Author Archive

• Thursday, November 29th, 2018

Albarzanji (29): “Oleh-olehnya, Sholat

Oleh Agung Kuswantoro

 

Hasil perjalanan Nabi Muhammad SAW ketika Isro’ Mi’roj yaitu sholat. “Oleh-oleh”– saya menyebutnya– berupa sholat. Sholat diwajibkan setelah Isro’ Mi’roj. Sholat Dhuhur menjadi sholat pertama yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

 

Mengapa sholat Dhuhur? Karena, sepulang dari Isro’ Mi’roj, kayfiyah/tata cara sholat belum diajarkan oleh malaikat Jibril. Setelah itu, diwajibkan sholat Dhuhur, karena sudah ada kayfiyah-nya. Oleh karenanya, sholat Dhuhur-lah, sholat wajib yang pertama dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

 

Walaupun sholat yang diwajibkan oleh Allah yaitu 5 waktu. Namun, pahalanya 10 kali lipat dari masing-masing sholat. Jadi 50 pahala sholatan untuk 5 waktu. 50 sholatan inilah,sama seperti Nabi Musa. Itulah, keanugerahan Allah kepada umat Nabi Muhammad SAW. Dimana pahalanya setara dengan ibadah sholat umat Nabi Musa. Waallahu’alam

 

Semarang, 27 November 2018

 

 

• Wednesday, November 28th, 2018

Muslimin dan Musyrikin
Oleh Agung Kuswantoro

Seperti baisa tiap hari Senin dan Selasa, pembelajaran di Madasah, materinya adalah fiqih. Adapun, kajiannya adalah Sholat.

Kelas C dan D, saya gabungkan. Kelas C mempraktikkan Sholat mulai dari niat hingga bacaan sunah setelah surat Alfatihah.

Kelas D menyimak dan memperhatikan dari praktik kelas C. Tiap santri kelas D menuliskan di buku mengenai kekurangan dari yang dipraktekkan kelas C.

Hasil pengamatan kelas D mengatakan bahwa, ada santri sholatnya tertawa, banyak gerakan (menggoyang-goyangkan badan), dan pandangan mata ke arah sana-sini.

Saya membenarkan hasil pengamatan oleh santri-santri kelas D. Kemudian, saya membahas dan mendiskusikan kepada mereka.

Saya bertanya kepada mereka (kelas C). Bolehkah sholat itu tertawa? Bolehkah sholat itu menggoyang-goyangkan badan? Dan, bolehkah sholat memandang ke sana-sini?

Jawaban mereka sepakat tidak boleh. Sebenarnya mereka mengetahui perbuatan tersebut itu tidak boleh. Namun, mereka melakukannya.

Dalam praktiknya, (dulu) mereka melakukan perbuatan tersebut. Namun, semenjak ada Madrasah, saya mengenalkan mengenai hal-hal yang diperboleh dan dilarang dalam sholat. Sehingga perlu mereka mempraktikkannya, agar mereka memahaminya.

Ada satu yang terlewat dari pengamatan santri kelas D yaitu bacaan doa Iftitah. Dimana, antara musyrikin dan muslimin dibaca sama semua yaitu musyrikin.

Inni wajahtu wajhi lilladzi fatarossama wati wal ardo, khanifam muslimau wama ana minal musyrikin. Inna sholati dan seterusnya, berakhir dengan wa ana minal muslimin.

Saya langsung meminta tolong kepada masing-masing santri untuk melafalkan doa Iftitah satu kalimat, mulai dari inni wajahtu hingga wama ana minal musyrikin.

Mereka menulis dengan tulisan Arab mengenai satu kalimat tersebut. Saya menuliskannya di papan. Kemudian, mereka menulis di buku. Lalu, mereka membaca atas tulisan mereka.

Apa yang terjadi? Antara yang ditulis dengan yang dilisankan, mereka cenderung hafalan. Bacaan panjang – pendeknya tidak jelas. Misal, wajahtu. Tu-nya dibaca panjang. Wajjah dibaca wajah, tanpa tasdid.

Mereka saat melafalkan cenderung halafan. Dan, akhir dari kalimat itu dibaca muslimin. Kedua juga muslimin.

