Archive for ◊ January, 2025 ◊

• Thursday, January 30th, 2025

Diterima
Oleh Agung Kswantoro

Diterima adalah syarat termudah sesuatu itu diakui. Misal: diterima sebagai warga, maka seseorang tersebut mampu bermasyarakat dan haknya sebagai warga terpenuhi. Diterima sebagai mahasiswa, maka hak-hak sebagai mahasiswa dipenuhi oleh lembaga, termasuk pengakuan dia sebagai mahasiswa di masyarakat.

Lagi, status “mantu” atau “keluarga” bisa diterima keberadaannya dalam sebuah keluarga besar diterima haknya sebagai: mantu atau kedudukan keluarga diakui, sehingga hak-hak mereka bisa terpenuhi.

Nah, bagaimana jika “ditolak” atas statusnya sebagai: warga, mahasiswa, kedudukan dalam keluarga? Ya, maka pengakuan dan statusnya bisa dicabut. Atau bisa, jadi statusnya diterima tetapi hak dan kebutuhan yang berkaitan dengannya itu, ditolak. Semoga, kita termasuk yang “diterima” semoga! Amin.

Ditulis di Sulang Rembang, 26 Januari 2025/26 Rajab 1446 jam 10.30 – 10.40 Wib.

• Wednesday, January 29th, 2025

Halal
Oleh Agung Kuswantoro

Dalam mendapatkan sesuatu, sebagai umat muslim diharapkan dan insya Allah apa yang diperolehnya dihukumi halal. Halal ini dilihat dari 3 segi yaitu benda, cara, dan penyajiannya. Mari satu per satu kita pelajari:

  1. Benda
    Apa yang dimakan atau didapatkan, benda tersebut adalah halal. Misal: daging ayam. Ayam adalah benda halal. Contoh berupa haram adalah daging babi, daging anjing, atau daging hewan yang haram lainnya.
  2. Cara
    Cara untuk mendapatkan barang tersebut dilakukan dengan halal, misal: beli dengan uang hasil kerja. Cara yang haram, misalnya: mendapatkan daging ayam dengan cara mencuri atau mendapatkan makanan halal lainnya, namun dari bersumber dari uang korupsi.
  3. Penyajian
    Penyajiannya dalam makanan daging ayam, tidak bersamaan dengan daging babi, misal: menggoreng daging ayam, dengan menggunakan minyak babi. Hal ini kurang sesuai dengan hal penyajiannya, sehingga sesuatu halal menjadi haram.

Nah, contoh tersebut (di atas) berupa daging ayam. Bagaimana saya sebagai dosen? Misal: artikel ilmiah. Apakah itu halal? Mari kita jawab bersama. Artikel ilmiah itu halal. Karena dilakukan dengan cara berusaha/berproses mulai dari membuat proposal hingga jadi sebuah artikel yang baik, kemudian disubmit ke penerbit hingga proses revisi. Lalu, hasilnya: diterima – ditolak untuk diterbitkan dalam sebuah jurnal internasional.

Caranya, juga dilakukan dengan cara yang halal. Jangan sampai caranya menyakiti hati orang lain. Termasuk dalam penyajiannya dilakukan secara jujur. Tidak plagiasi, dan selalu mencantumkan sumber referensi.

Demikianlah sederhananya dalam memahami makna halal dalam kehidupan kita. Yuk, buka kitab kita lalu pahami dan praktikkan. Semoga apa yang kita lakukan adalah halal. Amin.

Ditulis di Kota Rembang, 26 Januari 2025/26 Rajab 1446 jam 04.50 – 05.00 Wib.

Materi berumber dari: kajian Kitab Irsyatul ‘Ihad, usai sholat berjamaah di Masjid Agung Rembang. Terima kasih Pak Kiai atas ngimami dan kajiannya.

• Friday, January 24th, 2025

Menyingkapi Makna Spiritual Isra Mikraj
Oleh Agung Kuswantoro

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”(QS al-Isra [17]: 1).

