Author Archive

• Friday, June 03rd, 2022

Jika Ilmu Ditolak di Masyarakat (2): Mengapa Masyarakat Menolak Suatu Ilmu?

Oleh Agung Kuswantoro

 

Mengapa imu yang disampaikan oleh seorang guru, ustad, kiai, atau orang yang berilmu ada yang ditolak oleh masyarakat?

 

Mari kita kaji bersama. Dari sisi masyarakat. Pertama, ada semacam ketakutan dengan isi ilmu yang disampaikan. Karena, ilmu yang disampaikan berisikan hal-hal yang belum pernah mereka temui selama puluhan (bahkan, ratusan) tahun di tempat tersebut.

 

Kedua, selama ini tidak ada tokoh/orang yang menyebarkan ilmu. Peran atau kegiatan berjalan berdasarkan apa yang sudah terjadi, tanpa adanya kejelasan sumber.

 

Dari sisi orang yang menyampaikan, bisa jadi strategi cara penyampaian kurang tepat di masyarakat. Lalu, ilmu yang disampaikan belum pada level (tingkatan) pemahaman (pengetahuan) masyarakat tersebut.

 

Itulah catatan kecil saya mengenai penolakan sebuah ilmu. Mungkin ada beberapa sebab lain yang belum saya tulis/pahami. Silakan jika ada kemukakan saja, bisa didiskusikan.

 

Semarang, 28 Mei 2022

Ditulis di Rumah jam 08.00-08.15 Wib.

• Wednesday, June 01st, 2022

LKPT (Kadang) Terlupakan

Oleh Agung Kuswantoro

 

Adalah Lembaga Kearsipan Perguruan Tinggi (LKPT)—tulisan selajutnya adalah LKPT—yang kadang terlupakan dalam sebuah perkumpulan/diskusi. Beberapa hari ini, saya mengikuti beberapa forum kearsipan, baik pada level nasional dan lokal. Pada level nasional, beberapa waktu yang lalu di Riau (17-19/5/2022) ada kegiatan pengawasan kearsipan nasional. Kemudian, pada level lokal ada kegiatan Asosisiasi Arsiparis Indonesia (AAI) cabang Kota Semarang.

 

Diantara kedua forum tersebut, hampir ada yang terlupa, dimana setiap akhir kegiatan, biasanya ada rekomendasi dari suatu kegiatan. Yang terlupakan adalah LKPT, dimana tidak tersebut dalam pasal/poin rekomendasi. Yang sering muncul adalah kata/kalimat kearsipan daerah (kabupaten/kota, propinsi, dan nasional/ANRI). Namun, ada “terlewat” yaitu LKPT. Itu yang di Riau.

 

Demikian juga saat diskusi di Semarang, saat merumuskan AD/ART, menyebutkan anggota AAI cabang Kota Semarang (25/5/2022) terdiri dari arsiparis instansi pemerintah, dan swasta. Ada yang terlewat lagi yaitu LKPT. Ini pun saya sempat tidak teliti. Kemudian, teman saya – Ratu Bunga – mengingatkan kepada saya, bahwa arsiparis LKPT belum dimasukkan dalam poin/pasal yang sedang dibahas.

 

Melihat kedua kejadian tersebut, menjadikan penasaran posisi LKPT itu, ada dimana? Apakah masih kuat atau lemah? Mengapa sempat terlewat pada kedua momen tersebut? Wa’allahu’ alam. []

 

Semarang, 29 Mei 2022

Ditulis di Rumah jam 08.30 – 08.45 Wib.

• Tuesday, May 31st, 2022

 

Jika Ilmu Ditolak di Masyarakat
Oleh Agung Kuswantoro

Menyebarkan ilmu, bukanlah hal yang mudah. Ada dua kemungkinan dalam menyebarkan ilmu, yaitu diterima dan ditolak. Kalau diterima ilmunya oleh masyarakat itu, Alhamdulillah. Tapi, kalau ditolak ilmunya oleh masyarakat, apa yang harus dilakukan?