Saya mengatakan kepada mereka untuk membaca tulisannya. Mereka tetap membaca muslimin semua. Lalu, ada santri yang mengatakan bahwa, hapalanku salah.

Inilah yang saya tekankan, bahwa melalui mengaji mereka jadi lebih memahaminya. Dengan cara menulis, lalu membacanya. Kemudian, mengartikannya.

Penekanannya, bukan hafalannya. Hafalan sah-sah saja. Namun, kaidah tajwid akan hak-hak huruf harus diperhatikan. Ketepatan kata, juga harus diperhatikan. Musyrikin dulu, baru muslimin. Misalnya, seperti itu.

Yuk buka kitab fiqih kita. Lalu, tulis bacaan sholat itu. Pahami maknanya. Dan, perhatikan hak-hak huruf tersebut. Tujuannya agar kita mengetahui dan memahami betapa dahsyat bacaan sholat itu. Waallahu’alam.

Semarang, 26 November 2018

• Tuesday, November 27th, 2018

Peta Konsep Hukum Nun Mati Atau Tanwin

Oleh Agung Kuswantoro

 

Seperti biasa, tiap hari Kamis materi kajian di Masjid Nurul Iman adalah Tajwid. Tiap kelas sibuk dengan materinya. Terlihat kelas A dan B sedang belajar Mahroj huruf Hijaiyyah. Ustadah Nisa sibuk dengan pelafalan huruf kepada Santri. Sekali-kali, menyanyikan alif, ba, ta, tsa, jim, kha, kho, dan seterusnya.

 

Kelas C diampu oleh Ustadah Lu’lu’. Materinya Mahroj huruf. Terlihat Santri menirukan atas ucapan Ustad. Santri harus serius mengikutinya, karena mareka (belum) terbiasa dengan pelafalan Mahroj suatu huruf.

 

Kelas D, saya yang mengampu. Saya melanjutkan materi sebelumnya. Saya membuat peta konsep atas  hukum Nun mati atau tanwin. Kemudian, Santri menyebutkan huruf-hurufnya.

 

Misal, Idhar. Hurufnya apa saja? Santri yang menyebutkan. Saya yang menuliskan dalam papan tulis. Mengapa saya melakukan itu? Karena semua materi sudah diberikan kepada Santri.

 

Setelah mereka membuat peta konsep, mereka membuka Alqur’an. Mereka, membuka surat Alfatihah. Mereka mencari bacaan yang ada hukum Nun mati atau tanwin.

 

Ketiga santri sibuk mencari bacaan yang ada di surat pembuka Alqur’an tersebut. Ayat  demi ayat mereka telusuri. Dua santri (Raihan dan Riris) mengatakan, “Saya nemu, Pak”. Ini ‘An ‘am ta ‘alaihim”.

 

Riris menjelaskan itu bacaan Idhar, karena Nun mati ketemu huruf ‘ain. Sehingga, harus dibaca jelas. Ternyata, pada Alfatihah ditemukan satu bacaan yang mengandung hukum Nun mati atau tanwin. Kemudian, mereka mencari hukum nun mati dan tanwin pada surat Albaqoroh ayat 1 hingga 6.

 

Mengingat waktu sudah sore, saya memberikan tugas kepada mereka untuk mencari bacaan-bacaan yang ada hukum nun mati atau tanwin pada surat Albaqoroh ayat 1 hingga 6.

 

Itulah cerita kami dengan mereka. Belajar mengenal ilmu Allah, karena kami ingin dekat dengan Allah, sehingga kitab suci (Alqur’an), harus saya pelajari. Minimal dari sisi tajwidnya. Waallahu’alam.

 

Semarang, 23 November 2018

Ditulis di pom bensin AKPOL Semarang, pukul 17.10 WIB

• Tuesday, November 27th, 2018

Albarzanji (28): Nabi Muhammad SAW Bertemu Para Nabi

Oleh Agung Kuswantoro

 

Sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah dan setelah wafat Abu Tholib dan Khodijah, Nabi Muhammad SAW di-Isro’Mi’roj-kan oleh Allah SWT. Isro’ berawal dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Kemudian, Mi’roj ke Sidratul Muntaha.

