• Thursday, December 17th, 2020

Ingat Doni, Ingat E Arsip Pembelajaran

Oleh Agung Kuswantoro

 

Begitu cepat informasi yang saya terima, bahwa Romadhoni Hidayat—atau dipanggil Doni—telah pulang di sisi Allah. Kabar tersebut, menjadikan saya seakan-akan tidak percaya dengan apa yang terjadi malam ini. Karena, komunikasi saya dengan Doni dan istrinya beberapa hari yang lalu, menjadi komunikasi yang terakhir mengenai keberadaan Doni.

 

Banyak kenangan saya dengannya. Untuk tulisan kali ini, saya ingin bercerita mengenai aplikasi yang saya buat pada tahun 2014-2015 yang bernama e-arsip pembelajaran. E-arsip pembelajaran adalah satu adalah hasil pemikiran saya dan dia. Konsep dari saya. “Pemasarannya” berasal dari dia. Dia banyak terkait cara menjualkan e-arsip pembelajaran. Termasuk, jika “produk” tersebut dicetak dalam sebuah buku.

 

Kudus-lah yang pertama kali mengadakan pelatihan e arsip pembelajaran. Salah satunya, berkat tangan lincahnya sekretaris kegiatan tersebut. Ia adalah Doni. Teman dan sahabat saya yang pernah terlibat dalam konsep e-arsip pembelajaran.

 

Sekarang “produk” tersebut masih digunakan oleh SMK jurusan Administrasi Perkantoran. Semoga dengan digunakan “produk” tersebut menjadikan amal baik dia. Saya sering berdiskusi dengannya terkait perkembangan Administrasi Perkantoran.

 

Banyak even/kegiatan saya yang saya lakukan dengannya. Saya cocok saja dengan “gaya” dia. Saya tahu persis wataknya, karena sejak kuliah saya sudah mengenalnya. Antara saya dan dia sudah saling berkunjung ke rumah di Rembang, Kudus, dan Semarang.

 

Sekarang cerita itu hanya berupa kenangan yang tak pernah lekang oleh waktu. Masih ada generasi Doni yang lainnya. Ambillah watak bijak terbaik dari Doni. Tirulah, dia. Karena, dia orang yang ulet, rajin, ringan tangan, dan suka menolong sahabatnya.

Selamat jalan, Doni. Selamat “pulang” di tempat peristirahatan yang paling tenang. Doa kami selalu menyertaimu. Al-Fatihah. []

 

Semarang, 17 Desember 2020

Ditulis di Rumah, jam 21.00 – 21.10 WIB.

• Wednesday, December 16th, 2020

Doa Saat Pembukaan Rapim UNNES di Yogyakarta

Oleh Agung Kuswantoro

 

Ya Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sore ini, Kami bersyukur atas nikmat-Mu, seraya berdoa agar lancar dalam kegaitan ini. Kami berkumpul tidak memikirkan diri sendiri, tetapi memikirkan lembaga. Ya Allah, sore ini Kami berkumpul agar lembaga kami menjadi lebih bereputasi Nasional dan Internasional.

 

Kami ini, makhluk yang lemah. Oleh karenanya, kami memohon kekuatan agar kami lebih kuat dari sekarang. Kuat untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang Kami alami.

 

Ya Allah, kami ini adalah makhluk yang bingung. Oleh karenanya, kami mohon petunjuk agar kami menjadi makhluk yang percaya diri dalam menyampaikan kebaikan.

 

Ya Allah, Kami ini adalah makhluk yang bodoh dalam memaknai ilmu-Mu. Oleh karenanya, kami mohon petunjuk dan pemahaman atas ilmu-ilmu-Mu.

 

Ya Allah, kuatkan guru Kami. Kuatkan pemimpin kami. Kuatkan Rektor, Dekan, Kepala, Ketua, dan pemimpin kami dalam menjalankan tugas di UNNES ini. Berilah mereka kesehatan, kepandaian, kecerdasan, kesantunan, dan rendah diri dalam mendidik  mahasiswa, melayani sesama (melayani masyarakat dan mahasiswa). Karena semata-mata, apa yang kami lakukan adalah beribadah kepada-Mu, ya Allah.

 

Ya Allah, peluklah hati kami yang penuh kegelisahan. Kuatkan hati Kami yang  mudah bolak-balik dalam memaknai sesuatu. Ya Allah, terimalah doa kami.

 

Yogyakarta, 11 Desember 2020

Jam 16.00 WIB.

• Friday, December 11th, 2020

Pengelolaan Masjid Nurul Iman Sekaran Tahun 2020-2015
Oleh Agung Kuswantoro

 

Mendapatkan amanah sebagai ketua harian Takmir Masjid Nurul Iman Sekaran bagi saya adalah sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT. Lima tahun masjid telah berdiri (2015-2020). Berdasarkan observasi, wawancara dan dokumentasi di Masjid Nurul Iman, saya akan mengajak para pengurus dan perwakilan jamaah untuk membuat visi, misi, tujuan, dan program kerja selama lima tahun ke depan (2025). Adapun fokus utama saya selama lima tahun ke depan adalah “pengelolaan masjid”.

Mengapa saya fokus ke pengelolaan? Karena tujuan pendirian masjid Nurul Iman dibangun sudah tercapai yaitu memecah/membagi jamaah sholat Jum’at di Masjid At-Takwa Gang Pete Selatan yang membludak. Sehingga, perlu ada tempat/masjid yang ada di sekitar gang Pete Selatan, selain Masjid At-Takwa. Mengingat, jamahnya sangat banyak saat sholat Jum’at.

Selama dua tahun proses pembangunan masjid bisa terlaksana (2013-2015). Tiga tahun berikutnya, penggunaan masjid sebagai tempat beribadah. Sekarang, fokus kepada pengelolaannya.

