Author Archive

• Sunday, November 19th, 2017

Sarana Menuju Ke Surga (1)

Oleh Agung Kuswantoro

 

Hadist yang ke-29 dari Kitab Arbain Nawawi ini, menurut saya panjang sehingga, saya membaginya ke dalam beberapa bagian. Ini bagian yang pertama.

 

Ada sahabat Mu’adz datang datang ke Nabi Muhammad SAW. Ia bertanya “Perbuatan apa yang dapat memasukkan saya (Mua’adz) masuk ke surga dan menjauhi api neraka”? Nabi Muhammad SAW menjawab pertanyaan itu dengan kalimat, luar biasa dan mudah menjawabnya bagi orang yang diberi petunjuk  oleh-Nya”.

 

Apa itu jawaban Nabi Muhammad SAW? Ini, jawabannya. Pertama, beribadah secara total kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Menyekutukan ini menjadi point tersendiri, terlebih saat sekarang, orang banyak “terlena” terhadap Allah. Kedua, menegakkan sholat. Sholat ini adalah amalan harian. Harus dijaga. Benar kata Rasul, bahwa sebenarnya perbuatan ini mudah, namun belum tentu orang melakukannya dengan totalitas.

 

Ketiga, menunaikan zakat. Penting bagi kita bahwa zakat itu bisa melebur dosa. Keempat, berpusa di bulan Ramadhan. Ini adalah amalan tahunan. Fenomena ini, menjadi tantangan bagi anaka muda, kerana ternyata melakukan puasa di bulan Ramadhan, bukanlah hal yang mudah. Ada beberapa orang yang tidak puasa. Terakhir, kelima adalah naik haji. Amalan ini adalah amalan seumur hidup. Mengapa demikian? Jika orang bersangkutan “mampu”. “Mampu” disini dimaknai, mampu secara fisik dan materi (keuangan).

 

Lima resep amalan menuju surga ini. Belum selesai kita bahas. Besok kita lanjut lagi. Bersambung

• Sunday, November 19th, 2017

Akhir Cerita Pemilik Kebun

Oleh Agung Kuswantoro

 

Pembahasan kita telah masuk pada tahap akhir dari kisah pemilik kebun yang dikisahkan dalam surat Alkahfi. Akhirnya, Allah menghancurkan kebun milik orang kafir yang sombong, dengan mendatangkan hujan lebat disertai petir. Hujan dan petir memporak-porandakan kebun milik orang Kafir. Air hujan surut dan membanjiri kebunnya. Pohon-pohon yang ada di kebun tersebut pun tersambar petir. Kurang lebih gambarannya seperti itu.

 

Kalimat yang diucapkan oleh pemilik kebun tersebut yaitu “Aduh, sekiranya dulu aku tidak mempersekutukan Tuhanku dengan seorang pun”. Jika kita perhatikan, kalimat tersebut adalah bentuk penyesalan orang kafir atas tindakannya yang melupakan Allah. Ia lebih memilih kekayaan dan “perhiasan” dunia dibanding dengan beribadah kepada Allah. Ia lupa akan karunia Allah. Ia tergoda oleh kenikmatan dunia. Namun, penyesalan itu sudah tidak ada artinya. Karena Allah sudah memberikan azab padanya.

 

Allah tidak bisa menolongnya. Dan tidak ada seorang atau makhluk satupun yang bisa menolongnya, sebagaimana firman Allah dalam QS. Alkahfi ayat 43 yaitu, “Dan tidak ada bagi dia segolong pun yang akan menolongnya selain Allah, dan sekali-kali ia tidak dapat membela dirinya.

 

Ayat di atas menunjukkan ketegasan Allah terhadap sikap orang kafir (baca: pemilik kebun) yang telah lalai akan perintah Allah di dunia. Bahkan, menghina pemilik kebun orang muslim. Inti dari pembahasan tentang kebun adalah (1) manusia harus bersyukur terhadap nikmat Allah, (2) jangan lalai terhadap nikmat Allah, (3) peringatan (baca: azab) Allah pasti akan datang bagi hamba yang lalai akan nikmat Allah, (4) hanya Allah-lah penolong yang paling hak, bukan manusia. Penolong dalam keadaan apapun.