Insya Allah, Senin (27 Januari 2024 bertepatan tanggal 27 Rajab 1446) umat Islam akan merayakan Isra Mikraj. Peristiwa Isra Mikraj adalah perjalanan spiritual Nabi Muhammad Saw dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha yang sangat dramatik dan fantastik. Dalam tempo singkat-kurang dari semalam (minal layl), Nabi berhasil menembus lapisan-lapisan spiritual yang amat jauh bahkan hingga ke puncak (Sidratil Muntaha).

Shihab (2012) mengatakan, bahwa sebelum hijrah ke Madinah ada peristiwa yang sangat penting yaitu isra mikraj. Isra mikraj merupakan bagian dari kisah/Tarikh Nabi Muhammad Saw pada periode Mekkah, dimana sebelumnya terjadi pemboikotan dan blokade ekonomi terhadap Nabi Muhammad Saw dan keluarganya oleh musyrik Mekkah dan peristiwa meninggalnya Abu Tholib dan Siti Khodijah.

Abu Tholib dan Siti Khodijah adalah ke-2 tokoh yang berperan besar dalam kehidupan dan perjuangan Nabi Muhammad Saw. ke-2 nya wafat pada tahun yang sama, bahkan minggu yang sama setelah 10 tahun dari pengangkatan menjadi Nabi. Sehingga pada tahun tersebut dinamai “Am al-Huzn” (tahun kesedihan).

Lalu muncullah peristiwa Isra Mikraj. Setelah Isra Mikraj, muncullah peristiwa hijrah dan memasuki periode Madinah. Walaupun terjadi dalam sekejap, tetapi memori Rasulullah Saw berhasil menyalin pengalaman spiritual yang amat padat di sana. Kalau dikumpulkan seluruh hadis Isra Mikraj (baik sahih maupun tidak), maka tidak cukup sehari-semalam untuk menceritakannya. Mulai dari perjalanan horizontalnya (ke Masjid Aqsha) sampai perjalanan vertikalnya (ke Sidratil Muntaha). Pengalaman dan pemandangan dari langit pertama hingga langit ketujuh dan sampai ke puncak Sidratil Muntaha. Ada pertanyaan yang mengusik. Mengapa Allah SWT memperjalankan hambanya di malam hari (laylan), bukan di siang hari (naharan), sebagaimana firman-Nya pada paragraph pembuka.

Dalam bahasa Arab kata laylan mempunyai beberapa makna. Ada makna literal berarti malam, lawan dari siang. Ada makna alegoris (majaz) seperti gelap atau kegelapan, kesunyian, keheningan, dan kesyanduan; serta ada makna anagogis (spiritual) seperti kekhusyukan (khusyu’), kepasrahan (tawakkal), kedekatan (taqarrub) kepada Allah.

Dalam syair-syair klasik Arab, ungkapan laylan lebih banyak digunakan makna alegoris ketimbang makna literalnya. Seperti ungkapan syair seorang pengantin baru: “Ya layla thul, ya shubhi qif” (wahai malam bertambah, panjanglah; wahai Subuh, berhentilah). Kata laylan di dalam bait itu berarti kesyahduan, keindahan, kenikmatan, dan kehangatan; sebagaimana dirasakan oleh para pengantin baru yang menyesali pendeknya malam.

Didalam syair-syair sufistik orang bijak (hukama) juga lebih banyak menekankan makna anagogis kata laylan. Para sufi lebih banyak menghabiskan waktu malamnya untuk mendaki (taraqqi) menuju Tuhan. Mereka berterima kasih kepada laylah (malam) yang selalu menemani kesendirian mereka. Perhatikan ungkapan Imam Syafii: Man thalabal ula syahirallayali (barangsiapa yang mendambakan martabat utama banyaklah berjaga di waktu malam), bukan sekadar berjaga. Kata al-layali di sini berarti keakraban dan kerinduan antara hamba dan Tuhannya.