Fakta dari sisi teknis masjid dilihat dari kebersihan masjid, yaitu (1) Ada laron mati, siapa yang menyapu? (2) Ada kotoran kucing di samping tempat wudhu, siapa yang membersihkan? (3) Ada (maaf) pipis kucing di mimbar khotib, siapa yang membersihkan? (4) Ada kotoran cicak di tempat sujud, siapa yang membersihkan? (5) Lantai kotor saat sholat wajib, siapa yang membersihkan? (6) Hijab/batas jamaah laki-laki dengan wanita, siapa yang membuat? (7) halaman masjid kotor, siapa yang menyapu? Dan permasalahan kebersihan lainnya.

Fakta dari sisi pemeliharaan masjid yaitu (1) Ada lampu mati, siapa yang menganti? (2) Ada mikrofon rusak, siapa yang memperbaiki? (3) Ada spanduk dan besi pemasangan spanduk jatuh ke tanah, siapa yang mengambil? (4) Ada air wudhu habis, siapa yang mengaliri air ke tandon? Dan, permasalahan teknis lainnya.

Fakta dari sisi ibadah masjid yaitu (1) sholat lima waktu (wajib), apakah sudah terlaksana? (2) Apakah ada imam saat sholat lima waktu? (3) Apakah ada muadzin saat sholat lima waktu tiba? (4) Bagaimana ketertiban dan kedisiplinan muadzin, imam, dan khotib sholat Jum’at? (5) Bagaimana kesesuaian rukun khutbah Jum’at saat khotib bertugas? (6) Siapakah yang mengingatkan imam, khotib, dan makmum jika ada permasalahan atau kesalahan?

Dari ini semua, maka saya menekankan pada program pengelolaan masjid. Pengelolaan mulai dari sumber dayanya. Secara keuangan, Alhamdulillah rekening Bank atas nama Masjid Nurul Iman telah selesai. Artinya, ada dana untuk kebersihan dan pemeliharaan. Karena, dalam pengelolaan dibutuhkan dana. Dibutuhkan, anggaran.

Namun, sebelum saya masuk ke program saya. Izinkan saya, ingin bertanya kepada penasihat dan pengurus masjid Nurul Iman yang lain. Sebagai bekal dalam penyusunan visi, misi, dan program kerja.

Adapun pertanyaan saya adalah “Apakah visi dan misi tujuan masjid Nurul Iman Sekaran didirikan? Karena, visi – misi adalah landasan dalam membuat suatu program dan orang yang terlibat didalamnya. Bisa jadi, ada program dan visi bagus, tapi tidak didukung oleh penasihat, pengurus atau jamaah.

Ada beberapa model masjid di lingkungan kita, yaitu (1) masjid pribadi, (2) masjid lembaga/kantor/organisasi/sekolah/kampus, (3) masjid perjalanan/transit/rest area.

Masjid pribadi, yang masuk kepengurusan kebanyakan dari keluarga. Masjid kantor/lembaga/organisasi/sekolah yang masuk kepengurusan lebih banyak dibanding masjid keluarga. Minimal dari organisasi/lembaga tersebut. Terakhir, masjid dalam perjalanan, biasanya tanpa ada struktur organisasi masjid.

Fungsi dan orang yang masuk di model masjid juga berbeda. Jika masjid organisasi (NU/Muhammadiyah) jelas jamaahnya berasal dari organisasi tersebut. Masjid organisasi itu bersifat terbuka. Masjid organisasi itu, ada penyelenggaraan sholat dan ibadah lainnya dengan jadwal yang jelas.

Namun, jika masjid dalam perjalanan, tidak ada penyelenggaraan ibadah yang tertata rapi. Orang yang sholat di masjid rest area, tidak harus menunggu muadzin dan imam tiba ke masjid. Karena, memang tidak ada imam dan muadzin di masjid tersebut.

Dampak ini pula, berimbas pada jamaah. Jika masjid sekolahan/kampus, saat Covid-19, jelas tidak ada penyelenggaraan sholat wajib dan sholat Jumat. Mengapa? Karena mahasiswa pada pulang kampung. Demikian juga, masjid dalam perjalanan/rest area itu, tidak ada imam dan makmum tetap. Karena, orang yang hadir adalah orang yang dalam perjalanan.

Nah, sekarang masjid Nurul Iman berada di dalam posisi model seperti apa? Jika pertanyaan ini sudah terjawab, maka visi, misi, dan program akan mudah dibuat.

Jika saya sebagai jamaah masjid, maka izinkan saya usul untuk membuat milestone/arah masjid Nurul Iman Sekaran sebagai berikut:

Maaf gambar tidak terlihat.

Dari bagan tersebut, terlihat kalau arah masjid Nurul Iman Sekaran 2015-2020 adalah pendirian dan penggunaan awal masjid, 2020-2025 adalah penataan/pengelolaan masjid, 2025-2030 adalah penguatan SDM/Sumber Daya Masjid, dan 2030-2035 adalah pembangunan/renovasi fisik masjid.

Mari, berdiskusi dalam penentuan visi, misi, dan program masjid Nurul Iman selama 5 tahun ke depan (2020 – 2025), agar fokus dalam menata masjid. Bisa jadi, pemikiran saya ke depan selama lima tahun (2020-2025) itu tidak tepat, yaitu pengelolaan masjid. Mohon arahan, saran, dan nasihatnya dari pengurus dan jamaah masjid Nurul Iman Sekaran. Semoga Allah melindungi langkah baik kita. Amin. []

Semarang, 9 Desember 2020 (Pilkada Semarang)
Ditulis Di rumah jam 20.15 – 21.00 WIB.

