• Sunday, May 10th, 2020

Sepotong “Pizza” Itu Bernama Tesis
Oleh Agung Kuswantoro

Judul diatas saya terinspirasi dari sebuah karya guru saya–dalam literasi yaitu Hernowo Almarhum—yang berjudul “Andaikan Buku Itu Sepotong Pizza:Rangsangan Baru untuk Melejitkan Word Smart”. Menulis tesis itu, harus jatuh cinta dulu terhadap apa yang akan ditulis. Yang ditulis harus sesuai dengan kemampuan dan bidang yang kita cintai.

Jangan sampai menulis tesis itu, tidak sesuai dengan bidang yang kita tekuni. Hasilnya apa? Jelas tidak selesai dalam penulisannya. Mengapa? “tidak seperti sepotong Pizza.” “Pizza” adalah hanya perumpamaan saja. Hampir dipastikan, bahwa orang itu, senang dengan Pizza. Namun, apakah semua orang yang makan Pizza itu bisa membuat Pizza? Jawabnya, jelas tidak. Tidak semua orang yang makan Pizza itu, bisa membuat Pizza.

Artinya, apa? Orang yang menulis tentang sesuatu tema tertentu adalah orang yang menekuni bidangnya. Orang yang berbicara Manajemen Pendidikan, adalah orang yang cinta dan mahir mengenai Manajemen Pendidikan. Minimal cinta dulu. Karena, setelah cinta pada bidangnya, maka ia akan berusaha untuk mencari referensi yang berkaitan dengannya. Alhasil, ia akan selalu berusaha untuk mendapatkan sebuah ilmu dan informasi mengenai kajian yang didalamnya.

Jadi, dalam menulis tesis, sejatinya adalah menulis kemampuan bidang yang ditekuni. Oleh karenanya, menulis dari bidang yang ditekuni adalah sesuatu yang mudah. Judul tesis adalah cerminan isi tesis. Dalam judul, tercermin ada rumusan masalah, teori, dan metode penelitian. Hal itu sangat terlihat sekali. Janganlah membuat judul yang bias. Misal, “Cara Membuat Sekolah Sihir di Indonesia”. Atau, “Model Guru Sekolah Herry Potter”.

Kedua judul diatas, sebenarnya menarik. Namun, dari sisi keilmuan itu, susah diteliti. Atau, susah dijangkau. Ingat meneliti itu adalah bersifat indrawi. Artinya, bisa dirasakan oleh inderawi manusia. Apalagi, tesis. Syarat berisi keilmuan. Ingat dalam penulisan tesis ada filosofi yang dibangun yaitu Ontologi, Aksilogi, dan Epistimologi.

Hemat, penulis adalah buatlah peta konsep atas bidang yang ada di Manajemen Pendidikan. Buatlah bagan yang pas sesuai dengan teori. Amati dan perhatikanlah, mana yang harus Anda ‘garap’. Anda harus jeli dalam memilih suatu tema. Bisa jadi, tema itu menarik. Namun, susah bagi Anda untuk menyelesaikannya. Mengapa? Karena, tema itu bukan kemampuan Anda. Atau, tema tersebut ternyata, bukan bidang Anda yang ‘geluti’.

Berdasarkan pengalaman penulis, saya pernah membuat tesis bertema rencana teaching factory. Tesis tersebut saya buat tahun 2012. Dimana, teaching factory, waktu itu sedang menarik sekali. Hampir dipastikan teori yang berkaitan dengannya itu susah. Pendekatan teori yang dekat adalah kewirausahaan.

Dari sisi Manajemen Pendidikan, kajian itu sangatlah luas. Saya mencoba membuat peta konsep untuk membedahnya dari sisi mana? Ketemulah, dari sisi Manajemen. Namun, ternyata kajian manajemen itu luas. Yaitu, ada perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Singkat cerita, saya tertarik pada satu komponen saja, yaitu perencanaan.

Kemudian, dalam memilih lokasi/objek yang diteliti, bukanlah hal yang mudah. Karena, belum tentu sekolah pada waktu itu –tahun 2012—sudah ada yang menerapkan teaching factory. Alhasil, saya menemukan SMK Negeri 6 Semarang, dimana sudah menerapkan teaching factory dengan ‘segudang’ prestasinya di Dalam Negeri dan di Luar Negeri. Bahkan, Kepala Sekolahnya—waktu itu bernama Pak Ishom—menjadi Kepala Sekolah berprestasi dari Jawa Tengah yang mewakili daerahnya menuju kompetensi Kepala Sekolah berprestasi tingkat Nasional dengan makalah yang disampaikan bertema teaching factory di sekolah yang dipimpinnya.

Dengan demikian, kajian yang saya dalami itu jelas. Dan, objeknya juga sangat nyata. Sehingga, penelitian saya adalah penelitian kualitatif. Ada keunikan di Sekolah tersebut. Saya selalu ke Sekolah yang beralamat di daerah Sidodadi tersebut, selama mengambil data. Dan, memastikan untuk mendapatkan informasi yang banyak. Maklum, instrumen dalam penelitian ini adalah saya. Saya sebagai key instrument.

Segala sesuatu yang terjadi dalam kegiatan sekolah yang berkaitan dengan perencanaan teaching factory, pasti saya cari. Tenaga kependidikan, guru kewirausahaan, guru ekonomi, siswa-siswi, dan kepala sekolah saya temui untuk mengambil data. Kemudian, catatan kejadian di lapangan, selalu saya rekam dengan membuat refleksi setiap harinya.

Keasyikan saya berlanjut pada penulisan tesis hingga pada artikel penelitian. Saya tidak merasa keberatan sedikit pun, saat penulisan tesis, waktu itu. Menikmati saja. Enjoy. Mengapa? Yang saya lakukan adalah bidang saya. Dari hal yang sederhana, lalu saya tulis.

Singkat cerita, dari apa yang saya lakukan, ternyata bisa menghasilkan sebuah tesis. Alhamdulillah pula, ada penerbit buku yang bersedia mencetak atas hasil karya saya tersebut. Jadilah, buku. Hingga saat ini, buku yang saya tulis itu menjadi rating pertama atau penilaian pertama dalam karya publikasi yang banyak disitasi oleh civitas akademik di Indonesia.

Ada 40 sitasi (per 8 Mei 2020) dari buku saya yang berjudul “Teaching Factory: Rencana dan Nilai Entrepreneurship” (2014). Buku tersebut adalah produk tesis yang saya modifikasi dengan bahasa populer. Menurunkan bahasa ‘langit’ menjadi bahasa ‘bumi’. Menyederhakan, bahasa akademik menjadi bahasa orang umum.

Itulah seluk-beluk dari tesis yang pernah saya tulis. Nah, bagaimana Anda sendiri dalam menulis tesis. Punya masalah dan kisah, apa? Yuk, kita diskusikan bersama, agar menjadi jelas dan konkret. Bisa jadi, yang Anda pikirkan, belum terurai dan terperinci, sehingga menjadi “kebuntuan” Anda dalam menulis tesis. Tetap semangat untuk belajar!

Semarang, 9 Mei 2020
Ditulis di Rumah, jam 23.30-00.10 WIB.
Catatan:Materi ini disampaikan dalam forum “Belajar Daring Bincang Tesis” yang diselenggarakan oleh Pusat Pelatihan Guru, Sabtu 9 Mei 2020 jam 08.00 – 09.00 WIB.

Category: Uncategorized
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
Leave a Reply