• Wednesday, May 09th, 2018

Rukun Sholat: Berdiri (3)

Oleh Agung Kuswantoro

 

Orang yang sakit mampu berdiri saat imam membacakan surat Alfatihah. Namun, saat membaca surat sunah, tiba-tiba ia tidak mampu berdiri. Maka, baginya diperbolehnya duduk saat pembacaan surat sunah.

 

 

 

Sholat dilakukan boleh dengan duduk bagi orang yang mengalami masaqot/kesusahan, seperti sakit. Pendekatan ini digunakan agar ia dapat sholat dengan khusus.

 

Kasus. Orang yang sholat di dalam kapal, diperbolehkan sholat dengan duduk, karena dikhawatirkan pusing. Demikian, orang yang memiliki sakit beser kencing, diperbolehkan sholat dengan duduk pula. Karena, apabila ia berdiri dikhawatirkan air kencingnya keluar. Ia selalu menahan kencingnya.

 

Orang yang sholatnya dengan duduk, waktu ruku’ agar membungkuk sedikit hingga kening sejajar dengan ujung lutut.

 

 

Semarang, 7 Mei 2018

 

• Tuesday, May 08th, 2018

Workflow

Oleh Agung Kuswantoro

 

Workflow adalah nama lain dari Business Precess Management (BPM). Didalamnya membahas tentang alur sebuah dokumen di suatu organisasi. Tidak hanya mengenai dokumen saja, tetapi bagaiman sebuah “perjalanan” terciptanya “sesuatu”.

 

Misal, ada surat masuk. Alur atau workflow-nya adalah surat diterima oleh penerima surat, lalu dicatat kedalam system surat masuk. Di-entry sesuai dengan field name-nya, seperti nomor, dari/kepada, perihal, isi surat, dan lainnya.

 

Setelah di-entry, diberi lembar disposisi dan disampaikan ke meja pimpinan. Pimpinan akan memberikan disposisi. Kemudian, surat dan lembar disposisi dberikan kepada yang berhak.  Proses sederhana itulah yang dimaksud workflow.

 

Cara membuatnya dengan membuat kotak, lingkaran, panah, informasi dilanjut/yes, informasi berhenti/no, dan selesai.  Seperti SOP.

 

Itulah keterangan sederhana mengenai workflow.

 

Semarang, 8 Mei 2018

 

 

• Sunday, May 06th, 2018

Setiap Tulisan, Pasti Ada Pembaca

Oleh Agung Kuswantoro

 

Mendapat undangan dari Ruang Semesta menjadi penyemangat untuk menghadirinya. Ruang Semesta adalah tempat untuk belajar mahasiswa UNNES. Sebuah tempat yang menyediakan buku-buku berkualitas.

 

Acara bedah buku saya, Alhamdulillah berjalan lancar. Ada 10 mahasiswa yang hadir. 2 diantara yang hadir, saya mengenalnya. Selebihnya, baru mengenalnya di forum tersebut. Maknanya, pesertanya lintas jurusan dan fakultas yang ada di UNNES.

 

Saya memaparkan isi buku tersebut. Menjelaskan beberapa isi buku tersebut. Lalu, Fajar—pembedah—memberikan komentar atas tulisan-tulisan yang ada di buku berwarna kuning itu.

 

Ada tiga penanya. Pertanyaan mereka tentang isi buku dan teknik penulisan buku tersebut. Pertanyaan mengenai isi buku seperti tema yang sederhana, namun bisa dituliskan dan mampu memberikan pembelajaran kepada orang yang membaca. Sedangkan, pertanyaan mengenai teknik menulis buku seperti cara, waktu, dan teknik penulisannya.

 

Pertanyaan-pertanyaan di atas disampaikan oleh peserta, menurut saya itu wajar. Karena, bayangan mereka menulis buku itu susah.

 

Justru, pandangan saya bahwa menulis buku itu mudah. Hanya butuh komitmen menulis saja. Mendisiplinkan diri agar selalu menulis. Menulis tiap hari, walaupun hanya 10 menit. Abaikan kesalahan ketik atau kalimat yang tidak nyambung.

