Author Archive

• Saturday, July 23rd, 2022

Arbain Nawawi, Perpaduan Tiga Kitab

Oleh Agung Kuswantoro

Adalah perpaduan tiga kitab: syarah Arbain Nawawi, Azwadul Murthofawiyyah, dan Majalisus Saniah dari kajian Arbain Nawawi usai Subuh di Masjid Jami’ Ulul Albab UNNES.

 

Biasanya, model yang saya sampaikan adalah membaca per lafal dari kitab Azwadul Musthofawiyyah karangan Kiai Bisyri Mustofa, karena kitab ini menerangkan per lafal dengan berbahasa jawa pegon. Kemudian, untuk keterangannya menggunakan kitab Majalisus Saniah, karangan Syekh Ahmad bin Syekh Hujazi al-Fasyani. Dalam kitab Majalisus Saniah – versi kitab kuning – lebih lengkap dalam keteranganya, baik per lafal dan tafsirnya. Di dalamnya ada hikayat dan tanbih/pengingat.

 

Demikianlah cara belajar kami. Mohon doanya, semoga kita bisa istiqomah belajar Arbain Nawawi usai solat Subuh di Masjid Jami’ Ulul Albab UNNES. Amin. []

 

Semarang, 21 Juli 2022 direvisi di Jakarta, 22 Juli 2022

Ditulis di Rumah jam 05.15 – 05.20 Wib.

 

 

 

 

 

 

 

 

• Friday, July 22nd, 2022

Kajian Arbain Nawawi (25): Allah Itu Maha Baik

Oleh Agung Kuswantoro

 

“Sesungguhnya Allah itu baik, tidak menerima (segala sesuatu), kecuali yang baik”. Hadis Arbain nomor 10.

 

Dari penggalan hadis tersebut terungkap jelas bahwa Allah itu Maha baik, sehingga segala sesuatu yang dipersembahkan atau menuju Allah itu, harus baik. Saat beribadah segala sesuatu harus baik. Jangan sampai baju yang dipakai untuk beribadah itu, berasal dari yang tidak baik atau bersumber dari sesuatu yang haram, misal: baju belinya dari uang yang tidak baik/berasal dari uang “mencuri”, makanan yang dimakan juga berasal dari yang tidak baik/haram.

 

Mengapa demikian? Karena, melalui kebaikan ini doa seseorang akan mudah dikabulkan. Sehingga mengapa ada doa seseorang tidak terkabulkan atau lama terkabulkan? Bisa jadi karena makanan, minuman, pakaian, dan kebutuhan yang dipenuhi – bahasa saya sandang, pangan, dan papannya – berasal dari sesuatu yang haram.

 

Mari kita jaga asal-usul dari kebutuhan kita. Semoga dan Insya Allah kita mengusahakan yang halal. Amin. []

 

Semarang, 18 Juli 2022

Ditulis di Rumah jam 03.00 – 03.10 Wib.

• Wednesday, July 20th, 2022

Kajian Arbain Nawawi (24): Kehancuran Umat
Oleh Agung Kuswantoro

Tahukah Anda, apa salah satu sebab hancurnya suatu umat? Salah satu hancurnya umat adalah banyaknya pertanyaan yang tidak berguna dari umat tersebut terhadap Nabi mereka dan sering menentang terhadap Nabi mereka.

Dari hadist ke-9 dari kitab Arbain Nawawi ini memberikan pelajaran kepada kita agar melaksanakan perintah Nabi dan menjauhi larangan Nabi. Atiullah wa ati rosul, singkatnya seperti itu, yaitu: taat kepada Allah dan Rosul dalam perintah dan larangannya. [ ]

 

Semarang, 14 Juli 2022D

Ditulis di Rumah jam 05.00 – 05.05 Wib.

• Tuesday, July 19th, 2022

 

Kajian Arbain Nawawi (22): Takwa

Oleh Agung Kuswantoro

Pesan hadist ke-9 dari hadist Arbain Nawawi adalah takwa. Dimana menekankan pada menghindari larangan dan melaksanakan perintah Allah sesuai dengan kemampuan kita.