 

Semoga pembelajaran mengenai pemilik kebun bisa kita ambil hikmahnya. Dan, semoga kita bukan termasuk bagian dari kisah pemilik kebun orang kafir. Amin

 

 

Semarang, 17 November 2017

• Friday, November 17th, 2017

 

Sisi Lain Nabi Muhammad SAW

Oleh Agung Kuswantoro

 

Berbicara sosok Nabi Muhammad SAW, pada akhirnya kita akan kagum akan kepribadiannya. Dalam kitab atau buku, baik dalam bahasa Indonesia, Arab, dan Inggris mengkaji tentang Nabi Muhammad SAW dengan detail tentang kesolehan dan akhlaknya. Sebagai umatnya, kita wajib mengimaninya. Mengimaninya sebagai bentuk rukun iman kepada Rosulnya. Ini merupakan rukun iman yang ke-4. Lalu adakah sisi lain dari Nabi Muhammad SAW sebagai manusia?

 

Dari beberapa referensi buku yang saya baca, ada beberapa sisi lain mengenai Nabi Muhammad SAW. Pertama, Nabi Muhammad SAW waktu lahir dalam keadaan yatim. Nama ayahnya bernama Abdullah, sedangkan ibunya Aminah. Abdullah meninggalkan Nabi Muhammad SAW (anaknya) saat ia dalam kandungan. Abdullah meninggal saat pulang dari negeri Syam. Setelah membawa barang dagangan, kemudian saat pulang, Abdullah sakit dan dimakamkan di desa sekitar Madinah. Usia Abdullah waktu itu adalah 24 tahun.

 

Kemudian, Nabi Muhammad SAW lahir. Pada hari Senin 12 Robiul Awal tahun Gajah. Saat Nabi Muhammad SAW lahir dalam keadaan sudah dikhitan, sebagaimana hadist yang diriwayatkan Aisyah yaitu Rasulullah bersabda, “Termasuk dari kemuliaanku adalah aku dilahirkan dalam keadaan telah dikhitan dan tidak ada seorang pun melihat aurotku”. Hadist ini, sangat jelas, bahwa Nabi Muhammad SAW lahir sudah dalam keadaan dikhitan.

 

Kedua, menikah. Nabi Muhammad SAW itu menikah, layaknya manusia pada umumnya. Istri pertamanya adalah Khadijah binti Khuwailid Radhiyallahu ‘Anha. Khadijah, dalam tarih (sejarah), bahwa Khadijah sebelum menikah dengan Nabi Muhammad SAW pernah menikah dengan Abu Halah dan Atiq. Saat menikah dengan Abu halah dikaruniai dua anak, bernama Hindun dan Halah. Kemudian, saat menikah dengan Atiq, dikaruniai seorang anak bernama Hindun pula.

 

Adapun Putra-Putri Nabi Muhammad SAW bernama Qosim, Zainab, Ruqoyyah, Umi Kulsum, dan Fatimah, sebagaimana dalam Nadhom dalam Kitab ‘Aqidatun ‘Awam

 

Kelima putra-putri tersebut dilahirkan di Mekkah sebelum menjadi Nabi. Sedangkan putra yang dilahirkan setelah menjadi Nabi adalah Abdullah. Dan, ibu yang melahirkan mereka adalah Khodijah. Yang pertama kali meninggal dunia diantara putra-putri Nabi Muhammad SAW adalah Alqosim dan Abdullah.

 

Ketiga, sedih ditinggalkan (baca:wafat) Khadijah. Nabi Muhammad SAW sangat berduka dengan wafat Khodijah. Karena, pada tahun yang sama Nabi Muhammad SAW sedang ada permasalahan situasi yang tidak mendukung yaitu pembekotan. Bahkan, di tahun yang sama, Abu Tholib pun meninggal dunia, dalam tarih disebutkan 2 bulan setelah Khodijah meninggal, Abu Tholib pun meninggalkan Nabi Muhammad SAW.

 

Ketiga peristiwa ini, mari kita kaji dari sisi kemanusiaan seorang Muhammad SAW. Point pertama yaitu Nabi Muhammad SAW seorang manusia “murni”. Ia bukan “dewa” atau “titisan dewa”. Ia bukan orang yang “sakti”. Bahkan, posisi kelahirannya sudah dalam keadaan yatim. Umumnya manusia lahir, lengkap dengan orang tua dan orang tuanya menyambut kelahiran anaknya dengan bahagia. Tetapi, Nabi Muhammad SAW, justru seorang yatim. Namun, keadaan yang demikian, tidak membuat Nabi Muhammad SAW “hati”nya menjadi kecil. Terbukti Nabi Muhammad SAW, bisa menjadi seorang pemimpin dan Rasul. Orang yang lahir dengan kedua orang tua  (Bapak-Ibu) saja, belum tentu bisa sukses. Maknanya, dalam diri Nabi Muhammad SAW penuh dengan perjuangan.

