Archive for ◊ January, 2025 ◊

• Saturday, January 04th, 2025

 

Pengelolaan sholat Lima Waktu

Pengelolaan Sholat Lima Waktu
Oleh Agung Kuswantoro

Entah apa yang menjadi pengemangat saya – selaku takmir masjid Nurul Iman Sekaran – untuk menyelenggarakan sholat lima waktu. Selama lima tahun Masjid hanya menyelenggarakan sholat tiga waktu saja. Padahal, sholat wajib itu ada lima waktu dalam sehari.

Berbagai cara, saya lakukan dengan menghadirkan pimpinan puncak hingga teknis. Termasuk, menghadirkan jamaah masjid dan orang tua yang memiliki putra – putri yang sholat di Masjid Nurul Iman Sekaran.

Rapat sudah dilakukan. Sosialisasi sudah dilakukan, pula terkait masjid akan menyelenggarakan sholat lima waktu. Dalam penyelenggaraan sholat dibutuhkan muadzin. Takmir masjid mulai menata muadzin masjid. Ada dua sholat wajib yang diselenggarakan oleh Masjid Nurul Iman yaitu sholat rowatib dan sholat Jumat. Muadzin sholat Jum’at, mulai ditata. Alhamdulillah permasalah muadzin sholat Jum’at telah terselesaikan. Sekarang, muadzin sholat lima waktu. Adapun Imam sholat Dhuhur dan Asar adalah Mbah Darman.

Mengapa takmir fokus ke muadzin? Karena, muadzinlah yang mengajak dan orang pertama untuk menyelenggarakan sholat. Keterbatasan sumber daya dan banyak faktor, takmir menggunakan muadzin dari kalangan remaja masjid.

Remaja masjid sebagai “pendorong/motor” atau “penggerak” untuk penyelenggaraan sholat Dhuhur dan Asar. Remaja masjid, kebetulan sering di rumah. Terlebih masih masa pandemi Covid-19. Untuk sholat Maghrib, Isya, dan Subuh muadzinnya adalah mbah Qosim dan mbah Darman.

Jadwal muadzin sholat sudah ditentukan. Termasuk, surat pemberitahuannya kepada orang tua bagi remaja masjid. Harapan remaja masjid untuk jadi muadzin adalah regenerasi muadzin, mengingat di Masjid Nurul Iman “diisi”/dilakukan oleh orang tua/mbah-mbah. Sehingga, perlu dipikirkan generasi penerus yang menjadi muadzin.

Dengan berlatih percaya diri bagi remaja masjid untuk “tampil” adzan kepada masyarakat. Harapannya, mereka akan menjadi muadzin masjid dan Bilal saat sholat tarawih dan witir.

Untuk remaja—belajar dan praktik adzan – ada kelas muadzin yang diselenggarakan oleh takmir tiap malam Sabtu di Masjid Nurul Iman Sekaran usai sholat maghrib hingga menjelang sholat Isya. Adapun materinya mulai dari filosofi adzan, tarikh adzan, fiqih adzan, praktik 1 dan 2, serta evaluasi adzan.

Demikian usaha berjuang kami untuk memaksimalkan fungsi masjid yaitu menyelenggarakan sholat lima waktu. Bukan dikatakan masjid, jika masjid hanya berfungsi untuk kegiatan masyarakat. Masjid adalah tempat sujud. Sujud itulah sholat. Sholat bisa terselenggara, bila ada yang mengadzani. Siapa yang mengadzani? Muadzin!

Semarang, 19 Oktober 2020
Ditulis Di Rumah jam 05.00 – 05.20 WIB.

• Saturday, January 04th, 2025

 

Blog Sarana Beribadah dan Berbagi
Oleh Agung Kuswantoro

Blog adalah media. Hanya alat saja. Intinya, tujuannya. Tujuan saya menggunakan blog itu hanya berbagi atas tulisan. Tulisan saya. Dalam tulisan-tulisan saya, pastinya mengandung ide. Ada gagasan yang ingin saya ungkap.

Bisa dikatakan, setiap tulisan saya itu pasti akan di-publish di blog saya. Sebenarnya, saya tidak begitu paham tentang per-blog-an. Hanya nulis, share di blog. Nulis, share. Nulis, share. Atau nulis, ngeblog. Nulis, ngeblog.

Isi dan tulisan bertema agama, sosial, dan pendidikan. Saya suka ketiga tema tersebut.

