“Sing Ikhlas, Gus!”
Oleh Agung Kuswantoro
“Sing Ikhlas, Gus!” adalah kalimat yang terekam dalam otak dan hati saya hingga kini. Kalimat tersebut sering disebutkan sejak tahun 1995 – 2001. Dimana, pada tahun tersebut saya sedang menimba ilmu (agama) di madrasah Salafiyah Kauman Pemalang.
Siapakah yang mengucapkan kalimat tersebut? Kiai Abdullah Sidiq, Kiai yang mengajarkan saya banyak ilmu agama mulai dari: tafsir, hadist, ‘ilal irob, dan ilmu lainnya.
Waktu mendengarkan kalimat tersebut, saya tidak memahami maksud dari kalimat tersebut. Saya hanya diam saja. Tanpa menanyakan balik kepada Kiai Abdullah Sidiq.
Setelah tahunan lulus madrasah dari Salafiyah Kauman Pemalang dan seiringnya berjalannya waktu, saya sedikit-sedikit memahami kalimat yang diucapkan oleh Kiai Abdullah Sidiq.
Ikhlas dalam menjalani sebuah kehidupan. Antara tahun 1996 – 2001, bukanlah hal yang mudah untuk belajar agama. Dimana, jam 14.00 – 17.00 Wib dilakukan pembelajaran madrasah Salafiyah Kauman Pemalang. Tahu sendirilah. Itu jam krusial, dimana ada: panas, ngantuk, lapar, les, istirahat, dan aktivitas lainnya.
Namun, bagi santri Salafiyah pada jam tersebut dilakukan untuk menimba ilmu, sehingga kiai Abdullah Sidiq pernah menyampaikan kepada santrinya: “esuk mangan padung, sore mangan dupan”, artinya: pagi duduk di meja sekolah umum, sore duduk di meja madrasah (sekolah agama).
Disitulah letak “keikhlasan” santri dalam berjuang mencari ilmu. Semuanya butuh proses. Bahkan dalam agama, tidak cukup dibutuhkan fisik yang lelah, tetapi hati yang lapang. Mengapa? Karena, jika mencari ilmu itu, ada unsur dunia, maka kerugian yang didapatkan. Namun, dalam mencari ilmu itu diniatkan unsur ukhrowi, maka kebahagiaan batin yang diperoleh.
Demikian pula, dalam kehidupan bahwa unsur akhirat harus dituju. Karena, jika mementingkan unsur dunia, maka yang diperoleh adalah kekecewaan. Itulah makna “ikhlas” yang sering disampaikan oleh Kiai Abdullah Sidiq kepada saya. Saya memaknainya seperti itu.
Terima kasih Kiai Abdullah Sidiq atas nasihatnya. Mohon maaf saya bersikap diam saat kiai Abdullah Sidiq menyampaikannya. Ternyata maknanya sangat dalam. Hanya Alfatihah dan doa sebagai ucapan terima kasih yang bisa menghantarkan ke alam kubur yang terang. Terima kasih pula kepada keluarga Salafiyah Kauman Pemalang atas ilmu yang telah diberikan kepada saya dan santri.
Selamat Hari Santri!
Semarang, 21 Oktober 2023
Ditulis di Rumah jam 14.10 – 14.25 Wib.
Recent Comments