 

Mau bicara warisan? Jelas, tidak ada, karena ia lahir sudah yatim. Mau bicara jabatan? jelas tidak ada, karena saat lahir kedua orang tuanya sudah meninggal. Lalu, apa yang ia dapat? Yang ia dapat adalah diri dan Allah untuk selalu optimis dalam menjalani kehidupan.

 

Ia menjadi pemimpin karena ditunjuk oleh Allah dan dibesarkan oleh lingkungan. Saat berumur 7 tahun, sudah belajar menggembala kambing atau angon. Saat masih muda, sudah belajar berwirausaha. Saat usia 25 tahun sudah menikah dengan mahar dari uangnya sendiri. Menarik hidupnya. Tidak ada catatan “harta turun dari langit”. Semua proses dilalui dengan usaha dan tawakal.

 

Point kedua, adalah Nabi Muhammad SAW manusia yang juga menikah. Naluri seksualnya ada. Jangan berpikiran Nabi Muhammad SAW itu seperti Malaikat. Tidak! Nabi Muhammad SAW punya nafsu, sebagaimana manusia lainnya. Nabi Muhammad SAW pun bisa sakit. Bahkan, Nabi Muhammad SAW memiliki putra putri (anak). Maknanya, ada perkawinan dengan perempuan. Ada naluri seksual. Wajar sebagaimana manusia lainnya, sebagaimana dalam Nadhom dalam kitab ‘Aqidaul ‘Awam berikut:

 

Point ketiga, adalah Nabi Muhammad SAW merasakan sedih, sama halnya manusia lainnya. Wajarnya, manusia jika ditinggalkan oleh orang yang tercinta, yaitu istri (Khadijah) dan Pamannya (Abu Tholib) meninggal dunia, Nabi Muhammad SAW pun berduka, sehingga tahun tersebut diberi nama Yaumul Khazan atau hari berduka.

 

Melihat keadaan seperti itu, Allah pun tak tega, melihat hambanya larut dalam bersedih, sehingga di tahun tersebut ada peristiwa Isro’ Mi’roj, yang juga sarana menghibur Nabi  Muhammad SAW dengan terbang menembus batas, sekaligus menerima wahyu berupa sholat.

 

Ada beberapa catatan dari ketiga point tersebut, sosok Nabi Muhammad SAW, yaitu berjuang, ulet, sabar, dan tidak balas dendam. Karakter it muncul pada diri beliau. Dapat dilihat darimana karakter itu?

 

 

Pertama, karakter tidak balas dendam. Ternyata Nabi Muhammad SAW pun pernah luka, hingga berdarah. Bahkan giginya pun lepas. Sakit? Pasti! Namun, Nabi Muhammad SAW tidak dendam dengan suku Quraisy. Malah berdoa, semoga keturunannya bisa menjadi hamba yang beriman.

 

Kedua, karakter “guyup” atau kebersamaan. Terlihat saat “sayembara” membawa Hajar Aswad. Yang menang adalah Nabi Muhammad SAW, karena Ia datang paling awal ke masjid untuk Sholat. Berarti dialah yang berhak membawanya, namun ada empat qabilah yang membawa dan mengangkut Hajar Aswad. Justru Nabi Muhammad SAW melepaskan sorbannya untuk membawa Hajar Aswad, lalu pemuka suku (qabilah) yang lainnya ikut membawa hajar aswad di ujung sorbannya.

 

Ketiga, karakter “sabar’. Tampak saat Nabi Muhammad SAW tidak membalas air ludah yang ia terima saat akan sholat. Ia selalu menerima air ludah saat akan ke masjid, hingga ia meninggal dunia. Jadi, peristiwa itu berlangsung lama. Ia sama sekali tidak membalas perlakuan orang meludahi tersebut.

 

Dari pembicaraan di atas, intinya ada dua garis besar yaitu :

  • Nabi Muhammad SAW sama halnya manusia biasa. Ia merasakan sedih, senang, sakit, dan sehat. Nafsu seksualitas pun beliau tetap ada.
  • Yang membedakan antara manusia lainnya, dengan sosok Nabi Muhammad SAW adalah akhlaknya, contoh teladan akhlak terbaik untuk level manusia adalah Nabi Muhammad SAW. Pilihlah contoh yang paling tepat untuk teladan kehidupan, yaitu Nabi Muhammad SAW. Jangan sampai keliru. Karena “tokoh” manusia yang selama ini kita kagumi, belum tentu memiliki akhlak, sebagaimana Nabi Muhammad SAW. Waallahu’alam.