• Tuesday, December 08th, 2020

 

Difusi Inovasi
Oleh Agung Kuswantoro

Proses sesuatu yang baru itu, bisa jadi diterima dan ditolak. Pilihannya hanya ada dua, itu aja. Diterima dan ditolak. Diterima, karena telah membantu dan memudahkan bagi suatu lembaga/individu. Ditolak, karena telah menyusahkan dan merepotkan bagi lembaga/individu.

Nah, tinggal, Anda ada dalam kelompok mana? Semoga tidak dalam kelompok menolak. Sangat mungkin, ada dalam lembaga yang menolak sesuatu yang baru. Error dalam suatu lembaga/kelompok itu, pasti ada. Tidak semua orang hidup di dunia itu saleh/solehah/baik semua. Pasti, ada yang tidak baik diantara makhluk/ciptaan hamba Tuhan. Oleh karenanya, sebagai hamba Tuhan yang baik, kita seharusnya menerima sesuatu yang baru/inovasi.

Ada inovasi, ada difusi. Difusi adalah pembauran. Inovasi adalah pemasukan/pengenalan sifatnya baru. Difusi inovasi itu pembauran dari sesuatu yang baru. Difusi inovasi itu tidaklah mudah. Contoh mudah difusi inovasi adalah teknologi. Adanya HP itu inovasi dari telepon. Telepon memiliki kabel-kabel. Sedangkan, HP itu tanpa kabel. HP lebih fleksibel. Tapi, telepon itu terlalu besar, ukurannya. Dan, tidak bisa dibawa kemana-mana.

Kemunculan awal HP, jelas dibandrol dengan harga mahal. HP menjadi ancaman bagi perusahaan jaringan telepon. Ada orang yang suka dengan telepon dengan alasan murah dan suara jelas. Karena HP itu mahal, pulsanya dan nomornya panjang.

Singkat cerita, difusi inovasi sebuah HP berhasil diterima oleh masyarakat. Olek karenanya, agar inovasi bisa diterima harus membutuhkan strategi. Strategi dimulai dari komunikasi, teknik/taktik/strategi, inovasi, inovasi materi/kurikulum, inovasi dalam belajarnya, dampak inovasi individual, mengkategori karakteristik adopter, strategi difusi dalam organisasi, konsekuensi inovasi, analisis kegagalan dan keberhasilan dalam inovasi, dan faktor-faktor lainnya.

Jika Anda seorang pemimpin, maka harus belajar ini. Karena, Andalah yang mengantarkan sebuah inovasi di organisasi yang Anda pimpin. Dengan demikian, sebuah inovasi dalam suatu organisasi itu, sebuah keniscayaan untuk tidak ditolak. Namun, harus diterima, jika ingin organisasi Anda ingin tetap hidup dan eksis. Oleh karenanya, organisasi itu, harus ada sebuah inovasi.

Inovasi inilah yang dinanti oleh masyarakat dan pimpinan Anda. Karena dengan berinovasi, lembaga/organisasi akan tetap hidup. Anda adalah pelopor inovasi. Karena Andalah seorang pemimpin. Minimal, pemimpin diri sendiri. Jadi, berinovasilah dengan pekerjaan Anda. Dan, berdifusilah hasil “kebaruan” dari kerja Anda di lembaga Anda.

Jika ada yang menolak atas temuan “kebaruan” Anda itu, adalah suatu kewajaran. Dan, jika ada yang menerima atas temuan “kebaruan” Anda itu, adalah suatu dukungan buat Anda untuk memajukan lembaga Anda.

Jika bukan Anda, yang berinovasi dan berdifusi, lalu siapa lagi? Maukah lembaga/diri Anda “lenyap” karena tidak berinovasi? Ingat, Dinosaurus itu bisa punah, meskipun berbadan besar dan kuat. Ada satu faktor, mengapa Dinosaurus bisa punah dari bumi ini, karena Dinosaurus tidak bisa bertahan menerima suatu perubahan yang terjadi di bumi. Apakah Anda mau seperti Dinosaurus? Semoga tidak!

Pemalang, 7 Desember 2020
Ditulis di Pemalang, jam 02.00 – 02.20 WIB.

• Tuesday, December 08th, 2020

 

Perbandingan Manajemen Sistem Pendidikan Ala Dr. Ir. Made Sudana, M.PS, IFM
Oleh Agung Kuswantoro

Beberapa pertemuan saya dan teman-teman belajar tentang perbandingan manajemen sistem pendidikan dengan Dr. Ir. Made Sudana, M.Pd, IPM. Ada beberapa catatan, yaitu:

Menengok Tujuan Pendidikan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, menyebutkan bahwa manusia Indonesia itu beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Dari tujuan ini, sebenarnya ada 4 intisari tujuan pendidikan Indonesia yaitu sikap spiritual (beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa), sikap sosial (berakhlak mulia, sehat, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab), pengetahuan (berilmu) dan keterampilan (cakap dan kreatif).

Untuk mencapai tujuan pendidikan dibutuhkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang terdiri dari pendanaan dan pengelolaan, pendidik, isi, proses, sarana dan prasarana, penilaian, pendidikan, dan kompetensi lulusan.

Menata Masalah Manajemen Pendidikan
Hakekat masalah adalah ada kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang terwujud dalam pendidikan. Inputnya yaitu harapan dan pendidikan yang berkualitas. Prosesnya yaitu manajemen yang kesenjangan. Dan, outputnya yaitu kenyataan yang mengecewakan.

Ada 4 masalah pendidikan di Indonesia secara garis besarnya yaitu partisipasi, efisiensi, efektifitas, dan relevansi. Relevansi muncul, karena adanya kesenjangan antara kebutuhan lembaga dan pengguna lulusan dengan hasil-hasil pendidikan. Efisiensi muncul, karena adanya kesenjangan antara masukan pendidikan dengan hasil-hasil pendidikan. Efektifitas pendidikan muncul, karena adanya kesenjangan tujuan pendidikan dengan hasil-hasil pendidikan. Sedangkan, kesempatan pendidikan muncul, karena adanya kesenjangan antara masukan pendidikan dengan lingkungan pendidikan.

