Ngaji Kitab Safinatunnajah Ala Mahasiswa
Oleh Agung Kuswantoro
Dulu, saya pernah belajar kitab Safinatunnajah di Madrasah Diniyah Hidayatussibyan, Pelutan, Pemalang dengan Ustad Rofiqul ‘Ala (almarhum). Usia saya waktu itu kurang lebih 10 – 12 tahun. Sewaktu saya belajar kitab fiqih klasik tersebut, jujur saya belum/tidak paham sepenuhnya. Adapun faktor ketidakpahaman saya karena belum lancar membaca dengan tulisan pegon dan penggunaan bahasa Jawa halus dalam kitab tersebut dalam maknanya. Dengan keterbatasan saya tersebut, tidak masalah. Bagi saya, (minimal) pernah belajar kitab tersebut.
Seiringnya berjalannya, ternyata saya belajar kitab Safinatunnajah lagi dengan para mahasiswa S1 dan S2. Pastinya, keterbatasan saya yang dulu – belum lancar bahasa Jawa halus yang lemah dan belum lancar membaca huruf pegon – saya perbaiki. Bahkan, saya mengutamakan keilmuan yang terkandung dalam kitab tersebut dan perluasan studi kasus dari tiap pasal, mengingat yang mengaji adalah orang dewasa/mahasiswa S1 dan S2, sehingga pola pikir dan kritisnya tajam. Termasuk, pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh mahasiswa itu sangat kritis berdasarkan kasus dan pengalaman mereka. Oleh karenanya, saya membaca kitab fiqih lainnya (Fathul Mu’in) sebagai penguat dalam studi kasus.
Demikianlah cara belajar kami, dimana kitab yang sederhana mampu “disajikan” pada level tertentu (dari SD hingga Perguruan Tinggi). Kitab ini masih bisa dipelajari, oleh semua kalangan dengan pemahaman dan contoh yang sesuai dengan yang mempelajari. Terlebih di lingkungan perguruan tinggi yang saya tempati – notabene umum—bukan berdasarkan perguruan tinggi ilmu berdasarkan agama Islam, namun kitab sederhana ini, masih layak dipelajari dihadapan mahassiwa. []
Semarang, 21 Desember 2023
Ditulis di Ruang ujian skripsi pendidikan ekonomi FEB UNNES jam 08.00 – 08.30 Wib.
Recent Comments