 

Semarang, 16 November 2017

 

 

• Tuesday, November 14th, 2017

Berpegang Teguh pada Sunahku

Oleh Agung Kuswantoro

 

Mantap saja dengan sunah Nabi Muhammad SAW. Ikuti saja sunah-sunah Nabi Muhammad SAW yang ada di hadis. Ikuti dan pahami hadis Nabi Muhammad SAW, dengan sendirinya, kita akan kagum akan akhlaknya.

 

Itulah pesan yang saya dapatkan selama ini  bersama jamaah setelah mengaji hadis Arbain Nawawi. Jangan pelajari, hal-hal yang tidak penting dan tidak ada dasarnya. Jika itu hadist, sangat jelas sumbernya. Setelah tahu, saatnya melakukan.

 

Itu maknanya, pelajari ilmunya dulu, baru tindakannya. Jangan dibalik, tindakannya dulu, baru ilmunya. “Ikat” ajaran Nabi Muhammad SAW dengan berpegang teguh pada ajaran-ajarannya, lalu “genggam” dengan sekuat-kuatnya, melalui kajian dan aplikasi dalam tindakan keseharian. Ajak teman, saudara, keluarga, dan masyarakat untuk mengaji hadis. Hal ini sebagaimana hadis ke-28 dari kitab Arbain Nawawi yaitu “Hendaklah kalian berpegang teguh terhadap ajaranku dan khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah (genggamlah dengan kuat) dengan geraham.

 

Sangat jelas dari hadis tersebut, bahwa kita dianjurkan untuk (1) mengikuti perintah ajaran Nabi Muhammad SAW, (2) Tidak melakukan perbuatan yang mengada-ada, (3) mengkaji ilmu-ilmu hadis yang didalamnya membahas perilaku-perilaku Nabi Muhammad SAW. Itulah pesan yang saya tangkap dalam hadist ke-28 dari Kitab Arbain nawawi. Waallahu ‘alam.

 

 

Yogyakarta, 11 November 2017

• Thursday, September 28th, 2017

Efektifkah Aplikasi (Sistem)?

Oleh Agung Kuswantoro

 

Mendengarkan dan menyimak materi yang disampaikan oleh Dr. Eng. Imam Machdi, MT sangat menarik. Imam Machdi adalah Asdep Perumusan Kebijakan dan Koordinasi Pelaksanaan SAP dan Penerapan SPBE. Pengalaman dan pendidikannya sangat cocok materinya. Imam Machdi menguasai betul konsep-konsep sebuah aplikasi. Imam Machdi menjelaskan infrastruktur yang harus dipenuhi dalam sebuah aplikasi mulai kebutuhan, keuangan, sumber daya manusia, dan sistem keamanan. Mari kita kaji satu-satu.

 

Sebuah aplikasi berawal dari proses bisnisnya. Alurnya harus ceto welolo. Termasuk pekerjaannya apa saja setiap point yang harus dilakukan. Bukan IT-nya diperkuat dulu, tetapi identifikasi setiap kebutuhannya. Baru setelah itu memiikirkan IT-nya.

 

Bicara IT tidak lepas dari keuangan. Membuat aplikasi tidaklah murah. Butuh biaya yang tidak sedikit. Oleh karenanya perlu direncanakan dan dianggarkan mengenai kebutuhan dalam IT.

 

Setelah IT-nya disusun, kemudian dipikirkan siapa yang mengoperasionalkan? Disinilah letak sumber daya manusianya. Pastinya, harus mumpuni dalam bidangnya. Jangan menunjuk atau orang yang mengoperasionalkan yang belum memahami konteks (isi) yang ada dalam aplikasi tersebut.

 

Setelah itu, perhatikan keamanannnya. Pernahkah kita mengisi pendaftaran Facebook? Di Facebook kita mengisi data kelahiran dan alamat lokasi. Padahal kita saat mengisi data kelahiran adalah membuka kerahasiaan diri kita. Dalam bidang perbankan data kelahiran itu sangat rahasia. Namun, justru kita membuka dan memunculkannya saat kita berulang tahun, serta Facebook pun mengucapkan ucapan selamat ulang tahun.

 

Lalu, saat mengisi alamat lokasi, sadarkan mungkin disekitar kita ada orang yang mengintai? Jika ada orang yang (semoga tidak terjadi) berniat jahat, maka sesungguhnya dia sedang membocorkan keberadaannya. Disitulah letak keamanannya. Mungkin kita tidak sadar saat mengisi identitas tersebut. Oleh karenanya, kita jangan terlalu membuka diri kita melalui media (akses internet).