Perbedaan manajemen satuan pendidikan jenjang pendidikan terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Manajemen sekolah umum menghasilkan lulusan untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi. Manajemen sekolah kejuruan menghasilkan lulusan untuk Bekerja, Melanjutkan Wirausaha (BMW). Manajemen perguruan tinggi, untuk menghasilkan lulusan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan kompetensi profesional. Yang dikelola dalam pendidikan dasar adalah SDM, sarana dan prasarana, dan keuangan untuk menghasilkan lulusan berkualitas.

Pendidikan Indonesia
Kelebihan pendidikan Indonesia yaitu (1) SDA/sumber daya alam yang melimpah, (2) SDM melimpah/pendidik terbesar ke-4 dunia (Cina, Amerika, India, dan Indonesia), (3) pemandangan alam yang menakjubkan, peninggalam sejarah dan budaya yang sangat bernilai (Bali, Yogyakarta, dan candi, keraton).

Kekurangan pendidikan Indonesia dilihat dari faktor penentunya yaitu (1) faktor pendidikan, (2) faktor peserta didik, (3) faktor sarpras, (4) faktor tujuan pendidik, (5) faktor lingkungan, dan (6) faktor kurikulum.

Dari masing-masing faktor tersebut terdapat beberapa indikator. Pada pendidik/guru terdapat masalah jumlah guru yang memadai, kurang pengetahuan, dan keterampilan guru, rendahnya penguasaan strategi dan metode pengajaran, minimnya bacaan dan sumber pengetahuan guru.

Masalah peserta didik diantaranya: kurangnya motivasi belajar, minimnya faktor keluarga, dan lingkungan yang mendukung peserta didik untuk belajar dan kurangnya konsistensi proses pembelajaran.

Masalah pada kurikulum yaitu kurikulum terlalu kompleks, kurangnya sumber/dasar pengembangan kurikulum, dan terlalu cepat berganti kurikulum dan berganti nama.

Masalah pada sarana dan prasarana yaitu ketimpangan kemajuan antara desa dan kota, dan belum semua sekolah di Indonesia memiliki sarana prasarana yang memadai.

Masalah pada lingkungan (orang tua/ortu) yaitu ketidakpedulian orang tua/siswa akan pentingnya pendidikan (partisipasi). Misalnya, anak usia belajar ngamen di jalan dan anak dilarang bersekolah hanya alasan sekolah itu mahal.

Pendidikan di India
Sistem pendidikan di India menganut pola 10 + 2 + 3/4/5. 10 pola Basic Education terdiri dari pendidikan dasar 5 tahun, sekolah dasar menengah 3 tahun, dan sekolah menengah atas 2 tahun. Sedangkan Pre-University School 2 tahun dan College (3/4/5 tahun)

Pendidikan Dasar di India dilaksanakan selama 5 tahun, biaya gratis, sarana prasarana kurang layak, buruh berupa anak dilarang, dan partisipasi masyarakat tinggi.

Fakta lulusan Pendidikan Tinggi di India yaitu fenomena Brain, 20 % karyawan Microsoft adalah lulusan PT di India, tidak sedikit ahli sains dan teknologi dari India menjadi pengajar di universitas top Amerika Serikat, dan profesional teknik dari India diperhitungkan di tingkat dunia.

Demikian informasi yang saya sampaikan dalam perkuliahan “Perbandingan Sistem Pendidikan”. Semoga bermanfaat. Amin. []

  1. Semarang, 7 Desember 2020
    Ditulis di Rumah, jam 04.30 – 05.05 WIB.
• Sunday, November 29th, 2020

 

Guru Berilmu Adalah Guruku dan Pahlawanku
Oleh Agung Kuswantoro

Guru adalah sosok yang ditiru dalam berperilaku. Siapa pun gurunya. Namun bagi saya, tidak semua guru itu ditiru. Lalu, guru seperti apakah yang saya tiru? Guru yang berilmu.

Apakah semua guru berilmu? Ya, namun belum tentu beramal. Ilmu dan amal adalah paketan. Ilmu banyak, tapi amal sedikit, maka guru tersebut “miskin” akhlak. Sebaliknya, amal banyak, namun tanpa sedikit ilmu, maka guru tersebut “rapuh” dalam berpendirian.

Bisa jadi, guru tersebut dalam mengambil sumber/data dari media sosial atau rujukan yang tidak dipercaya. Sumber rujukan ilmu seorang guru harus valid. Artinya, teori yang dibaca oleh guru harus jelas. Jangan sampai rujukannya itu salah.

Bisa jadi, ada guru yang (tidak) berilmu. Mengapa saya mengatakan tersebut? Karena, ia mengaku pintar. Ia mengakui dirinya, hebat. Guru yang seperti itu yang tidak saya tiru. Guru yang tidak ada ilmunya.

Sejatinya guru yang berilmu itu, pasti berakhlak baik dan rendah hati. Bukan, berperilaku sombong. Bukan, bersumber pengalaman yang puluhan tahun mengajar atau berpengalaman menghadapi masyarakat.

Guru berilmu, pasti banyak literasinya. Sehingga, ia pandai dalam menghadapi orang lain. Ia tidak emosional dan kajian yang banyak. Ucapan guru yang berilmu, pasti baik.

Guru yang berilmu, pasti pemberani. Karena, ia yakin ada di jalan kebenaran. Benar, bukan kebetulan. Adalah kebenaran yang disampaikan oleh guru yang berilmu. Dalam menghadapi masyarakat, pasti akan mengalami kendala dalam menyampaikan sebuah kebenaran.

Guru berilmu itu, pasti pandai menempatkan waktu dan kondisi masyarakat. Ia cerdas menyesuaikan kondisi masyarakat sekitar. Namun, tak terbawa oleh “arus” masyarakat yang belum tentu benar.