Arti laylan dalam ayat pertama surah al-Isra di atas menunjukkan makna anagogis, yang lebih menekankan aspek kekuatan spiritual malam. Kekuatan emosional-spiritual malam hari yang dialami Rasulullah, dipicu oleh suasana sedih yang sangat mendalam, karena sang istri, Khadijah, dan sekaligus pelindungnya telah pergi untuk selama-lamanya. Rasulullah memanfaatkan suasana duka di malam hari sebagai kekuatan untuk bermunajat kepada Allah SWT. Kesedihan dan kepasrahan yang begitu memuncak membawa Rasulullah menembus batas-batas spiritual tertentu, bahkan sampai pada jenjang puncak yang bernama Sidratil Muntaha. Di sanalah Rasulullah di-install (diisi) dengan spirit luar biasa sehingga malaikat Jibril sebagai panglima para malaikat juga tidak sanggup menembus puncak batas spiritual tersebut. Kehebatan malam hari juga digambarkan Tuhan di dalam al-Qur’an:

“Dan pada sebahagian malam hari shalat tahajudlah kalian sebagai suatu ibadah tambahan bagi kalian: mudah-mudahan Tuhan kalian mengangkat kalian ke tempatyang terpuji.”(QS al-Isra [17]: 79).

Juga ada ayat yang berbunyi demikian:
“Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).”(QS al-Dzariyat [51]: 17-18).

Kata laylan dalam ayat-ayat di atas, mengisyaratkan malam sebagai rahasia untuk mencapai ketinggian dan martabat utama di sisi Allah SWT di malam hari. Ayat pertama (QS al-‘Alaq [96]: 1-5) diturunkan di malam hari. Ayat-ayat tersebut sekaligus menandai pelantikan Muhammad SAW sebagai Nabi di malam hari. Tidak lama kemudian turun ayat dalam surah Al-Muddatstsir yang menandai pelantikan Nabi Muhammad, sekaligus sebagai Rasul menurut kalangan ulama ‘Ulumul Qur’an.

Peristiwa Isra dan mikraj, ketika seorang hamba mencapai puncak maksimum (sidratil-muntaha) juga terjadi di malam hari. Yang tidak kalah pentingnya ialah laylan al-qadr khair min alf syahr (malam lailatul qadr lebih mulia dari seribu bulan), bukannya siang hari Ramadlan (naharal-qadr).

Umar (2019) mengatakan
Surah al-Isra [17] diapit oleh dua surah yang serasi yaitu al-Nahl [16] dan al-Kahfi [18]. Surah al-Nahl dianggap simbol kecerdasan intelektual, karena berkaitan dengan dunia keilmuan (kisah lebah). Surah al-Kahfi sebagai simbol surah kecerdasan spiritual, karena berkaitan dengan cerita keyakinan dan spiritualitas (kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa, Ashabul Kahfi dan Dzulkarnain).

Sedangkan surah Al-Isra sering dijadikan sebagai simbol kecerdasan emosional, karena di dalamnya diceritakan pengaruh kematangan emosional dan prestasi puncak seorang hamba. Itulah sebabnya, ketiga surah yang menempati pertengahan juz al-Qur’an disebut dengan surah tiga serangkai, yaitu surah IQ EQ, SQ (Intellectual Quotient, Emotional Quotient, Spiritual Quotient).

Keutamaan di malam hari, juga banyak membuat anak manusia menjadi lebih sadar (insyaf) dari perbuatan masa lalu yang kelam dan hitam. Malam hari banyak menumpahkan air mata tobat para hamba yang menyadari akan kesalahannya. Malam hari paling tepat untuk dijadikan momentum menentukan cita-cita luhur.