 

Dari sisi manajemen sebuah sistem itu efektif, terbukti cepat dan tidak ribet. Semua informasi mudah diperoleh, cukup dengan meng-kik bisa diperoleh informasi tersebut. Dari sisi manajemen ternyata juga tidak efektif. Misal, apakah di instansi Ibu/ Bapak memiliki sistem kepegawaian? Dapat dipastikan, jawabannya memilikinya. Ada 10 instansi, ada 10 pula sistem kepegawaian. 1 sistem butuh dana, berarti ada 10 pendanaan. Nah, disinilah muncul ketidak efesiensinya dalam bidang anggaran. Dari data Imam Machdi ada 65% lembaga yang memiliki sistem tersebut, selebihnya 35% lembaga memiliki pusat data sendiri.

 

Hal ini menjadi Pekerjaan Rumah (PR) bagi kementerian atau lembaga yang tinggi. Coba muncul sistemnya dari atas terlebih dahulu, maka lembaga yang dibawahnya pasti akan menggunakannya. Dana pun lebih irit. Lembaga yang dibawahnya, tidak membuat proposal kegiatan untuk membuat sistem tersebut.

 

Lalu, bagaimanakah e-goverment dalam bidang kearsipan? Saya belum bisa menuliskannya, karena sedang dirancang oleh Pemerintah. Minimal ANRI melalui JIKN dan SIKD menjadi simpul-simpul dalam bidang kearsipan di Kabupaten/ Kota/ Perguruan Tinggi . Simak pula materi yang sedang disampaikan oleh Imam Machdi. Hingga tulisan ini ditulis, materi masih disampaikan oleh Imam Machdi. Terima kasih.

 

Batam, 28 September 2017

• Monday, February 27th, 2017

 

Oleh Agung Kuswantoro

 

 

Apakah Anda orang merantau? Jika perantau, mari kita saling belajar dari tulisan ini. Tulisan ini sebagai suara hati atas orang yang berpendapat kepada saya. Terlebih, saat sekarang, ada anak saya yang barusan lahir. Alhamdulillah, melalui  kelahiran anak, silaturahmi antar sahabat, teman kantor, dan tetangga di lingkungan rumah saya.

 

 

Mereka yang datang ke rumah, ada yang seumuran dengan saya. Ada pula yang lebih tua dari kita – saya dan istri – khususnya yang datang lebih tua kepada saya, mereka memberikan nasihat-nasihat kepada saya. Saya mengganggap mereka sebagai orang tua.

 

 

Kebanyakan mereka mengatakan kepada saya bahwa saya mandiri. Jujur, saat orang mengatakan kepada saya tentang kami yang mandiri, saya justru bingung. Kalau, tidak bertahan hidup di perantauan, saya harus apa? Jelas, jawabnya adalah melakukan apa yang bisa saya lakukan.

 

 

Begini. Mari kita berpikir logis. Kami berasal dari luar kota. Asal saya Pemalang, sedangkan istri dari Rembang. Orang tua kami pun, sibuk dengan urusannya masing-masing. Doa menjadi jembatan antara kami dengan orang tua kami.

 

 

Masa, saya tega menghubungi orang tua saya yang sedang sibuk? Atau, masa saya tega menelpon mertua yang sedang repot dengan urusan rumah, dimana mbak ipar juga melahirkan?

 

 

Itu maknanya, saya diberi kekuatan oleh Allah untuk menentukan keputusan untuk bertahan hidup di perantauan. Kekuatannya adalah diri sendiri. Diri  yang kuat dan tangguh untuk menghadapi segala halangan dan rintangan. Peran masing-masing dalam keluarga harus dioptimalkan. Istri melaksanakan tugas sebagai istri. Suami melaksanakan tugas sebagai suami. Kerjasama sangat dibutuhkan diantara keduanya.

 

 

Repot itu pasti. Pastinya, kami tidak akan meminta kepada manusia. Mintanya kepada siapa? Jawabnya, Tuhan. Ya, Allah. Sehingga, kepasrahan secara total yang kami butuhkan. Saat susah, sebut nama Dia. Dia yang segalanya. Saat sakit, cukup nama Dia yang kita ucapkan.

 

 

Disinilah muncul kemandirian. Kemandirian yang sesuai dengan kemampuan kita. Saat kita tidak mampu, Allah pasti akan  memberi pertolongan melalui malaikat-malaikat-Nya. Malaikat tak selalu berwujud Jibril. Manusia atau hewan juga Malaikat. Allah mengirimkan “manusia dan hewan” itu kepada kita berupa pertolongan saat susah. Jadi, jangan disangka, saat kita susah Allah itu tidak ada. Tetapi, Dia selalu disamping kita.