Ada dua kemungkinan yang akan dilakukan yaitu: membentuk komunitas (kecil) dan menghindari masyarakat tersebut.

Untuk membentuk komunitas yang dibutuhkan adalah loyalitas/kesetiaan dan kesadaran (kepedulian) terhadap ilmu tersebut. Tidak membutuhkan orang yang banyak sebagai pengikut. Setiap pemahaman akan ilmu dan kemantapan hati dari orang yang akan menjadi sebuah komunitas.

Yang kedua, menghindar dari masyarakat. Langkah ini dilakukan, jika sudah tidak memungkinkan lagi untuk tinggal di masyarakat. Bisa jadi kondisi yang tidak memungkinkan untuk tinggal di masyarakat, seperti: diancam atau dianiaya lahir batin bagi penyebar ilmu. Bahasa sederhananya, kondisi ini adalah hijrah.

Jika Anda adalah ustad, kiai, guru, dosen, atau penyebar ilmu, maka bisa jadi kondisi penolakan sebuah ilmu akan terjadi. Dua pilihan di atas sebagai solusi. Namun, saya berharap hal ini tidak terjadi. Masyarakat Anda menerima ilmu yang Anda sampaikan. Lalu, pertanyaan berikutnya: mengapa masyarakat menolak sebuah ilmu? Besok, kita akan bahas lagi ya?

Bersambung.

Semarang, 28 Mei 2022
Ditulis di Gedung Kearsipan UNNES lantai 1 pukul 06.30 – 06.45 Wib.

• Tuesday, May 31st, 2022

Administrator >< Tenaga Administrasi

Oleh Agung Kuswantoro

 

 

Berita Kompas Jumat (13 Mei 2022) yang berjudul “Bukan Sekadar Mencari Administrator” (https://www.kompas.id/baca/polhuk/2022/05/12/bukan-sekadar-mencari-administrator) menjadikan berpikir bahwa belajar ilmu administrasi itu sangat luas. Saya lulusan jurusan pendidikan ekonomi administrasi perkantoran.

 

Profesi saya sebagai pengajar. Saat awal mengajar, saya selalu menekankan bahwa Anda (baca: mahasiswa) adalah calon pemimpin. Pemimpin itulah Anda. Dalam administrasi itu ada kegiatan mengatur/menata/mengelola suatu tujuan yang minimal dilakukan dua orang.

 

Saya termasuk orang yang menolak istilah “tenaga
admin atau “biaya” administrasi. Mengapa? Kata administrasi yang melekat dalam kata “tenaga” dan “biaya”, makna administrasi menjadi kecil. Padahal, administrasi itu bermakna luas (Henry Fayol, 1841)

 

Dengan adanya judul yang ditampilkan Kompas, menjadikan saya “melek” akan makna administrasi. Kompas memang tepat mengambil judul tersebut, karena berkaitan dengan pemimpin kepala daerah.

 

Gunakanlah kata administrasi dengan tepat. Lebih  baik, pilih makna administrasi bermakna luas, bukan bermakna sempit. Administrator-lah yang benar, bukan “tenaga” admin, siapakah administrator itu? Semoga, Anda. Amin.

 

Semarang, 22 Mei 2022

Ditulis di Rumah jam 19.00 – 19.20 Wib.

 

• Sunday, May 29th, 2022

Kesalahan Peserta UTBK
Oleh Agung Kuswantoro

Beberapa hari ini saya menemani panitia UTBK di gedung Kearsipan UNNES. Saya menemukan kesalahan yang dilakukan oleh peserta diantaranya: salah hari, salah sesi, salah tanggal ujian, memakai kaos, tidak mencetak kartu peserta/surat keterangan lulus, dan memakai sandal.

Kesalahan kecil berdampak kepanikan dan ketidaktenangan batin peserta. Mengapa? Karena, mereka akan mengurus atas kekurangan dari apa yang sudah disyaratkan. Biasanya ada yang menangis saat mengetahui kesalahannya. Misal: kesalahan tanggal yang sudah lewat, ia baru menyadari saat masuk ke ruangan. Saat keluar ruangan, ia menangis.