 

Di langit pertama, ia bertemu Nabi Adam. Nabi Adam yang diangkat derajat kemuliaannya. Di langit kedua bertemu Nabi Isa bin Maryam. Maryam adalah gadis suci yang terhindar dari “noda” godaan laki-laki. Maryam selalu bertakwa.

 

Di langit kedua, ia bertemu juga, Nabi Yahya (saudara sepupu Nabi Isa). Nabi Yahya, sejak kecil mampu memahami kitab taurot.

 

Di langit ketiga, ia bertemu Nabi Yusuf. Nabi Yusuf memiliki wajah yang tampan. Di langit keempat Nabi Idris yang derajatnya dimuliakan oleh Allah.

 

Dilangit ke lima, ia bertemu dengan Nabi Harun. Nabi Harun adalah seorang yang sangat dicintai oleh kaum bani Isroil.

 

Di langit ke enam, ia bertemu dengan Nabi Musa. Nabi Musa adalah sosok yang “ahli” bermunajat kepada Allah. Ia pernah berbicara secara langsung dengan Allah, sehingga dijuluki Kalamullah.

 

Di langit ketujuh, ia bertemu Nabi Ibrohim. Nabi Ibrohim “hatinya” selalu dijaga oleh Allah dan dijaga dari sengatan panas api milik raja Namrud.

 

Yogyakarta, 25 November 2018

• Saturday, November 24th, 2018

ARSIP : Teori dan Praktis
Oleh Agung Kuswantoro

Hari ini (24-25 November 2018) bertempat di hotel Ibis Malioboro Yogyakarta, saya diajak berdiskusi oleh para praktisi kearsipan dari Perguruan Tinggi dan Perbankan. Mereka difasilitasi oleh PT Media Citra Mandiri. Selama dua hari, kita akan belajar kearsipan. Mereka berasal dari Bank Bali (2 orang), Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa Bali (2 orang), Fakultas Kedokteran Univeristas Muhammadiyah Jakarta (2 orang), Bank Papua (2 orang), Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara (1 orang), dan Fakultas Kedokteran Muslim Indonesia (1 orang), dan Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (3 orang).

Saya akan memberikan gambaran kearsipan yang sesimpel mungkin. Mengapa? Karena, mengelola arsip itu ‘asyik’. Jangan sampai ada anggapan bahwa arsip itu susah. Archieve is easy, prinsipnya itu. Sehingga, saya menyampaikannya pun dengan bahasa yang ‘renyah’ dan ‘gurih’. Kalau, bisa dengan menggunakan bahasa mereka. Sehingga, mereka bersemangat dalam pelatihan selama dua hari ini. Misal, mereka dari ranah praktisi, maka saya berbicaranya juga praktis. Bukan, teoritis. Toritis saya gunakan di dunia kampus.

Definisi Arsip secara sederhana adalah segala ‘sesuatu’ yang diterima atau dibuat oleh sebuah lembaga baik pemerintah atau lembaga swasta yg mengandung informasi yg utuh, autentik dan dapat terpercaya (reliabel). Setelah ‘sesuatu’ itu digunakan, maka ia harus disimpan sesuai dengan jadwal retensi arsip atau JRA. Karena JRA inilah yg menentukan apakah arsip tersebut bisa disimpan, atau akan dimusnahkan. Jika, ia tidak mengandung informasi yang utuh, autentik dan dapat dipercaya, maka ia bukan arsip. Melalui pemahaman itu, ternyata tidak harus arsip itu berwujud kertas. Bisa CD, flasdisk, DVD, hardisk, foto, dan lainnya. Intinya, ‘sesuatu’ itu memiliki nilai guna informasi.

Karena memiliki nilai guna itulah, maka harus disimpan. Disimpan di mana? Sesuai dengan UU 43/2009 maka arsip dapat disimpan pada rak, filling cabinet, mobile file dan tempat yang lainnya.

Untuk penyimpanan arsip aktif bisa pada filling cabinet dan menggunakan map gantung atau folder gantung dan untuk penyimpanan arsip inaktif bisa menggunakan boks arsip yang diberi label dan di tempatkan atau disimpan pada rak-rak arsip. Sedangkan untuk arsip statis, sebuah lembaga–bukan lembaga kearsipan–wajib menyerahkan arsipnya kepada lembaga kearsipan pusat, lembaga kearsipan Daerah/Kota. Tujuannya untuk menyimpan arsip statisnya.