 

 

Kuncinya, saat kita mengatakan diri kita merantau, maka kesusahan pasti ada. Nah, tinggal kitanya, siapa yang akan kita sebut, manusia atau Tuhan? Saat kita sebut Tuhan, maka kepasrahan akan total. Sehingga itu mungkin yang dimaksudkan orang, bahwa sikap tersebut adalah mandiri.

 

 

Demikian tulisan sederhana. Semoga memberikan nilai positif bagi kehidupan kita semua. Pastinya, khusnudhon dengan kehidupan ini. Salam sukses untuk kita semua.

 

 

Semarang, 28 Februari 2017

 

 

 

• Tuesday, December 20th, 2016

 

Oleh Agung Kuswantoro

 

Setelah Malaikat Rizki datang dalam wujud 3346. Orang semua tersenyum. Bahkan sibuk dengan liburan akhir tahun dan tahun baru 2017. Sibuk mencari hotel, referensi kuliner, dan tempat liburan. Lalu, dimana Malaikat yang lainnya? Apakah wajah Malaikat Rizki itu selalu tersenyum?

 

Nah, disinilah letak penasaran saya. Saya mencoba membuat ciri-cirinya. Malaikat rizki datangnya bisa ditebak yaitu tanggal 9 Desember 2016. Semua atau hampir sebagian orang mengisi pulsa. Untuk mendapatkan SMS banking sehingga mengetahui nilai nominalnya. Semenjak tanggal itu pula, bagian keuangan sudah memberitahukan bahwa ia telah mentransfer uang. Begitu mudahnya Malaikat Rizki datang di kampus ini. Dan orang awam pun bisa menantinya.

 

Kemudian, bagaimana Malaikat Izroil atau pencabut nyawa? Mari kita lihat ciri-cirinya. Wah jujur, saya sebagai penulis belum bisa menciri-cirikan, sebagaimana Malaikat Rizki. Namun sedih pula, jika Malaikat Izroil datang tanpa kita sambut. Guru saya mengatakan, sambutlah Malaikat Izroil dengan senyuman. Malaikat Izroil datang, mari kita terima ajakannya, karena Allah sudah menantikan kita. Kita akan mendapatkan tempat yang layak disisiNya berupa Surga. Saat Malaikat Pencabut Nyawa tersebut datang kita akan disambut dengan perkataan “Silakan ambil nyawa saya, saya akan menerima perintah dari Allah bahwa masa atau waktu saya telah habis. Saya ingin pulang ke tempat saya. Saya rindu di tangan Allah. Love Allah”. Itulah kalimat singkatnya.

 

Dengan demikian, betapa bahagianya Malaikat Izroil pulang setelah melakukan misi tugasnya. Jadi Malaikat Izroil pun menarik untuk kita sambut. Sambutannya bukan dengan mengisi pulsa agar tertansfer 3346, melaikan dengan kegiatan amal baik berupa ibadah ataupun kegiatan yang positif untuk kemaslahatan umat. Mari kita sambut Malaikat-malaikat Allah dengan senyuman dan keikhlasan. Jangan Malaikat Rizki saja yang menjadikan kita tersenyum.

• Tuesday, December 20th, 2016

 

Oleh Agung Kuswantoro

 

Judul diataslah yang menjadi kesan saat menghayati tulisan pak Hernowo pada bagian catatan baru editor dan pengantar editor di buku Quantum Wrinting. Dalam banget maknanya. Itu baru membaca halaman isinya. Belum pada isinya. Kemudian, saya menjelajahi bagian daftar isi. Kesannya adalah terkonsep. Pikiran pak Hernowo sudah mempetakan arah dari buku yang akan dibaca atau digagasnya.

 

Catatan editor. Betul-betul dari sang editor menuliskannya. Berasa sekali saya membacanya. Pak Hernowo membawa saya agar menulis harus mengenali diri sendiri dan menemukan diri kita sendiri. Jangan sampai menulis yang bukan gue banget. Pak Hernowo memberi contoh Natalie agar menulis mengalir bebas. Teruslah mengalir dan jangan berpikir. Pesan itu yang disampaikan. Jadi menulislah seperti aliran air yang terus mengalir.

 

Masuk pada pengantar. Pak Hernowo menyajikan kepada saya berupa kalimat motivasi pada halaman khusus warna hijau. Di dalam halaman-halaman tersebut tertulis kalimat motivasi seperti membaca dan menulis adalah salah satu bentuk interaksi dalam proses belajar. Selain itu, saya menemukan tokoh-tokoh baru yang berkaitan dengan tema tulisannya. Mengkorelasikan antara tema dengan tokoh, kemudian mengkajinya menurut saya bukanlah hal yang mudah.