Guru berilmu adalah pahlawan saya. Karena, tidak semua guru itu mau berjuang di masyarakat dengan berdasarkan ilmu. Itulah, guru yang berilmu.

Pahlawan tersebut, pasti akan meminta kepada yang ahli untuk mengatur strategi bagaimana orang yang belum/tidak berilmu menjadi berilmu. Karena, orang yang berilmu itu tidak pernah berpikiran untuk menjatuhkan orang lain.

Entah siapa itu guru berilmu itu. Menurut saya, guru berilmu itu kiai atau ustad yang sedang memperjuangkan sebuah nilai kebenaran di desanya.

Jika guru sekolahan itu, pasti memperjuangkan sebuah kebenaran di sekolah kepada siswa. Namun, kiai dan ustad belum tentu semudah guru sekolahan.

Dasar kiai atau ustad, pastinya ilmu. Konteksnya sama antara guru sekolah dengan kiai atau ustad. Namun, berbeda dengan metodenya.

Kiai atau ustad itu pengabdian kepada masyarakat. Namun guru sekolah adalah profesi. Profesi itu ada imbalan/upah/gaji. Namun, pengabdian belum tentu ada imbalannya. Bisa jadi yang didapatkan oleh kiai atau ustad adalah cemoohan atau hinaan dari masyarakat.

Itulah yang saya maksudkan guru. Guru berilmu adalah guruku dan pahlawanku. Semoga Anda adalah guru berilmu saya dan pahlawan saya. Andalah contoh yang saya tiru. Semoga! []

Semarang, 28 November 2020
Ditulis Di Rumah Jam 05.00 – 05.20 WIB.

• Friday, November 27th, 2020

Kiriman dari mahasiswa, Mas Kukuh jurusan pendidikan ekonomi administrasi perkantoran

 

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Selamat siang semuanya. Saya ingin sedikit memberikan review tentang buku yang berjudul *Seluk Beluk Dalam Menulis Skripsi : Kiat agar Lulus Tepat Waktu bagi Mahasiswa*
Karya Bapak Agung Kuswantoro

*Kesan :* Sudah kurang lebih 8 bulan kita semua dihadapkan pada pandemi Covid-19. Dunia pendidikan mau tidak mau menerapkan kebijakan tentang Study From Home. Sekolah, Univeristas ditutup dan siswa diharuskan untuk belajar dari rumah. Saya sempat khawatir tentang alur perkuliahan saya terlebih pada proses penulisan sebuah skripsi karena pada saat itu saya belum mengenal betul bagaimana langkah-langkah, dan proses dalam membuat skripsi, waktu 8 bulan yang seharusnya bisa digunakan untuk bertukar pikiran, mendapatkan informasi, mencari informasi tentang skripsi bersama teman, kating, maupun dosen
Seketika tidak bisa dilakukan karena harus Study From Home.
Lalu saya berkesempatan untuk membaca buku Seluk Beluk Dalam Menulis Skripsi, rasanya sangat senang sekali, bagaimana tidak. Dengan membaca buku ini saya telah mendapatkan gambaran tentang bagaimana nantinya skripsi itu ditulis. Uniknya didalam buku ini, penulis seakan seperti menunjukan sebuah diary-nya karena setiap bab yang ditulis merupakan pengalaman pribadi yang diceritakan langsung setelah kejadian berlalu. Awalnya ketika saya membaca saya hanya terfokus pada judul bab saja. Namun semakin bertambah halaman yang saya baca. Saya jadi ingin tahu.. “Dibulan selanjutnya penulis dapat pengalaman apa ya” seperti itu, seakan saya betul membaca sebuah diary terlebih buku tersebut ditulis secara ringkas, dengan bahasa yang sangat ringan.

Buku ini langsung di tulis oleh penulis yang juga merupakan seorang dosen pembimbing skripsi jadi saya sebagai mahasiswa yang baru mau terjun ke dunia skrispi jadi sangat mengetahui keinginan dosen pembimbing seperti apa, hal yang harus dihindari seperti apa, sekaligus buku ini dapat menjadi pegangan bagi mahasiswa karena banyak sekali tips – tips dan pesan yang akan sangat berguna seperti bagaimana menyusun kerangka berpikir, menentukan tema yang up to date, memilih teori yang tepat, hambatan dan upaya, sampai pada tahap ujian.

*Pesan :* Saya berharap buku ini bisa diupgrade kembali atau dibuat part 2 sesuai dengan pengalaman yang Pak Agung Kuswantoro dapatkan, agar kami sebagai mahasiswa dapat lebih belajar dari pengalaman orang lain baik itu pengalaman kesalahan maupun pengalaman baik yang nantinya bisa kami jadikan motivasi. Serta semoga buku ini dapat sukses dipasaran sehingga banyak membantu mahasiswa dalam proses penulisan sebuah skripsi. 🙏

Sekian review yang bisa saya berikan
Mohon maaf apabila terlalu panjang. Terima Kasih. Wassalamualaikum Wr. Wb

• Friday, November 27th, 2020

Arah Masjid Nurul Iman Sekaran
Oleh Agung Kuswantoro

Mendapatkan amanah dari jamaah bagi saya adalah tanggung jawab yang harus dilakukan dengan sepenuhnya, karena akan dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT. Adapun amanah tersebut adalah wakil ketua takmir. Saya mengibaratkan wakil ketua takmir itu seperti jabatan ketua harian dalam suatu partai.

Masjid Nurul Iman sudah beroperasi enam tahun. Sudah banyak perkembangan hasilnya, baik berupa fisik dan psikis. Tujuan utama saya saat ini adalah mencairkan uang atas nama Masjid Nurul Iman sebesar Rp. 65.000.000,00 yang saat ini ada kendala pengambilan secara teknis.

