• Saturday, June 05th, 2021

Menghormati Sesepuh

Oleh Agung Kuswantoro

 

Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya (QS. al-Baqoroh:172)

 

Syukur adalah salah satu ciri orang yang beriman. Salah satu bentuk syukur adalah menerima apa pun kenikmatan Allah SWT yang diterima oleh kita. Kita adalah hamba Allah yang diutus oleh Allah untuk menjadi pemimpin.

 

Kita bekerja di lembaga ini, harus penuh dengan rasa syukur. Bukti syukur kita di lembaga ini adalah masih diberi kenikmatan untuk berislam dan beriman. Sebagai pegawai fungsional (dosen dan tenaga kependidikan) di UNNES ini, kita sudah sepatutnya untuk bersyukur.

 

Bentuk syukur sebagai pegawai adalah menaati pemimpin kita. Pastinya, pemimpin kita itu baik/sholeh. Insya Allah di lembaga kita, semua pemimpin adalah sholeh/baik. Oleh karenanya, sebagai “Makmum” yang baik itu, wajib  mengikuti semua gerakan Imam.

 

Jika pemimpin melakukan “gerakan” A, maka bawahan akan melakukan “gerakan” A. Jika Imam sujud, maka Makmum juga akan sujud. Jika Imam lupa tidak sujud, maka Makmum wajib mengingatkan Imam untuk sujud. Demikian juga, pemimpin, jika melakukan sebuah kealpaan/kelupaan/kekhilafan, maka makmum mengingatkan pemimpin.

 

Bentuk syukur sebagai pegawai adalah mendoakan leluhur/sesepuh pendiri lembaga. Tercatat, di arsip UNNES itu banyak tokoh yang membesarkan ada 9 Rektor UNNNES yaitu: (1) Bapak Mochtar Almarhum: Ketua Presidium IKIP Semarang 1965-1966; (2) Bapak Moenadi Almarhum: Ketua Presidium IKIP Semarang 1966-1967; (3) Bapak Wuryanto Almarhum: Rektor IKIP Semarang 1967-1977; (4) Bapak Hari Mulyono Almarhum : Rektor IKIP Semarang 1977-1986; (5) Bapak Retmono Almarhum: Rektor IKIP Semarang 1986-1994; (6) Bapak Rasdi Ekosiswoyo Almarhum: Rektor IKIP Semarang/ UNNES 1994-2002; (7) Bapak Ari Tri Soegito –Alhamdulillah masih sehat dan aktif—Rektor UNNES 2002- 2006; (8) Bapak Sudijono Sastroatmodjo –Alhamdulillah masih sehat dan aktif— Rektor UNNES 2006-2013, dan (9) Bapak Fathur Rokhman–Alhamdulillah masih sehat dan aktif— Rektor UNNES 2014-sekarang

 

Ada dua Presiden yang mengesahkan dan menyetujui pendirian Institut Negeri di Semarang/IKIP Semarang/UNNES ini, yaitu Presiden Soekarno dan Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie. Presiden Soekarno yang mengesahkan IKIP di Semarang tanggal 14 September 1965. BJ Habibie yang mengesahkan perubahan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Semarang menjadi Universitas Negeri Semarang/UNNES tanggal 7 Oktober 1999.

 

Jika dalam dunia pondok pesantren hukumnya wajib mendoakan pada musonnep/pengarang kitab sebelum mengaji kitab. Dengan kalimat “qolal mushonnefu rohimakumullah wana fa ‘ani dan seterusnya. Tujuannya membaca surat al-Fatikhah dan doa tersebut agar berkah dan diberi kemanfaatan dalam membaca dan belajar kitab tersebut.

 

Sama dengan kita, sebagai pegawai dianjurkan sekali mendoakan kepada sesepuh UNNES mulai dari mantan Rektor yang sudah meninggal agar selalu diberikan ketenangan di alam kubur. Dan, mendoakan bagi mantan Rektor yang masih hidup agar selalu diberikan kenikmatan hidup.

 

Kita sangat beruntung punya atmosfer “Islam” yang baik di lembaga ini. Mau sholat Jum’at/wajib, dekat. Pimpinan mengajak khataman al-Qur’an, bershalawat dan berdzikir. Demikian juga mengajak ziarah ke makam sesepuh. Syukur, insya Allah bisa berziarah ke makam mantan Presiden Soekarno dan BJ Habibie.

 

Tugas kita sebagai pegawai sederhana, yaitu mendoakan pimpinan kita setiap hari. Siapakah pimpinan kita? Subkoordinator, Koordinator, Wakil Dekan, Dekan, Kepala, Ketua, Wakil Rektor, dan Rektor. Doakanlah mereka yang tiap hari kita lihat.

 

Insya Allah “naluri” pemimpin akan turun kepada pegawai yaitu kepedulian dan kasih sayang. Naluri kasih sayang dan kepedulian itu, berupa doa. Pemimpin tersebut akan mendoakan pegawai tersebut agar diberi kelancaran rizki. Hal ini sangat jelas, karena Allah mengizinkan pemimpin dan pegawai tersebut masih hidup dan diberi umur panjang. Jika Allah tidak menghendaki, maka Allah tidak mengizinkan kejadian hari terjadi.

 

Sekali lagi, penulis mengajak untuk bersyukur. Bersyukur yang paling mudah adalah berdoa. Jika tidak bisa berdoa, maka diamlah karena diam adalah sebuah kebaikan. Syukur, dalam diri Anda memiliki kemampuan yang bermanfaat untuk UNNES/lembaga, maka “perjuangkan” kemampuan Anda tersebut di lembaga ini, karena kemanfaatan itu harus diperjuangkan. Bukankah, manfaat itu lebih tinggi derajatnya dibanding kebaikan?

 

Dari penjelasan di atas, ada beberapa simpulan yaitu:

  1. Bersyukur adalah salah satu ciri orang yang beriman.
  2. Bersyukurnya pegawai dan pimpinan adalah berdoa. Pegawai mendoakan pimpinan. Dan, pimpinan mendoakan pegawai.
  3. Kita patut dan harus bersyukur hidup dan mendapatkan rizki di UNNES, karena lembaga ini memiliki atmosfer “keislaman” yang baik.
  4. Terakhir, mari doakan para sesepuh kita mulai dari Presiden yang berjasa atas pendirian UNNES yaitu Soekarno dan BJ Habibie. Dan, para mantan Rektor yang sudah meninggal agar selalu diberi pahala yang terus mengalir. Dan, Rektor yang masih hidup agar selalu diberi nikmat sehat, berkah rizki, dan mampu memajukan UNNES menjadi PTN BH. Amin. []

 

Semoga bermanfaat tulisan ini. []

 

Semarang,3 Juni 2021

Ditulis Di Rumah jam 08.00 – 08.55 WIB.

 

 

 

 

 

 

Category: Uncategorized
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
Leave a Reply