Bisa dikatakan, bahwa blog saya sering mengalami lonjakan statistik pengunjung dan pembacanya. Tema yang banyak pengunjung itu, biasanya saya jabarkan menjadi sebuah buku.

Bisa dikatakan, melalui blog, saya bisa mendapatkan informasi yang diinginkan dari diri saya.

Pernah, blog saya yang mencari informasi ilmu administrasi itu sangat banyak. Kemudian, saya jadikan buku Pengantar Ilmu Administrasi.

Hasilnya, buku tersebut bisa dinikmati oleh pembaca dan pecinta administrasi. Bisa dikatakan, saya punya penggemar atas tulisan saya. Jadi, itulah salah satu manfaat menulis di blog.

Melalui blog saya menjadi tahu dan paham mengenai diri saya. Ternyata, apa pun tulisannya, ada pembacanya. Jodoh, istilahnya. Jadi, jangan khawatir, jika Anda menulis, tapi merasa jelek tulisannya. Jika hal itu yang dirasakan Anda, maka perasaan Anda itu, pasti salah.

Yang benar adalah setiap tulisan, pasti menemukan jodoh pembacanya. Bisa jadi, ada orang yang menulis, tetapi belum menemukan pembaca yang cocok dan tepat. Jadi, tetaplah menulis. Tulis dan tulis. Lalu, share dan share di blog. Coba saja nikmati, prosesnya. Insya Allah, pekerjaan itu menjadi ladang amal ibadah dan sarana berbagi informasi kepada sesama. []

Semarang, 17 Agustus 2020
Ditulis di Rumah jam 23.00 – 23.30 WIB.

• Saturday, January 04th, 2025

Mutu Pendidikan
Oleh Agung Kuswantoro

Materi yang disampaikan oleh Dr. Suwito Eko Pramono, M.Pd. sangat kental dalam mutu pendidikan. Mutu pendidikan adalah tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pendidikan dengan standar pendidikan tinggi. Mutu dapat dilihat dari standar nasional dikti, ipteks, sikap, dan input.

Dalam implementasi standar mutu di suatu institusi meliputi Standar (S), pelaksanaan/Do/D), evaluasi/Checks (C), dan aksi/eksekusi/action (A). Disingkat SDCA. Dimana SDCA, selalu berjalan berkesinambungan.

Adapun siklus standar mutu di institusi meliputi (1) Penyusunan standar perguruan tinggi/P1; (2) Pelaksanaan standar perguruan tinggi/P2; (3) Evaluasi pelaksanaan standar Dikti/E; (4) pengendalian standar pendidikan tinggi/P3; dan (5) Peningkatan standar pendidikan tinggi/P4. Jika digambarkan alurnya adalah P1 ke P2. P2 ke E. E ke P3. P3 ke P4. Dan, P4 ke P1. Artinya mutu itu terus-menerus. Tidak berhenti. Muter.

Jika langkah ke-5 siklus tersebut terlalu banyak, maka dapat diringkas menjadi 3 yaitu P1, P2, dan E. P1 ke P2. P2 ke E. E ke P1 ke P2. Lalu P2 ke P1 muter. Artinya, terus berputar proses tersebut.

Jika kita perhatikan, ternyata ada perbedaan antara evaluasi dengan pengendalian. Jadi, rencana/susunan yang telah dibuat itu, dievaluasi terlebih dahulu. Baru, setelah itu dikendalikan agar sesuai dengan sesuai evaluasi yang telah dilakukan.

Materi yang disampaikan oleh Dr. Suwito menjadikan saya lebih memahami siklus dalam menerapkan standar mutu di suatu lembaga. Sangat penting bagi saya, agar bisa menerapkan mutu dalam kegiatan yang saya lakukan.

Misal, standar seorang arsiparis dalam menyelesaikan pekerjaan mengolah arsip statis, dinamis, dan menyajikan informasi kearsipan dalam waktu yang telah ditentukan. Demikian juga Anda, semoga dapat mempraktikkan siklus mutu ini di lembaga Anda bekerja, agar terukur dan kepuasan “pelanggan” terpenuni. []

Semarang, 25 April 2020
Ditulis di Rumah jam 03.00 – 03.30 WIB. Sahur.

• Saturday, January 04th, 2025

Dari Masalah Menjadi Makalah

Oleh: Agung Kuswantoro

Hal yang keliru/kurang tepat dilakukan oleh mahasiswa dalam pengajuan tema/topik skripsi adalah penentuan topiknya. Kebanyakan topik mereka/mahasiswa adalah kinerja/kepuasan, pelayanan, kepemimpinan, dan prestasi belajar.

