Berpikir/Merenung, lalu Mengetahui
Oleh Agung Kuswantoro
Saya termasuk kategori orang bodoh—usai sahur puasa sunah ‘arofah—membuka kamus al-Munawwir, sekadar membuka makna tarwiyyah dan arofah. Dua nama yang dijadikan puasa sunah dalam menyambut hari raya Idul Adha.
Tarwiyyah berasal dari kata tarowwa yang artinya sama dengan merenung/berpikir. Seakar dengan kata tafakkaro. Kemudian, ‘arofah artinya mengetahui.
Sederhananya, maknanya adalah pada tanggal 8 Dzulhijjah Nabi Ibrohim sedang merenung/berpikir mengenai mimpinya untuk menyembelih putranya/Nabi Ismail. Setelah perenungan/pemikiran yang matang, baru pada tanggal 9 Dzulhijah Nabi Ibrohim mengetahui bahwa mimpinya, ternyata berasal dari Setan.
Kemudian, pada tanggal 10 Dzulhijjah dinamai hari “Nahr” atau “Adha” yang bermakna menyembelih. Karena pada hari atau tanggal tersebut Nabi Ismail/putranya disembelih. Lalu, pada tanggal 11,12,dan 13 Dzulhijjah dinamakan hari Tasyriq. Tasriq – tanpa tasydid pada ro—asal kata syaroqo yang berarti terbit. Sedangkan, tasriq – dengan panjang huruf ro—dimana masdar dari syarroqo yang bermakna pendendengan/dendeng/daging.
Artinya, setelah tanggal 10 Dzulhijjah disembelih, lalu hewan dagingnya dibuat dendeng/daging dijemur dibawah terik terbit matahari/terbit. Tujuannya biar dimasak, sehingga pada ketiga hari itu (11,12, dan 13 Dzulhijjah) dilarang berpuasa. Tujuannya agar makan dendeng yang dijemur di bawah terik terbit matahari.
Kurang lebih itu makna “kasar” secara bahasa Arab dari saya yang masih “miskin” ilmu. Mohon masukannya. Tetap semangat berpuasa sunah ini, karena hanya orang tertentu yang melakukan ibadah sunah ini. Semoga Allah mempermudah puasa dan menerima ibadah puasa sunah ini. Amin. [].
Semarang, 19 Juli 2021
Ditulis di Rumah jam 04.00-04.20 WIB.
Recent Comments