Mengajak Orang Terdekat Sholat Gerhana Matahari Cincin
Oleh Agung Kuswantoro
Tepat satu minggu yang lalu/21 Juni 2020—saya dan beberapa warga sekitar Masjid Nurul Iman Sekaran—melakukan sholat gerhana. Sholat gerhana yang jarang dilakukan dan jarang kejadiannya, kami mengambil moment/peristiwa tersebut untuk beribadah usai sholat Asar berjamaan dengan sholat gerhana, berdikir, dan memenangkan diri sejenak di Masjid.
Alhamdulillah, yang hadir ada Mbah Darman, Pak Bahrul, Mubin, Syafa, Ibu Wati, Ibu Yati, Umi Lu’lu’, dan saya sendiri. Kami melakukan sholat Asar, kemudian dilanjutkan dengan sholat gerhana sesuai dengan anjuran MUI/Majelis Ulama Indonesia dan Surat Edaran dari Kementerian Agama.
Saya memang merencanakan dan memprioritaskan, jika ada moment langka dengan cara beribadah. Syukur, bisa mengajak orang lain. Minimal, anak dan istri untuk bersama-sama beribadah. Syukur lagi, ada tetangga yang mau gabung beribadah. Saya melakukan hal ini, sebagai wajud syukur saya kepada Allah atas nikmat yang diberikan kepada saya dan beberapa orang terdekat.
Wujud syukurnya adalah dengan cara beribadah yang rajin. Mau apa lagi, jika tidak beribadah dengan baik dan berbuat baik kepada sesama? Sampai detik ini, kita masih hidup. Mana wujud syukurnya? Ada gerhana matahari, kita men-cuek-kan? Sederhananya, seperti itu.
Yuk, perkuat lingkungan kita—minimal keluarga—dengan rasa bersyukur kepada Allah melalui beribadah. Ajak suami, istri dan anak. Syukur, tetangga atau orang lain, mau beribadah dengan ajakan baik Anda. Kapan lagi, jika tidak sekarang? Bicara pekerjaan itu, tidak ada pernah selesai. Dan, bicara kesibukan itu, tidak pernah habisnya. Kurang lebih seperti itu, kata orang bijak. Wallahu ‘alam.
Pemalang, 27 Juni 2020
Ditulis di Pemalang, jam 05.10-05.20 WIB.
Keterangan: Gambar diambil usai sholat gerhana matahari. Mas Mubin sedang lihat gerhana matahari cincin.
Recent Comments