 

Saya menjadi haru saat, buku saya dibaca dan dibedah. Dari beberapa peserta ternyata sudah membaca buku-buku saya di Perpustakaan. Mereka memberikan tanggapan positif kepada karya saya. Saya mengira buku saya tidak ada yang baca, karena saya tahu dirilah, bahwa saya bukan penulis handal. Saya masih jauh dari penulis-penulis yang bukunya disajikan di rak-rak toko buku.

 

Jadi, tugas kita sekarang adalah menulis, menulis, dan menulis. Setiap tulisan, pasti memiliki pembaca. Menjadi kebanggaan, jika ada orang yang memberikan apresiasi atas karya kita. Oleh karenanya, jangan pesimis mengenai kualitas tulisan kita. Teruslah belajar. Perbanyak bacaanya. Lalu, tulislah. Insya Allah, ada orang yang akan membacanya.

 

Semarang, 7 April 2018

• Saturday, May 05th, 2018

Pencarian dan Penemuan Kembali

Oleh Agung Kuswantoro

 

Pencarian dan penemuan kembali menjadi bagian terpenting dalam kearsipan elektronik. Data (arsip) yang telah dicatat, kemudian dimasukkan ke dalam folder yang telah diberi nama sesuai dengan subjeknya. Lengkap dengan subfoldernya. Kemudian diberi nama arsip tersebut, sesuai dengan klasifikasinya. Termasuk indeksnya.

 

Klasifikasi subjek dan indeks inilah yang akan digunakan sebagai keyword/kata kunci dalam pencarian. Oleh karenanya, agar dalam pencarian itu sederhana berupa klik search/pencarian. Kemudian, klik. Maka, sistem akan bekerja.

 

Keuntungan pencarian dengan elektronik adalah cepat. Sehingga, dalam bahasa pemrograman berupa AND/OR. Hasil yang akan tampil setelah pencarian akan muncul. Kemungkinan, hasil pencarian akan mengatakan tidak ada arsip yang disimpan. Atau, hasil pencarian menemukan arsip yang berkaitan dengan keyword.

 

Mengapa demikian? Karena, menggunakan AND/OR. Layarnya pun dalam tampilan pencarian akan menampakkan 10 baris dengan beberapa halaman. Dimana, tiap halaman ada 10 data.

 

Selain dengan sistem, pencarian juga dilakukan pada folder dan subfolder. Hal ini, termasuk basisnya subjek. Jadi, permasalahan suatu data harus jelas dan penempatannya sesuai. Jika tidak sesuai maka kesusahan dalam mencari data tersebut.

 

 

Semarang, 5 Mei 2018

 

 

• Saturday, May 05th, 2018

Bedah Buku Mengambil Hikmah Dari Kehidupan

Oleh Agung Kuswantoro

 

Buku yang saya tulis ini adalah buku mengenai motivasi. Saya menyebutnya, motivasi. Karena judul awal dari buku ini adalah “Menasihati Diri Sendiri”. Kemudian, atas usul penerbit (Quanta), buku ke-14 yang saya tulis dirubah menjadi “Mengambil Hikmah Dari Kehidupan”.

 

Sederhana, isinya. Mengkaji tentang pengalaman pribadi penulis. Pengalaman yang saya alami, saya “ikat” dengan sebuah tulisan, lalu dicari “nilai” atau “value” dari setiap peristiwa tersebut.

 

Ada beberapa tema secara garis besar dari isi buku tersebut. Yakni, pendidikan, motivasi hidup, manajemen hati, agama, sosial, dan kehidupan kampus.

 

Saya yakin, setiap orang pasti mengalami suatu peristiwa pengalaman hidup. Namun, apakah pengalaman itu bisa memberikan “pembelajaran” baginya? Ataukah pengalaman tersebut memberikan kebermanfaatan untuk orang lain? Itu, yang inti dari hikmah.

 

Misal, ada ada judul “Hidup Itu Memutuskan”. Inti pesan yang saya katakan dalam buku tersebut, bahwa tegaskan hidup kita dengan berani membuat keputusan. Keputusan inilah yang membuat kita percaya diri. Karena dia, hanya berharap pada Allah. Bukan, manusia.