Mungkin inilah salah satu keistimewaan pondok pesantren yang memanfaatkan malam hari untuk memperbaiki akhlak dan budi pekerti santrinya. Sementara di sekolah-sekolah umum, jarang sekali memanfaatkan malam hari untuk pembinaan budi pekerti. Padahal, Allah sudah mengisyaratkan bahwa pada umumnya shalat itu ditempatkan di malam hari. Hanya shalat Zuhur dan Ashar di siang hari, selebihnya di malam hari (shalat Maghrib, Isya, Tahajjud, Witir, Tarawih, Fajr, Subuh). Ini isyarat bahwa pendekatan pribadi secara khusus kepada Tuhan lebih utama di malam hari.

Sebenarnya peristiwa Isra Mikraj mempunyai dua macam peristiwa. Pertama, perjalanan horizontal dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha. Dan kedua, perjalanan vertikal dari Masjid Aqsha ke Sidratil Muntaha. Perjalanan Isra mungkin masih bisa dideteksi dengan sains dan teknologi, tetapi perjalanan Mikraj sama sekali di luar kemampuan otak pikiran manusia.

Perjalanan Mikraj ini, juga masih diperdebatkan banyak ulama, apakah dengan fisik dan roh Rasulullah atau hanya rohaninya saja. Mayoritas ulama Sunni memahami bahwa yang diperjalankan Tuhan ke Sidratil Muntaha ialah Nabi Muhammad SAW secara utuh, lahir dan batin. Sementara pendapat lain memahami hanya rohaninya saja. Yang pasti, perjalanan singkat itu berhasil merekam berbagai pemandangan spiritual bagi Rasulullah SAW, dan hendaknya bisa dijadikan pelajaran dan hikmah bagi umat Islam. Sebab, perjalanan malam hari itu, telah membangkitkan semangat baru Rasulullah dalam menyebarkan dakwah Islam. []

Sumber:
Shihab, Q. 2012. Membaca Sirah Nabi Muhammad Saw: dalam Sorotan al Qur’an & Hadits – Hadist Shohih. Tangerang: Penerbit Lentera Hati.

Umar, N. 2019. Khutbah-Khutbah Imam Besar. Bandung: Penerbit : Iman Real.

• Friday, January 17th, 2025

Terima Kasih Masalah
Oleh Agung Kuswantoro

Menurut apa yang saya baca (Al-Qur’an, hadist, kitab, nasihat dan hikmah) bahwa masalah itu dapat meningkatkan kedudukan seseorang. Dengan adanya masalah, menjadikan seseorang naik status/level diri orang tersebut, sehingga saat ada masalah datang, maka kalimat yang patut kita ucapkan adalah:“Alhamdulillah dapat masalah” atau “Terima kasih masalah”. Dengan berkata: “Alhamdulillah” dan “terima kasih” menjadikan seseorang bersyukur. Tidak mengeluh atau marah, saat datang masalah.

Bahkan dengan adanya masalah, seseorang bisa mendapatkan sesuatu. Misal: skripsi, tesis, dan disertasi, ada yang berasal dari masalah. Sebut saja penelitian dengan pendekatan kuantitatif, dimana: “berangkat” dari masalah. Dengan “berangkat” dari masalah inilah, kita dituntut untuk mencari solusi dan membuat model atas masalah tersebut agar terselesaikan, sehingga muncul: kerangka berpikir dan model hipotetik. Harapannya dengan kerangka berpikir dan hipotesa (dugaan), maka solusinya menjadi muncul. Nah, itulah gunanya masalah.

Sebagai penutup, mari kita ucapkan: “Terima kasih masalah”. Karena denganmu (masalah) menjadikan saya menjadi diri yang lebih hebat.

Ditulis di Rumah, jam 17.40 – 17.47 Wib. Semarang, 14 Januari 2025/14 Rojab 1446.

• Thursday, January 16th, 2025

‘Ilal ‘Irob
Oleh Agung Kuswantoro

Saya pernah dapat ilmu dan mempelajari ilmu ‘Ilal-‘Irob saat di Madrasah Salafiyah Kauman Pemalang dengan pengampu KH. Abdullah Sidiq. Saat belajar ilmu tersebut, saat itu: dikatakan paham, ya tidak paham. Bagi saya, waktu itu – duduk di bangku SMA/sekolah umum – belum pahami apa yang saya baca. ‘Ilal dan ‘Irob diberikan saat Diniyah Ulya, jika di Madrasah Salafiyah.