Insyaallah masalah tersebut bisa teratasi. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah: “Apa arah/tujuan dari masjid Nurul Iman Sekaran itu berdiri?”

Pertanyaan di atas adalah pertanyaan dasar saya dan jamaah dalam membuat visi, misi, tujuan, program kerja, sasaran, rencana (jangka pendek, menengah, dan panjang), serta alokasi anggaran.

Jika arahnya jelas, maka sumber dayanya dapat ditata sesuai dengan “arahnya”. Dalam menentukan “arah” Masjid, pastinya dilihat dari kondisi masyarakat, jamaah, kemampuan jamaah, kemampuan masyarakat dalam beribadah, dan faktor lainnya. Termasuk, kondisi psikis, para jamaah dan masyarakat.

Singkat cerita, nanti ada pertanyaan lanjutan yaitu: “Apa alasan Masjid Nurul Iman berdiri di daerah Sekaran Gang Pete Selatan 1?”

Jika asal berdiri, maka kurang tepat. Karena yang muncul hanyalah bangunan yang megah. Bisa jadi, jamaahnya sepi dalam sholat lima waktu. Setiap ada event/kegiatan ramai, tapi saat waktu sholat sepi. Atau, memang masjid masih fokus pada pembangunan. Misal, lantai 2 atau bagian yang lainnya.

Hal inilah yang ingin saya diskusinya dengan penasihat, ketua, takmir, seksi, dan para jamaah. Terlebih, ada dana Rp. 65.000.000,00 mau diarahkan kemana? Apakah ke pembangunan? Atau, memaksimalkan fungsi Masjid sebagai tempat beribadah kepada Allah, khususnya di masyarakat Sekaran Gang Pete Selatan I ini.

Semoga rapat nanti, akan “membuahkan” hasil yang baik untuk kemakmuran Masjid Nurul Iman Sekaran ini. Amin. []

Semarang, 27 November 2020
Ditulis di Rumah Jam 05.00 – 05.15 WIB.

• Monday, November 23rd, 2020

Manajemen Strategik Ala Fred dan Forest Yang “Kuat” pada Keunggulan Bersaing

Oleh Agung Kuswantoro

Adalah Fred R. David – dipanggil Fred – dan Forest R. David – dipanggil Forest – yang mengenalkan konsep manajemen strategik berbasis keunggulan bersaing. Keduanya adalah pakar dan konsultan manajemen strategik yang telah mendampingi “perusahaan raksasa” dalam  menggunakan jasanya. Termasuk buku “Manajemen Strategik yang telah digunakan oleh 500 universitas di Amerika dan di dunia. Pada  tahun 2011, keduanya menuliskan artikel yang berjudul “What are business school doing for business today?” tulisan tersebut mampu mengubah banyak tinjauan kurikulum sekolah bisnis. Melalui tulisan ini, saya ingin  berbagi atas pemikirannya dalam buku ciptaannya dan materi yang disampaikan oleh Bapak Drs. Heri Yanto, MBA, PhD.

 

Ada sebuah ilustrasi mengenai strategi. Suatu ketika ada dua pemimpin perusahaan yang sama-sama bersaing di bidang yang sama. Kedua pemimpin tersebut berkemah di hutan. Mereka sedang memikirkan masa depan perusahanannya. Apakah ingin tetap berdiri sendiri atau bergabung? Saat tenda/kemah tiba-tiba muncul seekor beruang besar sambil mengangkat kakinya yang mengeram. Pemimpin pertama langsung melepaskan tas rangselnya dan mengambil sepatunya. Lalu pemimpin kedua berkata kepada pemimpin satu: “Bos, kamu tidak bisa berlari cepat dari beruang itu”.

 

Pemimpin pertama menanggapi pernyataan pemimpin kedua tersebut dengan kalimat “Mungkin saya tidak bisa berlari cepat dari beruang itu, namun yang jelas saya bisa berlari cepat dari Anda”.

 

Cerita di atas menggambarkan dari manajemen strategik dari kedua pemimpin. Adapun yang ditonjolkan/ditemukan dari kedua pemimpin atas manajemen strategiknya adalah mempertahankan keunggulan bersaing. Sekali lagi, keunggulan bersaing.

 

Manajemen strategik adalah seni dan ilmu dalam memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan “lintas” fungsi agar organisasi dapat memperoleh tujuannya.

 

Dalam manajemen, ada rencana. Dalam manajemen strategik, ada rencana strategik. Rencana strategik, esensinya/intinya adalah permainan perusahaan/organisasi. Misal, tim sepakbola membutuhkan rencana strategik – permainan – agar bisa menang dengan lawannya.

 

Fred dan Forest mengatakan ada tiga tahapan manajemen strategik yaitu (1) formulasi strategik , (2) implementasi strategi, dan (3) evaluasi strategi. Formulasi Strategi mencakup pengembangan visi dan misi; mengidentifikasi kesempatan; dan ancaman eksternal organisasi; menentukan kekuatan dan kelemahan internal; menciptakan tujuan jangka panjang; memulai strategi alternatif; dan memilih strategi khusus untuk dicapai.

 

Implementasi strategi memerlukan perumusan tujuan tahunan; kebijakan yang memotivasi karyawan/staf dan pengalokasian sumber daya organisasi agar strategi yang diformulasikan dapat terlaksana. Implementasi strategi mencakup pengembangan budaya; struktur organisasi yang efektif; pengarahan usaha/bisnis; anggaran; sistem informasi manajemen; dan kompetensi karyawan/staf dengan kinerja organisasi.

 

Evaluasi strategi adalah tahapan final dalam kegiatan manajemen strategi. Ada tiga aktivitas pokok dalam evaluasi strategi yaitu (1) meninjau faktor internal dan eksternal sebagai dasar/basis strategi saat ini, (2) mengukur kinerja, (3) mengambil tindakan korektif.