 

Itulah contoh sebuah hikmah yang saya dapatkan dalam kehidupan ini. Tema ada di sekitar kita. Tetapi, kita harus “menangkap” setiap moment itu. Jangan sampai itu “lepas” begitu saja.

 

Agama memerintahkan kepada kita untuk baca. Membaca tidak harus berhadapan dengan buku. Lingkungan dan kehidupan kita, juga itu “bacaan” menarik untuk kita pahami.

 

Misal, mengapa ada orang yang memiliki rizki berkecukupan, tetapi hidupnya bahagia? Sebaliknya, orang yang memiliki rizki banyak, tetapi hidupnya memiliki banyak masalah? Itulah, “bacaan” yang harus dipahami.

 

Kasus tersebut, di lingkungan kita pasti ada yang seperti itu. Namun, saya tidak begitu saja “pemandangan” kehidupan itu “hilang” begitu saja.

 

Contoh momen kehidupan lain yang saya tulis dalam buku itu yaitu demonstrasi ide, hati: filling cabinet abadi, komunikasi tak bermakna, contract yourself, demi Tuhan bukan sumpah, menanam nilai konservasi, munafik diri, mengkliping google, dan judul lainnya.

 

Untuk lebih mengetahui isi buku lengkapnya. Silakan, baca buku saya yang sederhana dan tidak tebal. Sebagai penutup, saya mengutip epilog dari buku saya tersebut, yaitu saat sedang memiliki problem dalam hidup, biasanya kita membutuhkan nasehat orang lain untuk menyemangati dan memberikan solusi atas permasalahan yang sedang kita hadapi.

 

Namun, terkadang ketika kita curhat ke orang lain, orang itu malahan lebih banyak bercerita tentang dirinya sendiri bukannya mendengarkan. Tabiat manusia memang lebih suka berbicara daripada mendengar. Oleh karena itulah kita butuh berdialog dengan diri sendiri. Dialog antara pikiran dengan hati. Dialog pikiran dengan hati, akan berdampak pada motivasi diri. Kita akan bisa memandang dengan “jernih” setiap masalah yang sedang kita hadapi, dan juga berpengaruh pada orang lain.

 

Semarang, 6 Mei 2018

 

• Monday, April 30th, 2018

Gunakan Teori Yang Tepat dan Jelaskan

Oleh Agung Kuswantoro

 

Teori adalah “pondasi” dalam sebuah penelitian. Istilahnya, kajian teori. Mengapa kajian? Karena, sebagai landasan dari kajian yang akan diselesaikan/digunakan dalam menyelesaikan suatu penelitian/masalah.

 

Jangan, asal copy paste saja. Pernah, saya membaca skripsi, dimana ada teori yang “ampuh” biasa digunakan dalam hierarki kebutuhan manusia. Sebagian orang sudah pasti mengetahui teori tersebut milik Maslow. Bahkan, ada hierarkinya. Saat saya membaca sebuah skripsi, ternyata teori tersebut bukan milik Maslow. Teori tersebut dijadikan variabel. Jelas, berdampak fatal. Karena, teori-teori yang ia tuliskan, bukan milik Maslow. Padahal, jelas dari penjelasannya, milik Maslow.

 

Saya bertanya kepada pemilik skripsi tersebut untuk mengecek dari kutipannya. Saya menyarankan untuk membaca buku rujukan yang ia salin. Alhasil, ternyata milik Maslow. Berarti dalam skripsi tersebut harus ada kalimat “Maslow dalam penulis siapa (tahun, halaman)”. Inilah yang saya maksudkan, gunakan teori yang tepat. Setelah tepat memilih teori, kemduian dijelaskan.

 

Jangan sampai teorinya sedikit, lalu jumlah pertanyaan instrumennya banyak sekali. Berarti teori tersebut perlu dijelaskan lagi. Itu saja, semoga bermanfaat.