Seiring berjalannya waktu, saya membeli beberapa kitab tentang ‘Ilal ‘Irob, sebut saja kitab: Kifayatul Atqiya. Struktur kitab tersebut berupa: nadzom, lalu diterangkan isi nadzom-nya, kemudian ada penjelasan per kata dari nadzom tersebut. Penjelasan nadzom perkata tersebut itulah, ‘Ilal ‘Irob, pendekatannya lebih dominan. Disitulah salah satu manfaat belajar ‘Ilal ‘Irob, yaitu: memahami sebuah makna terstruktur dalam sebuah kalimat.

Bayangkan per huruf saja dikaji. Misal, kata Bismillah. Dibahas mengapa menggunakan Ba. Mengapa tidak langsung ismi, padahal awal kalimat, dimana strukturnya subjek, predikat, dan objek. Namun, menggunakan kata “Dengan”? disinilah letak ilmu ‘Ilal ‘Irob.

Ada masih banyak manfaat belajar ilmu ‘Ilal ‘Irob. Itu saja yang baru saya diskusikan. Mari buka dan pelajari ilmu-ilmu kita yang pernah kita pelajari. Pahami dan rasakan manfaatnya. Semangat belajar!

Ditulis di Salatiga, 12 Rajab 1446/12 Januari 2025 jam 04.05 – 04.12 Wib.

• Wednesday, January 15th, 2025

Cara Mengubur Mayit
Oleh Agung Kuswantoro

Paling sederhana cara mengubur mayit, cukup dengan lubang yang dapat mencegah bau mayit dan dapat melindunginya dari serbuan binatang buas. Sedangkan cara yang sempurna adalah galian sedalam ukuran manusia sedang, di tambah acungan tangan ke atas. Kemudian pipi si mayit di letakkan di tanah dan wajib dihadapkan ke arah kiblat.

Semarang, 6 Rojab 1446/6 Januari 2025. Materi pernah disampaikan dalam kajian Safinatunnajah.

• Tuesday, January 14th, 2025

Mengafani Mayit
Oleh Agung Kuswantoro

Paling sedikit cara membungkus mayit itu dengan hanya satu pakaian yang mencukupi. Adapun lebih sempurnanya denga : tiga lapis pakaian atau kain, untuk mayit laki-laki. Dan jika Perempuan, maka baju kurung, kerudung kebaya, dan dua lapis pakaian.

Rukun Salat Jenazah
Oleh Agung Kuswantoro

Rukun-rukun salat jenazah ada tujuh, yaitu:

  1. Niat.
  2. Empat kali takbir.
  3. Berdiri bagi yang mampu.
  4. Membaca Al-Fatihah.
  5. Membaca salawat setelah takbir kedua.
  6. Berdoa untuk mayit.
  7. Salam.

Semarang, 6 Rojab 1446/6 Januari 2025. Materi pernah disampaikan dalam kajian Safinatunnajah.

• Monday, January 13th, 2025

Kewajiban Terhadap Mayit
Oleh Agung Kuswantoro

Hal-hal yang wajib dilaksanakan untuk mayit ada empat, yaitu memandikan, mengkafani, menyalati dan menguburnya.

Cara Memandikan Mayit
Oleh Agung Kuswantoro

Paling sedikit cara memandikan mayit dengan meratakan air pada badannya.
Sedang lebih sempurnanya ialah:

  1. Kubul dan dubur harap dibersihkan.
  2. Kotoran dari hidung harus dihilangkan.
  3. Supaya mewudhukan mayit.
  4. Dimandikan dengan daun bidara.
  5. Disiram dengan air tiga kali.

Semarang, 6 Rojab 1446/6 Januari 2025. Materi pernah disampaikan dalam kajian Safinatunnajah.

