Guru Berilmu Adalah Guruku dan Pahlawanku
Oleh Agung Kuswantoro
Guru adalah sosok yang ditiru dalam berperilaku. Siapa pun gurunya. Namun bagi saya, tidak semua guru itu ditiru. Lalu, guru seperti apakah yang saya tiru? Guru yang berilmu.
Apakah semua guru berilmu? Ya, namun belum tentu beramal. Ilmu dan amal adalah paketan. Ilmu banyak, tapi amal sedikit, maka guru tersebut “miskin” akhlak. Sebaliknya, amal banyak, namun tanpa sedikit ilmu, maka guru tersebut “rapuh” dalam berpendirian.
Bisa jadi, guru tersebut dalam mengambil sumber/data dari media sosial atau rujukan yang tidak dipercaya. Sumber rujukan ilmu seorang guru harus valid. Artinya, teori yang dibaca oleh guru harus jelas. Jangan sampai rujukannya itu salah.
Bisa jadi, ada guru yang (tidak) berilmu. Mengapa saya mengatakan tersebut? Karena, ia mengaku pintar. Ia mengakui dirinya, hebat. Guru yang seperti itu yang tidak saya tiru. Guru yang tidak ada ilmunya.
Sejatinya guru yang berilmu itu, pasti berakhlak baik dan rendah hati. Bukan, berperilaku sombong. Bukan, bersumber pengalaman yang puluhan tahun mengajar atau berpengalaman menghadapi masyarakat.
Guru berilmu, pasti banyak literasinya. Sehingga, ia pandai dalam menghadapi orang lain. Ia tidak emosional dan kajian yang banyak. Ucapan guru yang berilmu, pasti baik.
Guru yang berilmu, pasti pemberani. Karena, ia yakin ada di jalan kebenaran. Benar, bukan kebetulan. Adalah kebenaran yang disampaikan oleh guru yang berilmu. Dalam menghadapi masyarakat, pasti akan mengalami kendala dalam menyampaikan sebuah kebenaran.
Guru berilmu itu, pasti pandai menempatkan waktu dan kondisi masyarakat. Ia cerdas menyesuaikan kondisi masyarakat sekitar. Namun, tak terbawa oleh “arus” masyarakat yang belum tentu benar.
Guru berilmu adalah pahlawan saya. Karena, tidak semua guru itu mau berjuang di masyarakat dengan berdasarkan ilmu. Itulah, guru yang berilmu.
Pahlawan tersebut, pasti akan meminta kepada yang ahli untuk mengatur strategi bagaimana orang yang belum/tidak berilmu menjadi berilmu. Karena, orang yang berilmu itu tidak pernah berpikiran untuk menjatuhkan orang lain.
Entah siapa itu guru berilmu itu. Menurut saya, guru berilmu itu kiai atau ustad yang sedang memperjuangkan sebuah nilai kebenaran di desanya.
Jika guru sekolahan itu, pasti memperjuangkan sebuah kebenaran di sekolah kepada siswa. Namun, kiai dan ustad belum tentu semudah guru sekolahan.
Dasar kiai atau ustad, pastinya ilmu. Konteksnya sama antara guru sekolah dengan kiai atau ustad. Namun, berbeda dengan metodenya.
Kiai atau ustad itu pengabdian kepada masyarakat. Namun guru sekolah adalah profesi. Profesi itu ada imbalan/upah/gaji. Namun, pengabdian belum tentu ada imbalannya. Bisa jadi yang didapatkan oleh kiai atau ustad adalah cemoohan atau hinaan dari masyarakat.
Itulah yang saya maksudkan guru. Guru berilmu adalah guruku dan pahlawanku. Semoga Anda adalah guru berilmu saya dan pahlawan saya. Andalah contoh yang saya tiru. Semoga! []
Semarang, 28 November 2020
Ditulis Di Rumah Jam 05.00 – 05.20 WIB.
Recent Comments