Kadang melihat peserta menangis dan mencari kekurangan persyaratan yang dialami peserta, saya melihatnya kasihan. Namun, perbuatan untuk melengkapi kekurangan berkas adalah proses menuju kebaikan. Tak apalah, menurut saya, karena kesuksesan harus diraih dengan sebuah usaha. Sukses untuk Anda ya? Semoga tidak terjadi di lain kehidupan berikutnya dalam kekurangan berkas. Amin. []

Semarang, 28 Mei 2022
Ditulis di Rumah jam 08.15 – 08.30 Wib.

• Saturday, May 28th, 2022

Literasi dengan Cara Baca al-Qur’an, Kitab, Buku, Jurnal dan Koran Lalu Menulis

Oleh Agung Kuswantoro

 

Tiap hari minimal, saya membaca al-Qur’an, kitab, jurnal, dan koran. Biasanya al-Qur’an dibaca tengah malam. Sedangkan kitab, buku, jurnal, dan koran membacanya saat siang hingga malam hari.

 

Dalam teknik membaca, saya memakai strategi “cepat” membaca. Memang butuh keterampilan “khusus” agar bisa membaca dengan cepat.

 

Ada hal yang tidak bisa saya membaca dengan strategi “cepat”, yaitu membaca al-Qur’an, kitab (kuning), dan jurnal. Dimana, ketiga sumber literasi (al-Qur’an), kitab (kuning), dan jurnal harus diterjemahkan/diartikan dan ditafsiri. Mengapa? Ketiga sumber literasi menggunakan bahasa Arab dan Inggris dengan kaidah ketatabahasaan yang baik.

 

Biasanya usai membaca saya “mengikat” dengan menulis. Menulis dari yang saya baca. Jadi, urutannya adalah membaca, baru menulis. Bukan, menulis kemudian membaca. Karena, menulis adalah butuh sumber. Menulis, tidak sekadar (asal) menulis.

 

Memang harus menyempatkan waktu untuk membaca bagi saya. Karena, dengan membaca pikiran menjadi hidup. Dengan berpikir, saya bisa merenung, lalu menuliskan dari apa yang saya pikir. Dengan cara seperti ini, saya merasa hidup. Harapannya, saya memiliki karya berupa buku atau kitab yang bisa digunakan/dibaca untuk anak, santri, siswa, mahasiswa, dan orang lain/masyarakat. Senang rasanya, jika mereka akan membaca karya saya kelak. Semoga. Amin. [].

 

Semarang, 22 Mei 2022

Ditulis di Rumah jam 18.30 – 18.45 Wib.

 

 

• Friday, May 27th, 2022

 

Kompas: Penyebar Virus Literasi
Oleh Agung Kuswantoro

Kompas adalah koran nasional penyebar “virus” literasi (baca: kegiatan baca-tulis). Koran ini menyuguhkan analisis yang tajam dengan data dan bagan/chart, laporan literasi (perpustakaan & literasi digital) dan sosok literasi.

Ada beberapa judul berita selama sepekan yang saya tulis dan disimpan mengenai literasi di Kompas yaitu: “Warastuti Any Anggorowati: Memupuk Literasi di Jelita” (Jum’at, 10 Mei 2022, halaman 16); “Buku dan Budaya Bali” (Sabtu 14 Mei 2022, halaman 1); “Perpustakaan Bermigrasi ke Digital” (Jumat 20 Mei 2022, halaman 5); “Yulianto: Menebar Benih Minat Baca Buku” (Selasa 17 Mei 2022); dan “Manuskrip Kuno Didigitalisasi” (Rabu, 25 Mei 2022)

Melalui Kompas diharapkan membangun “budaya baca” dengan rublik-rublik/bagian-bagian yang menarik yang disajikan untuk pembaca. Tidak semua Koran bisa menyajikan sebuah pesan literasi.

Ditambah lagi, penggunaan Bahasa Indonesia dalam Kompas selalu menggunakan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) sehingga masyarakat menjadi tahu/paham kata Bahasa Indonesia yang benar. Misal: sekadar bukan sekedar.