Mengapa seperti itu? Karena, ia harus diselamatkan. Jika kita membutuhkan, maka ia cepat ditemukan. Ia tidak (langsung) dipanggil, muncul dengan segera. Tetapi, harus dicari. Karena ia harus dicari, maka perlu dikelola. Pertanyaannya, bagaimana cara mengelolanya?

 

Mari kita perhatikan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan. Arsip dibagi menjadi dua yaitu arsip dinamis dan statis. Pengelolaan arsip dinamis terdiri dari pengelolaan Arsip aktif yang dikelola di unit pengolah di central file. Pemberkasan arsip aktif berdasarkan klasifikasi arsip. Pengelolaan Arsip inaktif itu tanggung jawab unit kearsipan dan disimpan di record center. Penataannya meliputi pengaturan fisik arsip, pengolahan informasi arsip, dan penyusutan daftar arsip inaktif. Pengelolaan arsip vital yaitu identifikasi, perlindungan, pengamanan, penyelamatan Dan pemulihan arsip.

Sedangkan arsip statis dikelola di lembaga kearsipan pusat. Dalam hal ini ANRI atau lembaga kearsipan daerah. Adapun aktivitas penataannya yaitu akuisisi arsip statis, pengelolaan arsip statis, preservasi arsip statis, dan akses arsip statis

Siapa unit kerja? Lihatlah SOTK organisasi. Bisa berwujud lembaga, fakultas, badan, unit pelaksana teknis, dan sub unit kerja lainnya. Sedangkan, unit kearsipan adalah lembaga yang bertugas menangani kearsipan di organisasi tersebut.

Itu dulu cerita singkat saya, semoga bermanfaat tulisan sederhana. Semoga kita bisa belajar bersama.

  1. Yogyakarta, 24 November 2018
• Saturday, November 24th, 2018
  1. Albarzanji (25): Diwajibkan Sholat Malam/Lail
    Oleh Agung Kuswantoro

Melihat keadaan Nabi Muhammad SAW dalam keadaan susah, pamannya – Abu Tholib – selalu melindunginya. Ia berharap selamat dari serangan orang Musyrik.

Keadaan tersebut, menjadikan Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk melakukan sholat malam (QS. Al Muzammil ayat 1). Yang artinya, “Hai orang yang berselimut”. Lalu, ayat tersebut diganti/dinasah dengan surat Al Muzammil ayat 20. Dimana ia diwajibkan Tahajud/sholat lail.

Lalu, diwajibkan pula sholat dua rokaat diwaktu pagi dan petang. Kemudian, diganti dengan sholat 5 waktu, ketika Nabi Muhammad SAW Isro’ Mi’roj.

Itulah sejarah jumlah sholat dalam Albarzanji. Ternyata, tahajud itu lebih duluan. Bahkan, Allah mewajibkannya bagi Nabi Muhammad SAW. Ini pembelajaran bagi kita, agar senantiasa melaksanakan sholat malam. Karena Nabi Muhammad SAW selalu melakukannya. Bahkan, ayatnya, pernah diganti dengan surat Al muzammil ayat 20, yang dulunya surat Al Muzammil ayat 1.

Sekali lagi, urutannya, yaitu 1 sholat (tahajud), 2 sholat (waktu pagi dan petang), dan terakhir 5 sholat (Dhuhur, Asar, Maghrib, Isya, dan Subuh).

Semoga kita bisa melaksanakan sholat-sholat itu. Karena Nabi Muhammad SAW selalu melaksanakan itu, terlebih awalnya perintah itu (sholat) dalam keadaaan susah. Sebagaimana keadaan di atas. Itu artinya, sholat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Untuk menguatkan batin kita kepada-Nya, agar ada pertolongan dari-Nya.

Semarang, 25 November 2018

• Friday, November 23rd, 2018
  • Albarzanji (24): Dakwah Terang-terangan
    Oleh Agung Kuswantoro

Banyaknya sahabat yang masuk Islam, menjadikan dakwah Nabi secara terang-terangan. Dulu bersembunyi dalam menyiarkan Islam.