Ingat ada kalimat mastato’tum (semampu kalian). Berarti dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah itu harus semampu kita. Kemampuan melaksanakan ibadah (misal) dengan kecepatan 80 km; maka dalam menjalankan ibadah tersebut jangan melebihi 80 km. sebaliknya, ada larangan “jangan mendekati x”, maka “ada” sesuatu yang berbau x, jangan didekati. Harus dijauhi.

Demikian isi singkat dari hadist ini. Semoga kita bisa menjalankan dengan baik. Amin. []

Semarang, 14 Juli 2022
Ditulis di Rumah jam 04.55 – 04.57 Wib.

• Sunday, July 17th, 2022

Madrasah di Rumah (4): Sifat Wajib Allah

Oleh Agung Kuswantoro

 

Sifat manusia adalah bisa hidup dan mati; marah dan senyum; punya mata, telinga, hidung, otak, kaki dan sifat yang lainnya. Lalu, apa sifat Allah Swt? Pertanyaan itu didisampaikan oleh santri (anak saya), Mubin dan Syafa.

 

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya membuka kitab Aqidatul Awwam. Dalam kitab tersebut disebutkan, ada 20 sifat wajib Allah yang wajib diketahui oleh orang mukmin.

 

Dari ke-20 sifat Allah, saya baru menyampaikan tiga sifat beserta maknanya, yaitu wujud, qidam, dan baqo. Itulah madrasah saya hari ini. Selamat belajar lagi.  []

 

Semarang, 13 Juli 2022

Ditulis di Rumah jam 06.00 – 06.05 Wib.

• Friday, July 15th, 2022

Kajian Arbain Nawawi (22): Perlindungan Bagi Muslim

Oleh Agung Kuswantoro

Siapakah orang yang dilindungi oleh Nabi Muhammad Saw? Untuk menjawab pertanyaan tersebut saya membuka kitab Arbain Nawawi hadis ke-8, berikut: “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka (1) Bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad  adalah utusan Allah, (2) menegakkan solat, (3) dan menunaikan zakat.

 

Saya memaknai hadis tersebut bahwa Nabi Muhammad Saw akan melindungi (1) orang Islam, (2) orang yang solat, dan (3) orang berzakat. Ke-3 orang ini yang akan dilindungi adalah Nabi Muhammad Saw mulai dari harta dan darahnya.

 

Jika keislaman dari ke-3 orang ini—yang bercirikan syahadat, solat, dan zakat—mengapa ada orang yang berpuasa dan berhaji tidak termasuk dalam orang yang dilindungi sebagaimana dalam hadis yang tercantum tersebut? Wa allahu’alam. []

 

Semarang, 6 Juli 2022

Ditulis di UPT Kearsipan UNNES jam 09.40 – 09.45 Wib.

 

• Thursday, July 14th, 2022

 

Kajian Arbain Nawawi (20): Nasihat
Oleh Agung Kuswantoro

Nasihat adalah pelajaran baik, anjuran (petunjuk, peringatan, dan teguran) yang baik (KBBI). Melihat makna nasihat secara KBBI ini, menjadikan saya untuk merenung. Lalu, muncul pertanyaan: “Nasihat itu untuk siapa?” Karena melihat makna nasihat secara KBBI berisikan tentang kebaikan. Jadi, bisa dikatakan bahwa nasihat itu, untuk orang yang baik. Pastinya, nasihat tidak diperuntukkan orang yang buruk. []

Semarang, 3 Juli 2022
Ditulis di UPT Kearsipan UNNES jam 10.41 – 10.45 Wib.

Kajian Arbain Nawawi (21): Agama Adalah Nasihat
Oleh Agung Kuswantoro

Setelah belajar makna nasihat, kemudian nasihat itu berupa/berwujud seperti apa? Hadist ke-7 dari kitab Arbain Nawawi mengatakan “Agama adalah nasihat”. Maknanya dalam agama itu berisi nasihat. Dalam agama berisi kebaikan. Bisa jadi, orang yang tidak beragama susah menerima sebuah nasihat (baca: kebaikan).

Nasihat itu ditujukan kepada siapa? Jawabnya kepada Allah, kitab, Rosul, dan pemimpin kaum muslim dan rakyatnya. Berarti nasihat itu tidak “semua” orang dapat. Artinya, orang tertentu. Semoga yang dapat nasihat adalah Anda! Amin.