 

 

Jakarta, 27 April 2018

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

• Monday, April 30th, 2018

Membuat Struktur Folder

Oleh Agung Kuswantoro

 

Setelah mempelajari metadata, kita dianjurkan untuk belajar juga cara pembuatan folder. Pembuatan folder ini sangat penting dalam pencarian file yang akan dan telah  disimpan. Cara yang termudah dalam membuat folder adalah struktur dari setiap materi/file yang ada dalam organisasi. Ibarat di organisasi, susunan folder terdiri dari sub-suborganisasi.

 

Misal, folder pelayan. Didalamnya terdapat folder makanan, kesehatan, publik, dan folder sub lainnya. Kemudian, didalam subfolder kesehatan ada sub-subfolder cek/periksa, surat, catatan, dan kontak.

 

File-file yang ada kaitannya dengan folder, subfolder, dan sub-subfolder dimasukkan didalamnya. Harapannya dengan pembuatan folder ini kita mudah menemukan file yang telah disimpan. Bayangkan, file yang telah kita buat hanya disimpan saja, dalam satu folder. Lalu, apa jadinya? Jelas, susah mencarinya. Itulah gunanya membuat folder. Namun, dalam membuat folder pun ada strukturnya. Tidak asal.

 

Jakarta, 27 April 2018

 

 

• Monday, April 30th, 2018

Puasa Lisan

Oleh Agung Kuswantoro

 

Beberapa hari ini, kami (saya dan jamaah masjid Nurul Iman) mengkaji bab sunah puasa. Rujukan utama, KItab Taqrib. Di dalamnya ada penjelasan sunah puasa, salah satunya menjaga lisan.  Selain itu, ada sunah puasa yang lain seperti saur diakhir waktu dan berbuka puasa di awal waktu.

 

Justru saya penasaran, mengapa menjaga lisan termasuk sunah puasa? Melihat kedua perbuatan sunah lainnya, tidak ada dengan pekerjaan puasa. Tetapi, mengapa menjaga lisan termasuk sunah?

 

Di hari kemudian, saya membawa kitab Fathul Mu’in. Saya membuka bab sunah puasa. Salah satunya menemukan sunah puasa itu menjaga lisan. Didalamnya dijelaskan, bahwa pahala berpuasa menjadi rusak karena tidak menjaga lisan. Perbuatan dikategorikan tidak menjaga lisan yaitu berbohong, ngrasani dan memaki orang lain. Perbuatan tersebut merusak ibadah puasa. Bahkan, ada ulama yang mengatakan bahwa jika ada orang yang melakukan perbuatan di atas, maka batal puasanya.

 

Itulah pentingnya menjaga lisan. Disitulah, tidak ada kaitan antara perut dan lisan. Perut itu berkaitan dengan lapar. Lisan itu berkaitan dengan ketenangan. Obat “lapar” itu makan. Obat ‘ngrasani’ itu puasa. Jadi, itulah alasan mengapa menjaga lisan termasuk sunah (muakad). Jadi, ‘puasa’ lisan iu sangat penting. Jangan sampai puasa kita, hanya dapat haus dan lapar. Mari kita ‘puasa’ lisan saat puasa Ramadhan nanti. Janga sampai “rusak” ibadah puasa Ramadhan kita.

 

Semarang 29 April 2018

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

• Thursday, April 26th, 2018

Reliabilitas Didukung Validitas

Oleh Agung Kuswantoro

 

Saat menguji skripsi mahasiswa yang saya rasakan adalah saling belajar dengan dia. Dia adalah peneliti. Tugas saya membaca dan mengklarifikasi atas hasil penelitiannya. Bisa menambahkan, mengurangi, atau bertanya. Itu yang saya lakukan kepadanya.

 

Ada yang menarik saat saya menguji Dewi. Dimana pada reliabilitasnya menemukan 0,600. Saya pun mengeceknya dimana hasil dari referensi yang ia dapatkan termasuk reliabel. Namun, saya cocokkan pada lampirannya, saya tidak menemukan. Lampiran terkait perhitungan reliabilitas tidak ada.

 

Lalu, saya menanyakan kepadanya. “Berapa nilai reliabilitasnya?” Ia menjawab 0,587 Mengapa Anda menuliskan 0,600? Ia jawab “pembulatan, Pak”.Oh begitu”, jawab saya. “Terus, berapa ukuran/patokan reliabilitas dikatakan reliabel?” Ia menjawab 0,600. “Adakah dasarnya?” Tanya saya kepadanya.