Mengapa, mereka memunculkan itu? Karena, mereka berangkatnya dari membaca skripsi di perpustakaan. Apakah salah? Tidak.

Cobalah, “berangkat” dari masalah. Bukan, dari Perpustakaan. Permasalahan itu banyak. Sehingga, kata kuncinya adalah diamati. Cara pengamatan terbaik adalah membaca. Membaca buku/jurnal/koran. Bukan, membaca skripsi. Jika kita membaca skripsi, maka pikiran kita akan “terkotak” dari apa yang telah dibaca.

Saya sepakat dengan pendapat, Prof. Dr. Eng. Khoirurrijal – ketua LPPM ITB – yang berpendapat bahwa “masalah adalah awal sebuah makalah. Masalah dahulu, setelah itu riset/diteliti. Setelah diteliti/riset, lalu ditulis menjadi naskah. Baru setelah masalah, jadilah makalah. Makalah itulah skripsi.

Jadi, berangkatnya makalah (baca: skripsi) dari masalah. Bukan dari hasil membaca di Perpustakaan.

Semarang, 27 Desember 2018

Sumber:

Khoirurrijal. 2018. Strategi Membangun  Naskah Ilmiah untu Publikasi di Jurnal Internasional Bereputasi. Materi disampaikan di LPPM UNNES tanggal 1 September 2018

• Saturday, January 04th, 2025

Karya Tulis Ilmiah dan Karya Tulis Populer

Oleh Agung Kuswantoro

 

Materi yang disampaikan oleh pembicara yaitu Ulil Absor Abdallah dan Nurul Chomariah, menjadikan saya berpikir ada dalam ranah penulis mana. Saya mau menjadi penulis yang bergenre populer atau ilmiah?

 

Adalah Ulil Absor – Gus Ulil untuk sebutan berikutnya – yang mengajarkan menulis bergenre nonfiksi atau akademik/ilmiah. Kata Gus Ulil menulis tak harus banyak jumlah bukunya, namun menimbulkan dampak/manfaat bagi masyarakat. Dampak itu seperti diberi kritis, komentar, atau diresensi buku karya kita. Terlebih, yang meresensi adalah orang yang punya otoritas/pakar. Rasanya menjadi sesuatu sekali bagi penulis.

 

Bagi penulis bahwa kritikan, masukan, dan resensi buku adalah sebuah penghargaan seorang penulis. Dalam menulis akademik ada kaidahnya yaitu tata bahasa, pesan, dan keindahan. Istilahnya, gramatikalnya juga ada. Ada nahwu sorof, balahoh, dan mantiq.

 

Selain itu, menulis nonfiksi butuh observasi dilakukan berkali-kali agar mendapatkan data yang valid. Setelah itu, data diolah dan dituliskan. Setelah ditulis, dibagikan kepada sesama penulis atau komunitas yang sebidang. Setelah mendapatkan masukan dari teman/komunitas, baru diajukan ke penerbit. Nanti dari penerbit juga ada masukan dari editor.

 

Editor itu ada dua yaitu editor yang mengedit substansi buku dan editor yang mengedit gaya bahasa buku. Nah, disitulah, penulis berjuang mati-matian agar bukunya bisa terbit.

 

Budaya menulis tersebut ada di masyarakat Amerika. Betapa “kejam” penerbit di Amerika, dimana editor sangat dominan dalam merevisi. Cobalah, Anda menjadi penulis seperti itu. Lihatlah, nanti  lihat apa yang terjadi.

 

Beda dengan menulis populer. Bisa jadi menulis tiap hari. Menulis tiap hari itu bisa dimaknai, menulis dengan tema yang sesuai trend. Bisa dikatakan “pokoke nulis”. Dalam gaya “pokoke nulis” hal yang terpenting adalah mengalir alur menulisnya. Tema apapun bisa menjadi tema menulis. Tidak membutuhkan observasi yang mendalam, yang penting berani menulis.

 

Ibu Nurul Chomariah banyak memberikan tips-tips menulis dengan gaya seperti ini. Terlebih. Beliau berlatar belakang psikologi, jadi “enteng” rasanya menulis seperti ini.

 

Nah, bagaimana dengan Anda? Mau jadi penulis bergenre mana? Ilmiah atau populer? Temukanlah dalam diri Anda! Anda yang lebih tahu tentang diri Anda sendiri. []

 

Semarang, 7 Februari 2021

Ditulis di Rumah jam 06.00 – 06.30 WIB. Suasana hujan di luar rumah.