 

Ya, itu tokoh yang berkaitan dengan tema tulisan. Bagaimana kalau itu tidak sama persis, namun bisa menggabungkan tokoh tersebut dari buku Stephanie Merritt. Maknanya pak Hernowo kaya raya dalam bacaan. Kemudian “memasak” nya dengan tulisan ala beliau dengan bahasa khasnya. Jero dan mudah dipahami.

 

Kesannya, saya masih garing bacaan. Melihat literatur pak Hernowo, terasa saya harus berlatih dan terampil membacanya terhadap literatur berbobot perlu didalami. Biasanya saya bersumber pada bagian yang relevan. Miskin teori dan tokohnya. Inilah yang harus saya dalami.

 

Pak Hernowo mengajarkan kepada saya dalam membuat kata pengantar, bukan sekedar mengantarkan, melainkan filosofi kuat dari buku tersebut. Disinilah kekuatan kata pengantar. Kata pengantar dalam buku tersebut tidak cukup satu halaman, namun ada 8 halaman dengan dua halaman. Kalimat motivasi, jadi total 10 halaman. Keren! Baru membaca kata pengantar saja sudah 10 halaman dengan isi yang berbobot. Apalagi membaca per bab bukunya. Wow, hebat. Terasa saya harus filosofi atau kerangka berpikir dulu, besok kalau menyusun kata pengantar di buku yang akan saya tulis.

 

Terima kasih pak Hernowo sudah memberikan saya ilmu menulis kata pengantar dengan baik. Jarang saya membaca pengantar buku sedalam pengantar ini. Biasanya sekedar mengenalkan per bab saja. Namun dalam kata pengantar buku ini, lebih lengkap karena terdapat beberapa konsep teori, data, dan contohnya. Semoga saya bisa menulis kata pengantar yang lebih baik di buku saya selanjutnya. Sukses selalu untuk pak Hernowo dan kita semua. Amin.

• Thursday, December 15th, 2016

 

Oleh Agung Kuswantoro

 

 

Point yang saya dapatkan dari artikel yang direkomedasikan oleh Pak Hernowo adalah metakognisi. Apa itu metakognisi? Metakognisi adalah ilmu nonkognisi yang tidak diajarkan dibangku kuliah. Memang kita membutuhkan ilmu matematika, ekonomi, fisika, kimia, dan ilmu yang lainnya. Namun tanpa ilmu nonkognisi ilmu-ilmu tersebut mubadir.

 

Bu Susi mengalami itu. Waktu muda Susi dihabiskan di laut untuk mencari ikan dan mengirim ikan. Ia menangkap ikan di pesisir pantai laut Pangandaran yang panas. Lalu, ia menyewa mobil pick-up untuk mengangkut ikan ke Jakarta dari Pangandaran. Kemudian, dilelang di sana. Pengalaman ini ia lakukan bertahun-tahun. Hingga akhirnya ia memahami dunia perikanan dan logistiknya. Ia mengekspor ikan-ikan dengan pesawat carterannya. Ikan yang ia bawa selalu segar dan masih hidup, sehingga muncullah bisnis pesawat yang ia miliki untuk mengirimkan ikan segarnya ke beberapa negara.

 

Inilah yang dimaksud metakognisi. Susi dapat itu. Ilmu ini muncul karena faktor pembentuk yang lahir seperti ilmuwan besar, wirausaha kelas dunia, dan praktisi handal. Kemampuan bergerak, self discipline, focus, menahan diri, responsif, mampu mencari pintu untuk pembaharuan, dan kehidupan yang produktif. Itu kuncinya.

 

Artikel ini memberikan pelajaran kepada saya, bahwa ilmu harus ditunjang dengan praktek. Praktek tak harus seindah rencana. Saat ada permasalahan di praktek, itulah pentingnya ilmu. Di dalamnya akan muncul nilai-nilai kognisi sebagaimana di atas.

 

Kita harus optimis dan produktif dalam menjalani kehidupan ini. Toh, akhirnya anak-anak kita belajar dari diri kita dan lingkungan sendiri. So, akhirnya perkuat metakognisi di lingkungan sekitar kita. Jangan beranggapan non kognisi itu tidak penting. Biasanya kognisi berujung pada ijasah, teori, dan stereotyping. Akan tetapi, studi baru mengatakan non kognisi tidak kalah penting dariui kognisi. Lihatlah Bu Susi!

 

Semarang, 13 Desember 2016

• Tuesday, December 13th, 2016

 

Oleh Agung Kuswantoro

 

Marketing atau pemasaran apakah hanya untuk perusahaan? Ataukah marketing tidak diperlukan untuk sekolah? Jamal Ma’mur Asmani (2015) menjawabnya sekolah membutuhkan marketing strategi jitu agar mampu menerapkan jiwa kompetisi dan sportivitas untuk melahirkan sekolah unggulan.