 

Ia menjawab dari Trihendradi. “Pernah bacakan buku/referensi Trihendradi?” Tanya saya kepadanya. Ia menjawabnya “pernah”. Ada dihalaman sekian. Ujar wanita yang sudah mulai gelisah dengan pertanyaan saya.

 

Mengapa saya bertanya seperti itu? Lazimnya reliabilitas biasanya 0,700 dan 0,800. Namun, ini hanya 0,600. Itu pula pembulatan. Sebenarnya, hal ini tidak masalah. Saya mengecek nilai validitasnya, dimana untuk nilai validitas dari variabel tersebut sangat bagus. Artinya, ini sebagai pendukung dalam menentukan nilai reliabilitas variabel tersebut.

 

Jadi, nilai reliabilitasnya bisa didukung dengan nilai validitas. Dengan catatan, nilai validitasnya bagus. Namun, jika kurang bagus, maka nilai reliabilitasnya menjadi kurang kuat pula. Maknanya instrument tersebut kurang bagus. Oleh karenanya, reliabilitas dan validitas saling memberikan kontribusi.

 

Dalam pemahaman saya, bahwa penelitian kuantitatif mengutamakan reliabilitas terlebih dahulu. Hasilnya reliabel, maka dapat dikatakan dalam validitasnya diperoleh hasil valid. Ajeg-nya atau konsistennya pun jelas. Itulah pengalaman saya dengan Dewi. Selamat Dewi, Anda sukses mempertanggungjawabkan atas yang Anda tulis/penelitiannya.

 

Setelah ujian selesai, beberapa hari kemudian, Ia membawa buku yang saya tanyakan. Saya pun mempelajarinya. Inilah gunanya ujian, dimana kita saling belajar. Mari, kita belajar dan terus belajar. Jangan lupa, ikat dengan tulisan.

 

Sumber:

Trihendradi, C. 2013. Step by step IBM SPSS 21:Analisis Data Statistik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

 

 

Jakarta, 26 April 2018 ditulis di Pesawat Garuda Indonesia jam 10.47 menuju Jakarta dari Semarang

• Wednesday, April 25th, 2018

Spesifikasi Metadata Field Types (2): Habis

Oleh Agung Kuswantoro

 

Setelah mengetahui cara mengisi Filed Types atas setiap pertanyaan yang telah diajukan kepada seseorang/lembaga. Kemudian, kita akan membuat metatada. Metatada adalah gambaran sederhana dari form yang akan kita tampilkan. Metadata muncul dalam bentuk table-tabel.

 

Azad Adam (2007:58) menggambarkan tabel metatada yang kompleks berisikan kolom field name, field type, field length, formatting, dan mandatory. Field name berisikan nama lengkap, nama panggilan, tempat tanggal lahir, tempat bekerja, dan fied name lainnya. Field type berisikan alphanumeric, date, time, dan field type lainnya. Field length berisikan batasan alphanumeric pada nama lengkap yaitu 50 karakter, batasan nama panggilan pada nama panggilan yaitu 10 karakter, batasan nomor handphone yaitu tergantung pada kode Negara, tanggal lahir dengan batasan yaitu 8 karakter, dan field length lainnya.

 

Formatting berisikan cara penulisan format dari field nama. Misal, nomor HP, dimulai dengan 081 untuk Negara Indonesia, Format jam dengan 24 jam, bukan 12 jam. Jika jam 6 sore akan tertulis 18.00, bukan 06.00 PM, dan contoh formatting lainnya. Mandatory berisikan Yes atau No. kebanyakan diisikan Yes.

 

Keterangan diatas itulah yang saya sebut adalah metadata. Dari metadata ini akan muncul form yang telah dibentuk. Form ini seperti form yang manual, hanya bentuknya dalam bentuk computer yang lengkap dengan laporannya/repot.

 

Demikianlah tulisan sederhana ini, semoga bisa terus belajar. Dan, semoga bermanfaat.

 

Semarang, 25 April 2018