Semarang, 5 Juli 2022
Ditulis di UPT Kearsipan UNNES jam 10.46 – 10.51 Wib.

• Thursday, July 14th, 2022

Masalah Islam, Iman, & Ihsan; Nabi Muhammad lebih Memahami, dan Masalah Hari Kiamat; Malaikat Jibril Lebih Memahami

Oleh Agung Kuswantoro

 

Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali” (Qs. al-Baqorah:285).

 

Dalam kitab Arbain Nawawi hadist yang ke-2 disebutkan tentang Islam, Iman, dan Ihsan, dan hari kiamat. Hadis tersebut merupakan hadist terpanjang dari total 42 hadist, kurang lebih hampir dua halaman. Tepatnya, satu setengah halaman hadist tersebut.

 

Hadis ini panjang karena bentuknya cerita. Isinya kurang lebih seperti ini: dalam suatu majlis (ilmu) yang dihadiri oleh Rosulullah, tiba-tiba datang seorang laki-laki yang mengenakan baju sangat putih dan berambut sangat hitam. Dimana, ia tidak tampak bekas perjalanan jauh dan diantara orang yang hadir tidak ada yang mengenalnya.

 

 

Lalu, laki-laki tersebut duduk dihadapan Rasulullah dan menempel kedua lutut ke lutut Rasulullah. Laki-laki tersebut bertanya kepada Rosul tentang (1) Islam; (2) Iman; (3) Ihsan, dan (4) Hari kiamat.

 

Dari setiap pertanyaan tersebut Rosulullah bisa menjawab dengan fasih menjawabnya, mulai dari: Islam, Iman, dan Ihsan.

 

Islam adalah (1) bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, (2) mendirikan solat, (3) menunaikan zakat, (4) berpuasa di bulan Ramadhan, (5) menunaikan haji jika mampu.

 

Iman adalah (1) beriman kepada Allah, (2) malaikat-Nya, (3) Kitab-kitab-Nya, (4) Rosul-rosul-Nya, (5) hari kiamat, dan (6) takdir baik dan buruk.

 

Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak mampu melihat-Nya, maka Dia/Allah melihatmu.

 

Dari ke-3 pertanyaan yang disampaikan oleh laki-laki tersebut, Nabi Muhammad Saw bisa menjawabnya dengan lancar. Bahkan, laki-laki tersebut membenarkan jawaban Rosulullah dengan kalimat “Sodaqta” yang artinya Anda/Nabi Muhammad benar atas jawaban tersebut.

 

 

Namun, saat laki-laki tersebut bertanya tentang hari kiamat. Rasulullah mengatakan kepada lelaki tersebut dengan kalimat: mal mas uulu ‘anha bi ‘alama minas sail, yang artinya: yang ditanya lebih tahu dari pada yang bertanya. Artinya, laki-laki tersebut lebih tahu daripada Rasulullah.

 

Dari dialog di atas, menjadi penasaran, siapakah laki-laki tersebut? Singkat cerita ternyata laki-laki tersebut adalah Malaikat Jibril.

 

Ada beberapa dua poin yang harus kita pelajari dari hadis tersebut. Pertama, Malaikat bisa hadir di sekitar kita. Pastinya, tidak asal tempat. Malaikat itu ada. Ada kriterianya Malaikat bisa hadir disuatu tempat yaitu: tempat tersebut baik, tidak ada maksiat, dan tidak ada aurat yang terbuka dari orang yang hadir.

 

Majlis yang dihadiri oleh Rasulullah berisikan orang yang baik, diskusi baik, dan orangnya menjaga (lisan, hati, & perbuatan). Disitulah Malaikat pasti turun. Bagi kita, ciptakanlah lingkungan yang seperti itu agar Malaikat bisa turun. Misal ibadah nikah. Nikah adalah ibadah. Saat ibadah akad nikah, jagalah tempatnya agar Malaikat turun. Menjaga tempat dengan cara: mulai dari orang yang hadir agar menutup aurat, menjaga perkataan, dan situasi ibadah harus dijaga. Jangan sampai ada orang “kotor” sehingga Malaikat enggan untuk turun di tempat tersebut.

