• Sunday, March 26th, 2023

Kajian Arbain Nawawi (54): Pertolongan dan Perlindungan Allah Swt

Oleh Agung Kuswantoro

“Dari Abu Abbas Abdullah bin Abbas r.a., dia berkata: “Suatu hari, aku di belakang Nabi saw., Beliau bersabda, “Wahai Ghulam, aku akan mengajarkanmu beberapa perkataan, (yaitu): jagalah Allah, maka niscaya engkau mendapatkan Dia bersamamu. Jika engkau meminta, memintalah kepada Allah. Jika engkau menghendaki pertolongan, memintalah pertolongan Allah. Ketahuilah, seandainya segolongan umat berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu dengan sesuatu, niscaya mereka tidak bisa memberikan manfaat, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu, dan seandainya mereka berkumpul untuk memudharatkanmu dengan sesuatu, niscaya mereka tidak akan mampu memudharatkanmu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah mengering tintanya”.

Pada riwayat selain at-Tirmidzi (disebutkan)” “Jagalah Allah, niscaya engkau akan menemukannya di hadapanmu. Kenalilah Allah dalam keadaan kesenangan, niscaya Dia akan mengenalimu ketika engkau sulit. Ketahuilah, segala kesalahanmu belum tentu akan menjadi musibah bagimu dan tidak pula musibah yang menimpamu disebabkan oleh kesalahanmu. Ketahuilah, pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan itu bersama kesempitan, dan bersama  kesulitan dan kemudahan”.

Hadist ke-19 dalam kitab Arbain Nawawi ini mengandung tujuh pesan penting yaitu:

Pertama, budaya saling menasihati dan memberi pelajaran yang baik, walaupun dengan anak kecil. Al-ghulam adalah anak kecil laki-laki. Nasihat boleh dilakukan dengan atau dengan tanpa diminta.

Kedua, perintah untuk menjaga Allah Swt yaitu: menjaga hak-hak agama-Nya kapan pun dan di mana pun, maka Allah Swt akan menjaga kita – baik diri sendiri, keluarga, maupun orang lain – serta Allah Swt akan bersama kita, kapan pun dan di mana pun.

Ketiga, perintah untuk meminta (berdoa) hanya kepada Allah Swt dan meminta pertolongan juga kepada-Nya, yaitu: meminta pada apa-apa yang menjadi hak Allah Swt semata untuk memberikannya seperti meminta: hidayah, rejeki, keselamatan hidup, dan lainnya.

Ada pun meminta pertolongan kepada makhluk dalam hal-hal yang manusiawi dan teknis, ini tidak apa-apa dan sama sekali tidak bertentangan dengan prinsip wa iyyaa kanasta ‘iin (dan hanya kepada-Mu, kami meminta pertolongan), seperti: meminta bantuan dokter untuk mengobati penyakit, meminta seseorang untuk mengambilkan sesuatu, meminta guru untuk mengajarkan suatu ilmu, atau meminta bantuan montir untuk mereparasi kendaraan.

Ini semua dibenarkan oleh syara, adat, dan akal manusia walaupun pada hakikatnya pertolongan hakiki hanyalah datangnya dari Allah Swt. Oleh karena itu, ketika selesai mendapatkan bantuan atau pertolongan, hendaklah tidak lupa mengucapkan Alhamdulillah sebagai bentuk pengakuan pertolongan dari-Nya, yang Allah SWT melakukannya melalui tangan-tangan hamba-Nya pula.

Bersambung.

Catatan: Materi pernah disampaikan dalam kajian usai solat subuh di Masjid Ulul Albab UNNES.

Sumber rujukan:

Hasan, F.N. 2020. Syarah Hadist Arba’in An-Nawawi. Depok: Gema Insani.

Hassan, Q. 1982. Ilmu Musthalah Hadist. Bandung: Penerbit Diponegoro.

Kitab Azwadul Musthofawiyah karangan KH Bisri Mustofa, Rembang.

Kitab Majalis Saniah, Karangan Syeikh Ahmad Bin Syeikh Al-Fasyaini.

Suparta, M. 2016. Ilmu Hadist. Depok: PT Rajagrafindo Persada.

Tohhan, M. 1977. Taisir Mustholah al-Hadist. Riyad: Universitas Madinah.

Semarang, 25 Maret 2023 ditulis di Rumah, jam 06.30-07.00 Wib.

Category: Uncategorized
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
Leave a Reply