Terima kasih Kompas atas “virus” literasinya, semoga memberikan dampak kebaikan dalam bidang budaya baca-tulis untuk masyarakat Indonesia. Amin.[]

Semarang, 23 Mei 2022
Ditulis di Rumah jam 05.00 – 05.10 Wib.

• Wednesday, May 25th, 2022

Mas Elon, Izinkan Aku Ikut ke Mars Untuk Salat
Oleh Agung Kuswantoro

Tahun 2026 adalah tahun tercepat SpaceX mengantarkan Astronot (baca: manusia) ke Mars. Banyak pertimbangan dan persiapan yang matang menuju Mars.

Mas Elon bagi saya adalah sosok manusia yang unik. Bayangkan, disaat orang berebut tanah atau cari rumah, ia malah “menggarap” tanah kosong di Mars. Di saat orang naik mobil dengan bahan bakar premium, ia sudah memikirkan mobil listrik (Tesla). Disaat internet lemot, ia mendirikan Starlink (internet dengan kecepatan tinggi)

Forbes memberitakan https://katadata.co.id/agung/berita/628b72a6bf3f4/10-orang-terkaya-di-dunia-versi-forbes-berapa-kekayaannya bahwa orang terkaya di dunia adalah Mas Elon, dengan total kekayaan hingga US$219 miliar atau sekitar Rp3.144 triliun (kurs US$1 = Rp14.357). Keren! Orang terkaya di dunia. Menjadi wajar jika sudah kaya di dunia, maka ia akan mengembangkan “kekayaannya” di luar dunia, yaitu Mars.

Jadi, ingat saya dengan kisah Isro’ Mikroj. Dimana, sosok manusia yang bernama Muhammad Saw “terbang” hingga langit ke-7 dengan bantuan Buroq. Ia “terbang” ditemani oleh Malaikat (Jibril). Sedangkan Mas Elon (rencana) “terbang” ke Mars dengan bantuan roket. Mas Elon rencana ke Mars ditemani oleh manusia.

Andaikan saya ikut atau diajak Mas Elon ke Mars pada tahun 2026, maka yang saya lakukan adalah salat dan sujud syukur di Mars. Entah mengapa, saya memilih untuk salat dan sujud syukur. Saya hanya ingin melakukan perbuatan salat terlebih dahulu di Mars, baru pekerjaan lainnya. Bisa jadi, salat saya pilih karena perbuatan yang terpenting dalam sebuah kehidupan adalah salat itu sendiri.

Andaikan ada “Mas Elon – Mas Elon” – lain yang sepemikiran dengan saya, saat tiba di Mars, ada satu kalimat yang harus diucapkan yaitu Subhanallah/Maha Suci Allah.

Saya masih membayangkan dan mengharapkan ada “Mas Elon – Mas Elon” dari kalangan yang sekeyakinan dengan saya. Karena, disitulah kita akan me-Maha-kan ciptaan Allah, sebagaimana peristiwa Isro’ Mikroj. Semoga “Mas Elon”, selanjutnya adalah Anda! Amin.

Semarang, 22 Mei 2022
Ditulis di Rumah jam 16.00 – 16.15 Wib.

Keterangan gambar: mainan mobil Tesla milik Mubin.

• Thursday, May 19th, 2022

 

Untuk Kearsipan UNNES yang Lebih Baik

Oleh Agung Kuswantoro

Selama empat hari ini (Senin-Kamis/16-19/5/2022), saya mendapatkan tugas dari pimpinan UNNES ke Pekanbaru, Riau untuk koordinasi nasional kearsipan. UNNES diundang dari unsur Perguruan Tinggi/PT. Ada 9 PT yang diundang dalam pertemuan tersebut, salah satunya UNNES.

 

Sudah dapat undangan dan masuk dalam nominasi penilaian kepengawasan kearsipan ANRI bagi saya itu, Alhamdulillah. Menjadi bagian dari pengelola kearsipan di UNNES sejak tahun 2015 hingga sekarang adalah yang pengalaman berharga. Saya menjadi tahu dan paham mengenai kondisi di lapangan dan merumuskan kebijakan kearsipan di PT/UNNES, bukanlah hal yang mudah.