 

Ketiga tahapan manajemen strategi – yaitu formulasi, implementasi, dan evaluasi strategi – adalah aktivitas yang terjadi dalam tiga level organisasi yang besar (perusahaan, unit devisi, dan fungsional). Dengan komunikasi yang baik, antar manajer, karyawan, dan lintas level hirarki, muncullah tim yang kompetitif. Berikut model tahapan manajemen strategi menurut Fred dan Foster.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Saya tidak menjelaskan masing-masing keterangan dari tahapan manajemen strategi, karena terlalu luas. Namun, hanya menyampaikan kebutuhan matrik sebagai dasar menganalisis manajemen strategi organisasi.

 

Ada tujuh matrik yang saya temukan dalam buku tersebut. Ketujuh matrik tersebut ada dalam tahapan formulasi strategi. Ketujuh matrik ini harus dipahami oleh setiap pemimpin/manajer, sehingga harus menguasai ketujuh matrik ini. Ketujuh matrik tersebut adalah (1) matrik  Evaluasi Faktor Eksternal (EFE), (2) matrik Evaluasi Faktor Internal (EFI), (3) matrik SWOT, (4) matrik Strategic Position and Action Evaluation (SPACE), (5) matrik Boston Consulting Group (BCG), (6) Matrik Grant Strategy, dan (7) matrik Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).

 

Dari yang saya pelajari, dari ketujuh matrik tersebut ternyata manajemen  strategik itu kuantitatif sekali. Setiap point memiliki bobot/nilai yang mengandung makna. Tidak asal pula dalam memberikan point/nilai dari suatu kasus. Ada panduannya tersendiri, misal tidak lebih dari angka satu. Kemudian, dari setiap point-point tersebut, dikonkretkan kepada manajer/karyawan untuk diberikan feedback/masukan, sehingga nilai tersebut sesuai. Nilai tersebut bukan dari satu orang saja. Namun, sudah ditetapkan bersama para manajer dan karyawan/staf.

 

Kesan saya belajar manajemen strategi ala Fred dan Forest adalah runtut dalam berpikir mengenai manajemen strategi dalam suatu organisasi. Terlebih, Fred dan Forest memberikan contoh-contoh nyata perusahaan. Selain itu, Fred dan Forest mampu menganalisis dengan tajam setiap tahapan-tahapan manajemen strategik. Dengan matrik-matrik pula, Fred dan Forest mampu menganalisis posisi suatu organisasi ada di posisi mana? Keberadaan posisi organisasi menunjukkan kekuatan/kelemahan organisasi tersebut. Sehingga, harapan Fred dan Forest adalah keunggulan kompetititif menjadi “modal” dalam manajemen strategik suatu organisasi.

 

Dalam buku tersebut Fred dan Forest lebih banyak memberikan contoh-contoh perusahaan. Sedikit atau tidak ada contoh “bisnis” pendidikan. Karena, “bisnis” pendidikan memiliki karakteristik berbeda dengan bisnis perusahaan. Padahal, saya seorang pendidik yang membutuhkan contoh manajemen strategik di dunia pendidikan.

 

Saran saya, kepada Anda adalah baca, pahami, buat matrik, dan praktikkan mengenai manajemen strategi ala Fred dan Forest yang berbasis keunggulan kompetitif/bersaing. Karena, disitulah Anda akan menemukan jati diri organisasi Anda sendiri. Lalu, muncul pertanyaan: “Bisakah Anda – selaku manajer – mampu menemukan keunggulan bersaing dibidang organisasi yang telah ditetapkan? Jika Anda sudah menemukan keunggulan kompetitifnya, maka Anda sudah belajar dan memahami manajemen strategik dengan benar.

 

Namun, jika Anda belum menemukan keunggulan kompetitifnya, maka Anda belum belajar dan belum memahami manajemen strategik dengan benar. Belajar manajemen strategiknya, ada yang salah. Yuk, pahami lagi belajar manajemen strategiknya!

 

Semarang, 21 November 2020

 

Ditulis di Rumah jam 22.00 – 22.45 WIB. Semoga tulisan ini bisa “mengikat makna” atas materi yang telah disampaikan oleh Bapak Drs. Hery Yanto, MBA, Ph.D dalam mata kuliah Manajemen Strategik Pendidikan.

• Thursday, November 19th, 2020

Jangan Mudah Diadu Domba
Oleh Agung Kuswantoro

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosamu” (QS. al-Ahzab: 70-71)

Beberapa hari ini, kita selalu mendengar berita dari media elektronik dan cetak. Adanya ucapan dan tindakan yang tidak terpuji/tercela yang dilakukan oleh Habib atau Tokoh Agama.

Kita – sebagai orang awam – yang masih “miskin” ilmu menjadi bingung. Penulis menyebut mereka – dengan istilah tokoh agama – tersebut bertingkah laku dan berkata yang kurang tepat. Terlebih dalam masa Pandemi Covid-19. Dimana, Pemerintah menganjurkan untuk menerapkan protokol kesehatan, jika ada suatu kegiatan atau beraktivitas di luar rumah.

Kegiatan baik, cara pun juga harus baik. Kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW itu sangat baik, maka cara pelaksanaannya juga harus baik. Apalagi, dalam masa Pandemi Covid-19. Dimana, mengundang kerumunan massa. Jangan sampai kegiatan baik, namun caranya tidak baik. Nanti, kegiatan Maulid Nabinya menjadi tidak baik. Dan, agama Islamnya menjadi tidak baik.

Lalu, bagaimana baiknya? Tunda dulu, pelaksanaan perayaan Maulud Nabi Muhammad SAW. Tidak menyelenggarakan kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Habib Maulana Luthfi bin Yahya dari Pekalongan sedianya akan menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW akbar, namun karena kondisi dan pertimbangan lingkungan. Akhirnya, kegiatan tersebut ditunda/dibatalkan.