 

Konsep inti marketing adalah menggali kebutuhan, keinginan, dan permintaan pelanggan sebagai dasar untuk menciptakan produk yang mempunyai nilai, biaya, kepuasan pelanggan, sehingga bisa dipertukarkan dengan sukses (hal : 9).

 

Unsur-unsur marketing adalah meliputi pemasar, barang, dan jasa, serta proses pertukaran. Pemasar adalah organisasi yang memiliki tujuan tertentu. Barang dan jasa sebagai proses dalam pasar. Pasar mempunyai kapasitas pertukaran (daya beli) untuk bisa memperoleh barang yang diminta. Sedangkan proses pertukaran merupakan kegiatan dua pihak yang masing-masing memerlukan pihak lain untuk pemenuhan kebutuhan.

 

Bicara marketing saat ini tidak lepas dari globalisasi. Untuk bisa bertahan (survive), suatu organisasi harus memhami globalisme. Kennedy dan Cohen mengatakan globalisme merupakan kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia itu satu. Selain globalisasi, marketing juga harus memperhatikan kecepatan gerak. Kecepatan gerak harus ditunjang oleh kegiatan penelitian dan pengembangan Research And Development (RAD) yang berkelanjutan.

 

Tawaran marketing unggul untuk memajukan sekolah menurut Jamal Ma’mur Asmuni (2015) dalam buku ini ada lima. Pertama, menciptakan perbedaan. Sekolah harus mampu melihat sisi yang berbeda dari sekolah lain. Misal, sekolah mengunggulkan potensi lokalnya. Ada sebuah sekolah di Pati, Jawa Tengah mampu mengantarkan siswanya meraih prestasi di tingkat nasional dan  internasional karena siswa meneliti batu kapur yang berlokasi di daerah tempat tinggalnya. Ia memanfaatkan potensi lokalnya sebagai objek penelitiannya. Ia cerdas mengoptimalkan potensi lokal, dimana orang mengatakan sebagai kelemahannya. Disinilah letak perbedaan sekolah tersebut.

Kedua, melahirkan keunggulan. Menurut Sudarwan Denim, keunggulan sekolah bisa dibagi menjadi keunggulan akademik dan ekstrakurikuler. Keunggulan akademik dibuktikan dengan nilai yang dicapai anak didiknya. Sedangkan, keunggulan ekstrakurikuler dibuktikan dengan berbagai keterampilan yang dikuasai oleh anak didiknya.

 

Ketiga, menguatkan solidaritas internal. Terwujudnya perbedaan dan keunggulan tidak terlepas dari kerjasama yang solid seluruh elemen sekolah, mulai dari pimpinan hingga bawahan. Sehingga tercipta satu visi, misi, dan aksi yang konsisten dan berkelanjutan.

 

Keempat, mengasah kreativitas. Kreativitas merupakan kemampuan menangkap dan menemukan hal-hal baru yang belum ada sebelumnya. Apabila sekolah mampu mengambangkan kreativitas, eksistensi dan reputasinya akan tetap terjaga.

 

Kelima, mengedepankan inovasi. Inovasi menjadi bukti kesungguhan sekolah dalam mengelola kualitasnya, pasti akan melakukan inovasi. Syarat utama inovasi adalah memiliki mental cendekiawan, yaitu tidak pernah merasa puas terhadap prestasi yang diraih. Sekolah akan selalu  melihat lembaga yang berada di atasnya, sehingga tertantang untuk melakukan pembaharuan secara kontinu.

 

Itulah lima strategi marketing sekolah. Pekerjaan marketing bukanlah hal mudah. Marketing dibutuhkan agar sekolah tetap hidup, bertahan, dan maju. Dibutuhkan sumberdaya yang mumpuni baik manusia maupun pendukungnya. Sekolah yang mampu melakukan marketing, pasti ia memiliki keunggulan yang berbeda dengan sekolah lainnya. Sekolah tersebut pandai memanfaatkan sumber daya di sekitarnya dengan mengoptimalkan semua unsur elemen yang ada di sekolah tersebut mulai dari atasan hingga bawahan.

 

Agung Kuswantoro, dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang

 

 

 

Judul Buku         : Manajemen Efektif Marketing Sekolah

Penulis               : Jamal Ma’mur Asmani

Peresensi           : Agung Kuswantoro

Penerbit            : Diva, Press

Tahun                : 2015

Hal                     : 240 hlmn

ISBN                   : 978 602 255 850 7

Editor                : Kurniawan Dinihari