 

Saya ke Riau, tidak sendiri. Saya ditemani arsiparis UNNES yaitu Bapak Eko Febrianto. Alhamdulillah, saya punya teman dalam tugas lembaga ini, jadi lebih mudah dalam bekerja dan koordinasi perjalanan kearsipan UNNES selama ini.

 

Mohon doa dan dukungan agar kearsipan UNNES pada tahun ini/2022, hasil penilaian kearsipan lebih baik. Segala identifikasi kebutuhan kearsipan dan sumber daya kearsipan, kami mulai siapkan dan dilaksanakan agar mendapatkan penilaian yang terbaik sesuai dengan kondisi kearsipan di UNNES.

Pekanbaru, Riau, 19 Mei 2022

Ditulis di Bandara Pekanbaru yang sedang hujan deras, jam 07.50-08.05 Wib.

• Monday, May 16th, 2022

 

Mulai Darimana Kita Berliterasi?
Oleh Agung Kuswantoro

Dari beberapa kesempatan saya diajak sebagai pembicara-peserta, penulis-pembaca terkait literasi. Saya memaknai literasi disini yaitu kegiatan membaca dan menulis.

Dari kegiatan yang saya ikuti, muncul sebuah pertanyaan besar, yaitu: “Mulai darimanakah kita berliterasi?”

Jika saya seorang kepala rumah tangga, maka saya menjawab bahwa literasi berawal dari keluarga (Bapak/Ibu). Jika saya seorang kepala daerah, maka saya menjawab bahwa literasi berawal dari ketua Pembinaan Kesejahteraan Keluarga/PKK. Dan, jika saya seorang kepala sekolah, maka saya menjawab bahwa literasi berawal dari Perpustakaan.

Saya kumpulkan jawaban tersebut yaitu Bapak/Ibu, ketua PKK, dan kepala Perpustakaan. Lihatlah ketiga sosok di lingkungan Anda tersebut: “Apakah sudah berliterasi?” Jika belum ketiga sosok tersebut itu berliterasi, maka susah untuk mewujudkan awal sebuah literasi. Mengapa? Karena orang mau membaca/menulis harus melihat tokoh/sosok terlebih dahulu.

Ingat Nabi Muhammad Saw – sorang manusia – yang pertama kali memulai literasi pada usia 40 tahun dengan perintah membaca (iqro), itupun “agak” kesusahan pada awalnya. Kemudian “dituntun” oleh (malaikat) Jibril. Malaikat Jibril adalah sosok yang mengajari nabi Muhammad Saw untuk berliterasi.

Sama halnya di lingkungan kita. Harus ada “sosok” Jibril yang mengajak berliterasi. Ketiga sosok itu (Bapak/Ibu, ketua PKK, dan kepala Perpustakaan) yang mengajak seseorang berliterasi pertama.

Tidak mungkin, seorang anak tiba-tiba mau membaca buku. Harus ada contoh dan “bujukan” atau ajakan dari bapak/Ibu. Tidak mungkin pula, dalam satu RT/RW ada warganya yang tiba-tiba membaca novel, tanpa difasilitasi koran, buku, dan “rumah baca” di tiap Dusun/Desa. Demikian juga tidak mungkin sekolah tiba-tiba siswanya mau giat membaca dan menulis, tanpa ada program inovasi dari kepala Perpustakaan dalam membangun “literasi digital”.

Itulah pendapat saya mengenai “keprihatinan” dari negeri kita dan lingkungan sekitar yang minim berliterasi. Mari kita mulai berliterasi. Mulailah dari diri, keluarga, lingkungan sekitar dan lingkungan pendidikan. Bacalah buku agar kita tidak “terpancing” dengan dengan sebuah informasi yang belum tentu benar. []

Semarang, 12 Mei 2022
Ditulis di Rumah jam 05.00 – 05.30 Wib.