Contoh lain, ada ustad yang membubarkan kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW dari acara yang ia selenggarakan sendiri. Ia membubarkan orang yang hadir, karena akan menimbulkan kerumunan.

Sebaliknya, ada pula Habib yang dengan sengaja mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di tengah masa Pandemi Covid-19. Hasilnya yang datang menolak protokoler kesehatan. Tidak menerapkan protokoler kesehatan dalam kegiatan tersebut. Dampak dari kegiatan tersebut adalah pejabat RT, RW, Lurah, Camat, Dinas Kesehatan, Walikota, dan Gubernur daerah tersebut ditanyai oleh Kapolri dan Satgas Covid-19 Republik Indonesia.

Sebagai umat Islam yang sedang belajar agama, kita dijadikan “bingung” dengan kejadian ini, “mengapa ada Habib atau tokoh agama dalam menyikapi satu kasus dengan cara yang berbeda?” Ada dengan cara yang terpuji dan tercela dalam kasus yang sama. Bahkan, tokoh masyarakat tersebut berdoa dengan kalimat yang negatif. Istilahnya, nyepatani.

Dari kejadian di atas, kita dituntut untuk cerdas dalam memilih sosok panutan. Ada Habib A yang berperilaku baik dalam melaksanakan suatu kegiatan. Ada Habib B yang berperilaku buruk dalam melaksanakan suatu kegiatan. Padahal, kasusnya sama.

Contoh teladan yang terbaik bagi manusia adalah Nabi Muhammad SAW. Maaf bukan Kiai, Habib, atau Ustad. Habib, Kiai, atau Ustad. Kiai, Habib, atau Ustad. Habib, Kiai, atau Ustad bisa berkata buruk/kotor. Namun, Nabi Muhammad SAW pasti tidak pernah berkata kotor.

Perilaku para tokoh agama, jangan sampai kita diadu domba. Orang yang “lemah” iman dan islam menjadi sasaran “empuk” dalam kondisi seperti ini. Karena, setiap tokoh masyarakat tersebut akan berkata dan berperilaku yang meyakinkan. Ucapannya, pasti “landep”. Tingkah lakunya, pasti sangat mantap. Tujuannya, agar masyarakat mengikuti kegiatan atau ajarannya.

Menurut penulis, menyikapi keadaan seperti ini, lebih baik diam. Serahkan saja semua kejadian ini kepada Negara. Karena, Allah sudah memberikan izin kepada pemimpin Negara ini untuk mengelolanya. Artinya, kita pasti memiliki contoh yang baik, setelah Nabi Muhammad SAW wafat.

Jangan sampai martabat tokoh agama dikomentari oleh nitizen/orang yang tidak selevel untuk berkomentar. Yang mengingatkan dan memberi informasi Nabi Muhammad SAW itu Allah dan Malaikat Jibril.

Nabi Muhammad SAW itu orang baik, yang mendekati juga orang baik. Jangan sampai ada seorang tokoh agama, namun yang berkomentar (mohon maaf) adalah orang-orang yang “kotor” dalam iman dan Islam. Bedakan, antara Kiai, Preman, Habib, Pengamen, dan profesi lain dalam berperilaku dan berucap.

Biarlah Habib yang berkomentar itu antar Habib. Biarlah Kiai yang berkomentar itu antar Kiai. Dan, biarlah Ustad yang berkomentar itu antar Ustad. Seimbang antar orang yang berkomentar.

Jika ada Habib yang berkomentar itu Preman. Cek, perkataan Habib tersebut. Bisa jadi, perkataan Habib tersebut mirip, Preman. Artinya, Habib tersebut berkata “kotor”, sehingga dikomentari oleh Preman.

Mari, pilihlah orang yang beriman. Dimana, ciri-cirinya sebagaimana ayat pada paragraf pertama, yaitu berkata benar. Berkata benar saja. Doa yang benar. Jangan berdoa dengan kalimat “memperpendek umur seseorang”. Jelas itu bukan doa, tapi mengutuk.

Nabi Muhammad SAW itu tidak pernah mengajarkan berdoa umur pendek kepada seseorang. Maaf cerita rakyat yang mengutuk anak menjadi batu saja, itu tidak diperkenankan dalam akhlak atau ilmu agama. Artinya, jika berkata kepada anak itu dengan ucapan yang baik/qoulan sadida.

Setelah berkata baik, maka amalan/perbuatan juga (pasti) baik. Artinya, ada keselarasan. Sejalan antara ucapan dan tindakan. Ucapan baik, maka tindakan akan baik pula.

Demikianlah tulisan singkat ini. Ada beberapa simpulan, yaitu:

1. Tirulah sosok Nabi Muhammad SAW dalam berperilaku dan berkata.

2. Tidak semua Habib, Kiai, Ustad atau tokoh masyarakat itu dijadikan contoh teladan terbaik dalam kehidupan kita.

3. Jadilah muslim yang cerdas dengan cara perbanyak referensi/bacaan buku/kitab, agar menjadi muslim yang jeli/tanggap terhadap fenomena/kejadian saat ini.

4. Jadilah muslim yang tidak mudah diadu domba atau dihasut oleh ‘ulah’/perilaku Tokoh Agama/Habib dengan cara perbanyak membaca al-Qur’an, hadist, dan buku/kitab.

5. Berkatalah yang baik saja, karena akan berdampak pada amalan yang baik pula.

Semoga bermanfaat tulisan ini untuk diri penulis dan pembaca. Amin. []

Semarang, 19 November 2020
Ditulis di Rumah jam 04.30 – 05.05 WIB.

Materi disampaikan di Masjid Nurul Iman Sekaran pada Jum’at kliwon, 20 November 2020.