• Monday, January 13th, 2025

Sepatu 300.000

Oleh Agung Kuswantoro

Suatu hari anak remaja datang ke seseorang. Sebut saja, remaja tersebut adalah Sen. Lalu seseorang tersebut adalah Riyu. Riyu adalah pegawai kantor pos.

Sen telah lulus sarjana yang menyandang fresh graduate. Sen dapat panggilan pekerjaan baru di daerah Ibu Kota Jawa Tengah sebagai guru. Sen waktu itu, tidak memiliki sepatu pantovel. Datanglah Sen ke Riyu – yang dianggap mampu secara ekonomi – dimana memiliki sepatu pantovel yang banyak.

Maksud kedatangan Sen adalah meminjam sepatu atau meminta sepatu Riyu yang tidak terpakai. Singkat cerita Riyu menyatakan tidak punya sepatu atau tidak meminjaminya ke Sen. Entah kenapa, istri Riyu (sebut saja namanya: Sauri) itu mengetahui peristiwa tersebut.

Pada hari tertentu, Sauri datang ke rumah Sen. Tanpa basa-basi, Sauri datang ke rumah Sen (yang jauh) dengan menggunakan becak. Tanpa ada kata-kata yang panjang, Sauri berkata kepada Sen: “Sen, ini uang 300.000; silahkan gunakan untuk beli Sepatu. Jika ada sisa, uangnya untuk kamu.” Setelah mengasihkan uang kepada Sen, Sauri berkata kepada ibu kandung Sen (mengingat Sen adalah anak yatim). Sauri berkata kepada Ibu Sen: “Semangat bekerja ya? Semoga sukses”.

Setelah puluhan tahun, Allah mendengarkan doa dari Sauri. Alhamdulillah Sen sekarang sudah lulus studi doktoral dan memiliki pekerjaan tetap di sebuah perguruan tinggi negeri di Jawa Tengah.

Sen hanya berkata kepada dirinya: Alhamdulillah, Allah masih mempertemukan dengan orang yang ikhlas. Dimana Sauri memberi uang yang dianggap banyak (oleh Sen), nemun orang tersebut tidak mengharapkan apa-apa. Tulus memberi saja. Pelajaran penting bagi Sen adalah saat tangan kanan memberi, usahakan tangan kiri tidak melihat. Apalagi, mulut berkata. Cukup mulut diam, agar tangan dan hatinya yang bekerja. Memberi karena Allah. Memberi ya memberi saja, tanpa ada maksud  apa-apa. Semoga kita bisa menjadi orang yang baik dan ikhlas seperti Sauri. Amin []

Semarang. 6 Agustus 2024/1 Sofar 1446 jam 13.05 – 13.11 Wib. Ditulis di Gedung UPT Kearsipan lantai 2.

• Saturday, January 11th, 2025

Adabul Manzil/Sopan Santun di Dalam Rumah
Oleh Agung Kuswantoro

Apabila didalam rumah, seorang anak memiliki adab/sopan santun seperti: menghormati kedua orang tuanya, menghormati kepada saudara (kakak – adik), dan setiap orang yang ada didalam rumah, tidak melakukan pekerjaan yang dibenci oleh penghuni didalam rumah, kakak tidak berani kepada adiknya, adik tidak mengejek kepada kakak, tidak menyakiti kepada pembantu, Ketika bermain, maka mainannya dirapikan ketika sudah selesai, tidak bermain yang banyak gesekan dan bersuara karena barangkali ada orang yang sedang beristirahat atau sakit.

Apabila didalam rumah, maka anak: menjaga barang yang di rumah dengan tidak memecahkan barang, menggerak-gerakkan pintu, tidak merusak tanaman, dan apabila ada kucing atau ayam, maka diberi makan atau tidak menyakiti kucing atau ayam.

Materi pernah disampaikan dalam Sekolah Akhlah, 5 Rojab 1446/5 Januari 2025.