Tercatat orang yang masuk Islam yaitu Ustman bin Affan, Sa’ad bin Abi Waqqash, Said bin Zaid, Tholhah bin Ubaidillah, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awan, dan Sofiyyah. Abu Bakar juga berhasil memasukkan sahabatnya. Ini pertanda, bahwa sahabat Nabi Muhammad SAW mulai kuat dalam mengajarkan Islam.

Keadaan tersebut, turunlah ayat Al Hijr 94, “Fasda’ bima tu’maru”. Ayat ini perintah agar berdakwah dengan terang-terangan.

Semakin dakwah secara terang-terangan, maka orang Musyrikin mulai “berang” dengan apa yang dilakukan oleh Nabi. Akhirnya, terjadi permusuhan dan penganiayaan terhadap sahabat Nabi Muhammad SAW. Beberapa sahabat dan Nabi Muhammad SAW terancam dengan tindakan Musyrikin. Akhirnya, mereka (Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya) hijrah ke Habasyah. Ini terjadi pada tahun ke-5 setelah kenabian.

Semarang, 23 November 2018

• Monday, November 12th, 2018

Albarzanji (13): Nabi Muhammad SAW “Dioperasi”

Oleh: Agung Kuswantoro

 

Saat masih kecil Nabi Muhammad SAW pernah “dibedah” dadanya. Siapa yang membedah? Dua Malaikat. Tujuan membedah dada Nabi Muhammad SAW adalah membuang darah hitam dan menghilangkan setan yang ada dalam tubuhnya, seperti penyakit “was-was”.

 

Oleh karenanya, kita – sebagai manusia – dianjurkan untuk sering membaca surat ANNAS, terlebih saat akan solat, melalui surat ANNAS diharapkan setan, akan pergi dari manusia.

 

Dua Malaikat, dada Nabi Muhammad SAW sudah dibersihkannya. Kemudian, dibasuh dengan “es”, diisi dengan hikmah dan rahasia-rahasia iman. Kemudian, ditutup dadanya, seperti semula. Dan, mengecap dengan “cap” kenabian.

Setelah selesai proses “operasinya”, kemudian Nabi Muhammad SAW ditimbang “kemuliaan/keluhurannya”. Hasilnya, berat “kemuliaan/keluhurannya” melebihi seribu orang pilihan dari umatnya.

 

Jadi, yang ditimbang bukan berat badan/fisiknya, tetapi kemuliaannya. Meskipun, masih kecil, namun hasilnya melebihi ‘bobot’ 1000 kemuliaan  orang dewasa yang terpilih dari umatnya. Itulah masa kecil Nabi Muhammad SAW. Setelah “operasi”. Waallahu’alam.

 

Semarang, 10 November 2018

• Monday, November 05th, 2018

Latihan Baca Albarzanji

Oleh: Agung Kuswantoro

 

Iman kepada Rosul adalah kewajiban bagi Mukallaf (baligh dan berakal). Namun, bagaimana cara mengimani kepada Rosul? Cara, kami (saya dan santri) mengimaninya dengan belajar membaca Albarzanji.

 

Latihan membaca Albarzanji ini dimulai sejak dini (anak-anak). Mengajak mereka (santri), karena mereka harus mengetahui “biografi” Nabi Muhammad SAW sejak mereka kecil. Sehingga, kehidupan Nabi Muhammad SAW menjadi teladannya.

 

Yang datang untuk belajar latihan baca Albarzanji untuk pertemuan awal yaitu Mas Raihan dan Wawan. Saya menyampaikan materi Yarobbi solli ‘ala muhammad, ya robbi solli alaihi wasallim. Mas Raihan yang membaca sholawat itu hingga selesai (Yarobbi Nakhtimbi bil musyafa’, yarobbi sholli alaihi wasallim). Sedangkan mas Wawan membaca Yarobbi solli ‘ala muhammad, ya robbi solli ‘alaihi wa sallim. Jadi, selama sholawat ini saling bergantian. Saya sendiri, menuntun dan mendampingi mereka saat membaca.

 

Pastinya, latihan membaca Albarzanji ini diperuntukkan bagi orang yang sudah bisa membaca Alqur’an, jika masih jilid/qiroaty awal, maka belum saya perkenankan membaca Albarzanji.

