Cara Menghormati Ilmu
Oleh Agung Kuswantoro
Beberapa hari ini saya menjadi penguji skripsi mahasiswa pendidikan ekonomi konsentrasi administrasi perkantoran. Satu hal yang selalu menjadi diskusi dengan penguji lain dan mahasiswa yang diuji adalah kajian/tema yang diambil oleh mahasiswa yang diuji. Misal: resilensi akademik, pola asuh orang tua, dan penggunaan gadget.
Penguji lain pun mengatakan kepada saya bahwa tema skripsi yang diteliti mahasiswa itu tidak sesuai. Namun, pasti mahasiswa akan “memaksa” bahwa tema tersebut sesuai. Padahal, semua penelitian terdahulu, artikel, dan teorinya menggunakan sumber dari fakultas lain. Misal: jurnal psikologi, jurnal PLS/pendidikan Luar Sekolah, buku BK/Bimbingan Konseling, dan beberapa artikel lain di luar bidang kajian administrasi perkantoran.
Singkat cerita dari kasus seperti ini adalah solusinya ada dua alternatif, yaitu (1) merubah variabel yang tidak susuai kajiannya, lalu mengambil data lagi; dan (2) menukar variabel yang tidak sesuai ke variabel bebas, jika variabel yang tidak sesuai tersebut dijadikan variabel terikat.
Intinya: kita belajar sesuai dengan apa yang diajarkan oleh dosen. Jangan sampai yang tidak diajarkan oleh dosen, kemudian menjadi kajian yang dibahas. Terus siapa yang akan memperkuat keilmuan dari pendidikan ekonomi konsentrasi administrasi perkantoran? Padahal kita belajar tentang adminstrasi perkantoran itu lama: mulai dari semester satu hingga semester tujuh. Berilah perhatian/penghargaan kepada ilmu tersebut atau dosen pendidikan ekonomi konsentrasi adminsitrasi perkantoran dengan meneliti/mengkaji/belajar bersama dari tema atau dosen tersebut, bukan meneliti/mengkaji ilmu dari dosen di luar pendidikan ekonomi konsentrasi administrasi perkantoran. Itulah cara menghormati keilmuan dan dosen, menurut saya. Mohon koreksinya. Wallahu ‘alam.
Semarang, 27 Desember 2022
Ditulis di Rumah jam 03.40-03.45 Wib.
Recent Comments