• Saturday, January 04th, 2025

Model Tasawuf Kajen yang Menghadirkan Solusi

Oleh Agung Kuswantoro

 

Adalah KH MA. Sahal Mahfudh yang berhasil “menghadirkan” tasawuf sosial. Dr. Jamal Ma’mur Asmani, MA menyebut tasawuf yang disampaikan oleh KH. MA. Sahal Mahfudh dengan istilah Tasawuf Kajen.

 

Tujuan tasawuf sosial adalah memberikan kemanfaatan sebesar-besarnya kepda masyarakat luas. Adapun ciri-cirinya yaitu: (1) Doktrin-doktrin tasawuf yang membangun kehidupan dunia. Bukan membenci kehidupan dunia; (2) Doktrin yang menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan material dan spiritual; (3) Pembumian di ranah praktis untuk pribadi maupun umat secara keseluruhan, tidak hanya teori (hal. 43).

 

Ajaran-ajaran tasawuf sosial yang disampaikan yaitu tobat, qanaah, zuhud, ta’allumu al-ilmi asy-syar’i/mengkaji ilmu syara’ secara keseluruhan, tawakal, ikhlas, uzlah, hifdzu al auqat/mengatur waktu, mujahadah/menahan nafsu ketamakan.

 

Kesembilan ajaran tasawuf tersebut diinterpretasi dalam rangka membangun masyarakat di berbagai kehidupan, khususnya dibidang ekonomi yang menjadi kebutuhan dasar. Misal: taubat. Taubat diinterpretasi yaitu mengembalikan hak Allah dan hak manusia secara seimbang. Qanaah diinterpretasikan menerima dan mensyukuri nikmat secara aktif sebagai model bekerja/berusaha (hal. 53)

 

Dari penjelasan di atas, lalu muncul pertanyaan besar yaitu: “siapakah tokoh tasawuf sosial?” Dr. Jamal Ma’mur Asmani, MA mengatakan tokoh tasawuf sosial yaitu: Imam Ghozali, Syekh Ahmad Mutamakkin, KH. Hasyim Asy’ari, KH. Abdurrahman Wahid, KH. Maimun Zubair, dan KH. MA. Sahal Mahfudh.

 

Model Tasawuf Kajen

Ada 3 model tasawuf Kajen yang ditawarkan yaitu: (1) Tasawuf dalam bentuk organisasi dengan tokohnya: Syekh Ahmad Muttamakin, KH Abdullah Zen Salam, KH Duri Nawawi, dan KH. A. Nafi’ Abdillah; (2) Tasawuf dalam bentuk pengamalan doktrin secara individu dengan tokohnya: KH. Abdussalam, KH. Nawawi, dan KH Muhammadun Abdul Hadi; (3) Tasawuf dalam bentuk pengamalan individu, meskipun sudah dibaiat menjadi mursyid dengan tokohnya: KH. MA. Sahal Mahfudh dan KH Faqih Salafiyah.

 

Periodisasi perjalanan intelektual KH. MA. Sahal Mahfudh dibagi menjadi empat periode yaitu: periode pembentukan (1937 – 1960 M), periode perkembangan dan aktualisasi (1960 – 1980 M), periode pematangan (1980 – 1999 M), dan periode puncak (1999 – 2014 M).

 

Periode pembentukan (1937-1960 M) dimulai dari: pendidikan keluarga, pendidikan Mathali’ul Falah, kursus, dan pendidikan pesantren. Periode perkembangan (1960-1980 M) dimulai dari: Direktur PIM/Perguruan Islam Mathali’ul Falah, pemimpin Raudlatul musyawarah, menjadi aktivis NU, menjadi dosen, dan menjadi narasumber diskusi diberbagai level.

 

Periode pematangan (1980-1999 M) dimulai dari: menjadi ketua MUI Pati (1980), menjadi Rais Syuriyah PWNU Jateng (1982), dosen Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang (1982-1985), menjadi aktivis P3M (Perhimpunan Pengembangan Pesantren, dan Masyarakat (1983), menjadi Rais Syuriyah PBNU (1984), Kolumnis majalah Aulia Jatim (1988-1990), menjadi Rektor INISNU/Institut Islam Nahdlatul Ulama Sekarang UNISNU Jepara (1989), kolumnis Suara Merdeka (1991), ketua MUI Jawa Tengah (1990), menjadi pelaksana tugas wakil Rais Am Syuriyah PBNU (1992), menjadi anggota BPPN/Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (1993), dan menjadi wakil Rais AM Syuriyah PBNU (1984).