 

Harapan, dari belajar membaca Albarzanji ini adalah agar mereka mengetahui Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir dan “pemimpin” para Rosul. Selain itu, mereka dapat belajar sejarah dari Nabi Muhammad SAW lahir hingga wafat. Dengan cara ini, mereka dapat lebih mencintai Nabinya. Waallahu’alam.

 

Semarang, 4 November 2018

 

 

 

 

 

 

 

 

 

• Saturday, November 03rd, 2018

SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW VERSI KITAB ALBARZANJI

 

ALBARZANJI (1)

Oleh: Agung Kuswantoro

 

Dua pekan lagi, kita memasuki bukan Robiul Awal (Maulud). Ada kebiasaan yang bagus masyarakat kita yaitu membaca kitab Albarzanji. Bahkan, kitab ini tidak hanya dibaca pada bulan Maulud saja. Tetapi di luar bulan itu. Tidak cukup dibaca sebulan sekali. Tetapi juga, seminggu dua kali. Misal, hari Ahad malam (malam Senin) dan Kamis malam (malam Jum’at).

 

Ada beberapa alasan mengapa kitab itu dibaca pada hari Ahad malam dan Kamis malam. Pada Ahad malam dipercaya bahwa pada Senin, Nabi Muhammad SAW dilahirkan. Sehingga, kita dianjurkan untuk membaca sholawat Nabi. Untuk mendapatkan keberkahan di malam kelahirannya.

 

Kemudian, pada Kamis malam dipercaya, bahwa pada hari besok (setelah Kamis), ada hari yang paling bagus yaitu hari Jum’at. Pada Kamis malamnya, kita dianjurkan untuk banyak baca sholawat Nabi. Waallahu’alam.

 

 

Semarang, 29 Oktober 2018

 

 

ALBARZANJI (2)

Oleh: Agung Kuswantoro

 

Albarzanji adalah sebuah kitab/buku berisikan puji-pujian dan doa, serta cerita tentang Nabi Muhammad SAW. Kandungan berisikan silsilah keturunannya. Masa kanak-kanan, remaja, dewasa, hingga diangkat menjadi Rasul.

 

Penulis kitab tersebut adalah Syekh Ja’far Albarzanji Bin Hasan Bin Abdul Karim. Barzanji berasal dari nama sebuah tempat yaitu Barzinj, di Kudistan. Judul asli dari kitab tersebut yaitu “Iqd al-Jawahir”, yang bermakna kalung permata. Tujuannya agar meningkatkan kecintaan terhadap Nabi Muhammad SAW, sebgaai contoh teladan manusia.

 

Bersambung…

 

Semarang, 29 Oktober 2018

 

 

Albarzanji (3): Nasab Nabi Muhammad SAW

Oleh: Agung Kuswantoro

 

Nabi Muhammad SAW, bapaknya bernama Abdullah bin Abdul Mutholib bin Hasyim Abdi Manaf bin Qushoyyi. Ia berasal dari suku Quraisy. Silsilah keturunan sangat panjang dan mulia. Karena Allah sudah “menatanya”, bahwa yang dilahirkan adalah makhluk yang mulia, sehingga Imam Ja’far memujinya dengan siir “nasabun tahsibul ‘ulaa bihulahu, qolladatha nujumahal jauzau”. “habbadza iqdu sudadin wafakhoiri; anta fihil yatimatul asmau”.

 

Adapun artinya, Nasab Nabi termasuk nasab termulia, bagaikan sekumpulan bintang jauzak. Terbaiklah nasabmu, bagaikan untaian yang indah megah; padanya bagaikan leher dan mutiara yang sangat berharga.

 

Siir itulah yang pertama dalam kitab Albarzanji. Atau, Siir kedua setelah ya robbi solli ‘ala Muhammad.

 

Semarang, 31 Oktober 2018

 

 

Albarzanji (4): Nasab Nabi Muhammad

Oleh: Agung Kuswantoro

 

Dalam keterangan kitab Aqidatul Awwam, ada Siir, “Abuhu Abdullahi Abdul Mutholib, Wahasyim Abdul Manafi yan tasibu. Wa ummuhu Aminatuz Zuhriyyah, ardho’tuhu Halimatus Sa’diyah.

