipan (SIKD). Saya sepakat dengan sinkronisasi tersebut. Mengapa? Berdasarkan pengamatan saya menu atau fitur yang ada di-SIRADI tak kalah dengan menu atau fiture yang ditawarkan oleh SIKD. Dasar SIRADI juga sesuai dengan Permenristekdikti Nomor 51 tahun 2015 tentang Tata Naskah Dinas. Selain itu, pembagian unit kerja dan operator serta pejabat yang menggunakan (hak akses) menggunakan sudah dipetakan.

 

SIRADI di UNNES sudah diterapkan sejak tahun 2016. Tidak hanya melayani surat dinas untuk pegawai kantor saja, tetapi juga untuk layanan surat izin observasi dan penelitian. Jadi, sudah sampai pada taraf paling bawah, dimana mahasiswa juga dapat mengaksesnya untuk kepeluan akademik. Hingga sekarang, sistem tersebut masih digunakan.

 

Dalam acara sinkronisasi ini, kita akan mengoptimalkan bagaimana solusi terbaik dari sistem kearsipan di UNNES. Bukannya, menciptakan sebuah sistem baru. Namun, mengoptimalkan segala sesuatu yang ada menjadi lebih baik. Oleh karenanya, dihadirkan pula ahli SIKD dari ANRI yaitu bapak Tasdik Eko Pramono S.Kom, MT CHFI dan programmer UPT TIK UNNES yang menangani SIRADI dan prototype SIARDI (yaitu Kiki Baehaki dan Mas’ul Fauzi. Semoga menemukan hasil yang terbaik dari sinkronisasi kedua sistem ini.

 

Semarang, 19 April 2018

• Saturday, April 14th, 2018

Agung Kuswantoro dan Sekolah Pranikah