• Monday, June 11th, 2018

“Fitrinya”, Bukan Lebarannya

Oleh Agung Kuswantoro

 

Tak terasa Ramadhan akan selesai. Bulan yang penuh hikmah, akan kembali ke Allah pada tahun depan. Namun, “Sadarkah kita, jika Ramadhan akan kembali ke Allah?

 

Pertanyaan di atas hanya, pribadi manusia saja yang mengetahui. Profesi apa pun tidak bisa menduga atau menjawab pertanyaan tersebut. Hanya diri manusia dan Allah.

 

Mengapa? Karena, puasa itu ibadah rahasia. Puasa adalah ibadah yang hanya diketahui oleh manusia yang bersangkutan dan Allah.

 

Mulut boleh berkata “saya puasa pada pagi ini.” Tetepi, pada kenyataannya bahwa siang hari, ia makan siang di warung makan.

 

Orang lain tidak ada yang tahu, kecuali penjual makanan di warung tersebut. Lalu, setelah dari warung, ia mengatakan kepada orang yang berada di sekitarnya, dengan kalimat, “saya masih berpuasa di hari ini.”

 

Sah-sah saya mulut orang tersebut berkata sebagaimana di atas. Karena, ibadah puasa berkaitan dengan kerahasiaan. Kejujuran menjadi “kunci” dalam menjalankan ibadah puasa.

 

Sehingga, tujuan mulia dalam ibadah puasa yaitu takwa, tak cuma-cuma diraihnya dengan mudah. Dibutuhkan perjuangan dan karakter yang mulia.

 

Tak heran, jika tujuan akhir pada bulan Ramadhan adalah menjadi pribadi yang fitri atau suci. Bukan, perayaan yang mewah atau ramai pada malam takbiran.

 

Orang yang dicari dalam berpuasa adalah “fitrinya”. Sucinya. Sehingga, semakin mendekati Idul Fitri, maka semakin “kencang” ibadahnya.

 

Ia tidak sibuk ke pusat perbelanjaan untuk menghadiri “mid night discount”, di mana ada “zakat mall” (bukan zakat mal).

 

Ia tidak sibuk mencari model baju baru untuk dipakai di hari lebaran. Ia tidak sibuk mencari penjahit untuk menjahitkan bahan bajunya.

 

Ia sibuk berzikir. Ia tetap fokus berpuasa. Ibadah sunah tetap ia jalankan, seperti solat tarawih, witir, tahajud, tadarus, itikaf, dan amalan solih lainnya.

 

Konsentrasinya dia ada pada menggapai “fitrinya”, bukan lebarannya. Jika lebarannya, maka ia berpikiran pada liburan Idul Fitri, seperti berwisata, makan di restoran, berkumpul dengan teman, dan “kesenangan” yang lainnya.

 

Oleh karenanya, “fitri” itu untuk orang tertentu. Tetapi, lebaran untuk semua orang. Tidak semua orang mendapatkan “fitri”, hanya orang-orang tertentu yang mendapatkannya.

 

Lalu, pertanyaannya adalah “Siapakan yang mendapatkan fitri? Jawabnya adalah orang yang tetap berpuasa dan menjalankan ibadah-ibadah di bulan Ramadhan hingga tuntas.

 

Mengapa demikian? Karena menjaga ibadah-ibadah di bulan Ramadhan hingga tuntas (menurut saya) tidaklah mudah. Buktinya, saat kita mudik, banyak (lebih dari tiga orang) tidak berpuasa. Padahal ia sehat dan tidak ada halangan untuk menjalankan ibadah puasa.

 

Saat malam hari, justru pusat perbelanjaan ramai dengan pembeli. Seharusnya zikir, itikat, dan tadarus harus dikuatkan di akhir bulan Ramadhan.

 

Mereka yang masih berjuang melawan godaan dunia, jika selesai melakukan perjuangan hingga tuntas Ramadhan, Insya Allah akan mendapatkan “fitri”.

 

Berbeda dengan orang yang mendapatkan lebaran. Batin atau ketenanganlah yang dirasakan bagi orang yang mendapatkan “fitri”. Orientasi tujuan sudah berbeda, sehingga orang yang berlebaran, belum tentu mendapatkan “fitri”.

 

Sebagai orang beriman, seharusnya “fitri” yang harus digapai. Mari, “ketuk” diri sendiri agar “fitri” harus dicapai, bukan lebaran dengan liburannya.

 

jika kita saja, masih berpikiran liburan lebarannya, lalu siapa yang akan mendapatkan “fitri”? Mari, luruskan mind set pikiran kita, agar hati kita juga menjadi lurus.

 

Sebagai penguat di akhir tulisan ini, ada sebuah kalimat yaitu lebaran dengan segala bentuk liburan yang menyenangkan itu boleh, tetapi jangan sampai “melupakan” atau menjadikan Ramadhan yang “suci” tidak bermakna “suci” lagi, karena perbuatan kita yang terlalu membesarkan perayaannya, dibanding ibadahnya.

 

Pemalang, 11 Juni 2018

 

 

Category: Uncategorized
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
Leave a Reply