 

Adapun maksud dalam Siir tersebut yaitu Bapak Nabi Muhammad yaitu Abdullah bin Abdul Mutholib bin Hasyim bin Abdi Manaf. Sedangkan ibunya, bernama Aminah binti wahab binti Abdi Manaf binti Zuhroh bin Kilab, yang menyusui adalah Halimatus Sa’diyah.

 

Dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa “Kilab” ternyata satu pertemuan diantara Nasab Abdullah dan Aminah. Dari Nabi Ismail AS. Dimana, bapak Nabi Ismail AS adalah Nabi Ibrahim AS. Sehingga, dapat dikatakan bahwa Nabi Ibrohim AS adalah Bapak para Nabi/Abul Anbiya. Termasuk Nabi Muhammad SAW berasal dari keturuan Nabi Ibrohim AS. Waallahu’alam.

 

Semarang, 31 Oktober 2018

 

 

Albarzanji (5): Orang Tua Nabi Muhammad SAW Itu “Suci”

Oleh: Agung Kuswantoro

 

Nasab Nabi Muhammad SAW telah dimuliakan dan dijaga dari kemaksiatan, termasuk perzinaan – baik dari sisi Bapak dan Ibu.

 

“Benih harus baik, untuk menghasilkan sebuah buah yang berkualitas”, termasuk pohonnya”. Pohon sebagai simbol nasab, buah sebagai simbol hasil, dan benih adalah keturunannya.

 

Artinya, Nabi Muhammad SAW memiliki keturunan yang “bersih” dari maksiat. Tidak cacat dari segi “kotoran hati”, baik orang tua (Bapak dan ibunya). Sebagaimana digambarkan Siir berikut, “Khafidol ulahu karomatallimuhammadin; amba ahul amjada shaunan lil mihi. Tarokusshifa kha falam yu sib hun ‘aruhu; min adamin wa ila abihi wa ummihi”.

 

Artinya, Tuhan telah memelihara kemuliaan Nabi Muhammad SAW, terhadap bapak-bapaknya yang mulia, demi memelihara namanya. Mereka tinggalkan perzinaan, maka tak tertimpa celakanya. Semenjak Nabi Adam sampai kepada ayah bundanya.

 

Siir tersebut merupakan siir kedua dari Albarzanji yang berisikan kesucian dan kemuliaan dari Bapak dan Ibu Nabi Muhammad SAW. Kesucian yang dimaksud adalah perbuatan zina. Orang tua Nabi Muhammad SAW itu bersih dari kemaksiatan. Waallahu’alam.

 

Semarang, 3 November 2018

 

 

Albarzanji (6): “Nur” Kenabian

Oleh: Agung Kuswantoro

 

Saat Allah menghendaki untuk menciptakan Nabi Muhamad SAW, Allah menciptakan bentuk (rupa) yang bagus dan memindahkan “nur” kenabiannya ke rahim Aminah.

 

Aminah terpilih menjadi Ibu yang suci. Lalu, diserukan kepada penjaga langit dan bumi mengenai “nur” kenabian yang telah dikandung Aminah.

 

Responnya pun bermacam-macam dari penghuni alam. Bumi yang tadinya gersang, tumbuhlah tanaman yang subur. Buah-buahan segera masak. Binatang melata yang dipelihara oleh suku Quraisy bercerita mengenai kandungan yang ada dalam rahim Aminah.

 

Itu respon yang menggembirakan. Ada pula respon yang menyedihkan, bagi para penyembah berhala. Apa itu?

 

Singgasana dan berhala-berhala milik orang Quraisy itu hancur/runtuh. Ahli sihir mendapatkan bencana. Dan, pendeta Nasrani bergetar hati (ketakutan) karena adanya “nur” kenabian.

 

Ketika Aminah tertidur, ia bermimpi bahwa kelak jika anak yang lahir dinamai dengan nama Muhammad.

 

Mengapa dinamai Muhammad? Karena segala penghuni dari penjuru langit, bumi, jin, hewan, tumbuhan, dan penghuni alam semesta itu memuji terhadap kesucian Muhammad, sehingga pujian itulah, dinamai Muhammad. Waallahu’alam.

 

Semarang, 3 November 2018