Pilihlah tempat nikah, misalnya Masjid/Musholla, dengan meminimalisir keadaan yang tidak baik seperti menutup aurat saat masuk ke Masjid (syukur berwudhu) dan menjaga perkataan di Masjid. Keadaan tersebut, maka Malaikat insyaallah akan turun. Sebaliknya, jika tempat akad nikah dikelilingi dengan (mohon maaf) orang yang hadir terbuka auratnya dan “kotor” ucapannya, ditambah lagi dengan suara yang tidak baik, maka setan yang akan turun. Sekali lagi, Malaikat turun di tempat yang baik, bukan di tempat yang “kotor”.

 

Kedua, Urusan Islam, Iman, dan Ihsan manusia lebih menguasai daripada Malaikat. Karena, Malaikat tidak memiliki nafsu, sehingga, derajat keislaman, keimanan, dan keihsanan itu, bisa jadi derajat lebih tinggi manusia. Sedangkan mengenai kapan hari akhir/kiamat, Malaikatlah yang lebih mengetahui dibanding manusia. Sekelas, Nabi Muhammad pun tidak mengetahui kapan kiamat akan tiba.

 

Ketiga, Manusia dan Malaikat bisa jadi sangat dekat, hanya saja ada beberapa kriteria agar kedua makhluk tersebut berkomunikasi. Nabi Muhammad–lah contoh terbaik dalam bersahabat dengan semua makhluk termasuk dengan Malaikat.  Bahkan saking dekatnya, Malaikat bertanya kepada Nabi Muhammad dengan kalimat akhbarnii.

 

 

Demikianlah khutbah singkat ini, semoga memberikan manfaat untuk kita semua dan kita bisa mengamalkan dalam kehidupan kita. Amin. []

 

Semarang, 14 Juli 2022

Ditulis di UPT Kearsipan UNNES jam 14.00 – 14.20 Wib.

 

• Monday, July 11th, 2022

 

Kajian Arbain Nawawi (18): Sekuat Apapun, Pasti Memiliki “Pantangan”/Haram

Oleh Agung Kuswantoro

 

“Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang diharamkan (hadist ke-6 dari kitab Arbain Nawawi).

 

Saya memahami hadist tersebut adalah segala sesuatu yang paling hebat/kuat, pasti memiliki pantangan atau hal yang dilarang. Adapun larangan terbaik adalah larangan Allah yang tertulis dalam al-Qur’an misal, miras, zina, berbohong, khianat, dan lainnya. [ ]

 

Kajian Arbain Nawawi (19): Daging Itu Hati

Oleh Agung Kuswantoro

 

Ada “daging” yang menentukan akan jasad dalam tubuh manusia. Apabila “daging” itu baik, maka jasad tersebut akan baik. Sebaliknya, apabila “daging” tersebut buruk, maka jasad tersebut akan buruk. Nah, apakah “daging” tersebut? Hati, jawabnya. Itulah inti dari penutup hadist kitab dari Arbain Nawawi nomor enam tersebut: “Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika ia baik maka baiklah tubuh ini dan jika ia buruk, maka buruklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa ia (segumpal darah itu) adalah hati.

 

Semarang, 1 Juli 2022

Ditulis di rumah jam 16.25 – 16.30 Wib.

 

 

• Wednesday, July 06th, 2022

Kajian Arbain Nawawi (16): Halal dan Haram Itu Jelas

Oleh Agung Kuswantoro

 

Halal dan haram itu jelas, hal ini sebagaimana hadist ke-6 yaitu “Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas”.

 

Lalu, muncul pertanyaan: seperti apakah halal dan haram? Beberapa sumber menjelaskan, bahwa halal adalah roti, buah-buahan, minyak, madu, minyak samin, susu, binatang yang boleh dimakan dagingnya, telurnya, dan makanan lainnya. Demikian juga, berjalan, memandang, berbicara, dan perbuatan lainnya yang jelas-jelas halal.

 

Sedangkan yang haram adalah babi, bangkai, air kencing, dan darah yang dialirkan. Demikian juga berzina, berbohong, menggunjing, memandang perempuan yang bukan mahrat, dan lainnya.

 

Karena sudah jelas mana yang halal dan haram, maka tugas kita adalah melaksanakan yang halal dan menjauhi yang haram. Semoga kita bisa, amin. []

 

Semarang, 1 Juli 2022

Ditulis di rumah jam 16.00 – 16.05 Wib.