 

Periode puncak (1999-2014 M) dimulai dar:i menjadi Rais Am Syuriyah PBNU di muktamar Lirboyo (1999) dan menjadi ketua umum MUI Pusat (2000)

 

Tasawuf KH. MA. Sahal Mahfudh dipengaruhi oleh keluarga, kiai, bacaan, lingkungan, dan organisasi. Adapun doktrin tasawuf KH. MA. Sahal Mahfudh adalah shalih, akram, khalifatullah, faqih fi mashalihil khalq, asshumtu, al-ikhlas, az-zuhdu, azlah, ikhtiyar, al-wara’, tawadhu’, amanah, taubat, dan istikharah (hal. 151).

 

Adapun bukti tindakan tasawuf sosial KH. MA. Sahal Mahfudh yaitu: menghindari tama’, tidak takut dicerca demi kemaslahatan, mengedepankan ijtihad jama’i, mendidik dengan sikap sederhana, dan menghindari kemegahan, tidak ingin dihargai, menekankan efektivitas, rajin bersilaturahmi dengan tetangga, disiplin, qanaah, istiqamah, sakha’, wara’i, mengedepankan kaderisasi, dan istikharah.

 

Kerangka berpikir fiqih sosial KH. MA. Sahal Mahfudh meliputi: kemiskinan, fiqih sosial, dan core value. Sedangkan aplikasi dakwah bil hal KH. MA. Sahal Mahfudh yaitu: melahirkan terobosan paradigma selalu turun ke lapangan untuk melihat persoalan-persoalan riil, mempunyai kemampuan manajerial dan kepemimpinan profesional, merintis lembaga keuangan, dan melibatkan kaum professional.

 

Itulah gambaran tentang tasawuf sosial KH. MA Sahal Mahfudh. Subhanallah, luar biasa, dari desa kecil yang bernama Kajen, hingga muncul model Tasawuf Kajen yang mampu memberikan solusi kepada bangsa Indonesia. Semoga kita bisa mempelajari dan mempraktikkan model tasawuf sosial yang diperkenalkan/dilakukan oleh KH. MA Sahal Mahfudh tersebut. Amin. []

 

Semarang, 9 Desember 2021

Ditulis di Rumah, jam 22.30-23.15 WIB.

• Saturday, January 04th, 2025

 

Kajian Arbain (14) Amal Menentukan ke Surga Neraka
Oleh Agung Kuswantoro

Penetapan ruh pada umur bayi 4 bulan bayi di kandungan Ibu menjadikan manusia untuk menjaga amal selama hidup di dunia. Karena amal baik selama di dunia, bisa jadi belum/tidak mendapatkan surga. Dan, sebaliknya: amal buruk manusia selama di dunia, bisa jadi belum tentu dimasukkan ke neraka. Mohon koreksinya atas tulisan ini.

Berikut kutipan hadist ke-4 setelah proses penciptaan: “Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta, tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, ia pun melakukan perbuatan ahli neraka dan masuklah ia ke dalam neraka. Sebaliknya, sesungguhnya diantara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta, tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, ia pun melakukan perbuatan ahli surga dan masuklah ia ke dalam surga.

Dengan demikian penetapan ruh tidak bisa dirubah, walaupun amal manusia itu baik dan buruk selama hidup di dunia. Wa ‘allahu ‘alam. [ ]

Semarang, 23 Juni 2022
Ditulis di Rumah jam 05.40 – 05.50 Wib

• Saturday, January 04th, 2025

Madrasah Di Rumah (8): Semoga Istikamah
Oleh Agung Kuswantoro

Suasana Madrasah tetap saya terapkan di Rumah. Tujuannya agar anak tetap semangat belajar bersama. Biasanya diawali dengan solat berjamaah, asmaul husna, dan materi.

Materi-materi yang diberikan adalah kitab-kitab yang ada di Madrasah, seperti ‘aqidatul ‘awwam; tarikhun nabi; akhlaqul lilbanin; fasholatan, dan kitab lainnya.

Semoga ikhtiar ini bisa memberi dampak kepada diri saya, keluarga, dan masa depan kita. Harapannya Allah selalu melindungi diri kita agar terus belajar ilmu-ilmunya. Amin. []

Semarang, 8 September 2022
Ditulis di Rumah jam 18.50 – 18.55 WIB