Author Archive

• Saturday, October 22nd, 2022

Takwa

Oleh Agung Kuswantoro

 

Jika kami bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemadharatan kepadamu (Qs. Ali-Imron: 12)

 

Ada sebuah pertanyaan: mengapa wasiat/pesan khotib kepada jamaah itu (selalu) takwa? Mengapa: tidak wasiat/pesan solat, puasa, zakat, haji, atau melaksanakan akhlak baik/mulia?

 

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita pahami: apa itu takwa (ontologi), bagaimana/metode takwa (epistemologi), dan apa manfaat (aksiologi) takwa.

 

Secara umum takwa dimaknai menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah (Imtisalu amaminhi wajtinafu yawahihi). Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) takwa diartikan (1) terpeliharanya sifat diri untuk tetap melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya; (2) keinsafan yang diikuti oleh kepatuhan dengan perbuatan dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, dan (3) kesalehan hidup.

 

Shihab (2008) pengertian takwa dalam arti KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) tidak jauh beda dengan makna dari segi agama Islam. Takwa berasal dari kata waqo yaqi (dalam ilmu sorof termasuk bina’ lafif) artinya: menjaga atau melindungi dari bencana atau sesuatu yang menyakitkan. Ada juga yang mengatakan takwa berasal dari kata waqwa, kemudian huruf wawu pada awal diganti dengan huruf ta, sehingga menjadi takwa yang artinya penghalang.

 

Umar bin Khottob menjelaskan makna takwa kepada Ubay bin Ka’ab makna takwa dengan ilustrasi seperti berikut: “Pernahkah engkau berjalan di jalan penuh duri?”, kata Umar. Ubay menjawab: “Ya”. “Apa yang kamu lakukan?”, tanya Umar. “Aku sangat berhati-hati”, jawab Ubay. “Lalu Umar mengatakan: “Itulah, makna takwa.”

 

Cerita tersebut di atas menunjukkan takwa memiliki arti kehati-hatian. Kehati-hatian inilah dalam menjalankannya membutuhkan petunjuk/SOP/hukum. Adapun, SOP/hukum/petunjuknya berdasarkan al-Qur’an dan hadist.

 

Adapun ciri-ciri orang bertakwa adalah (1) percaya kepada yang ghaib, (2) melaksanakan solat dengan baik dan berkesinambungan,  (3) menafkahkan sebagian rizki yang telah diperoleh, (4) percaya pada al-Qur’an dan kitab sebelum al-Qur’an, (5) percaya akan kehadiran hari akhir (Qs. al-Baqarah: 2-4).

 

Ciri inilah, ada yang memaknai dengan cara menggapai ketakwaan. Ada juga yang mengatakan agar bisa bertakwa melalui puasa, sehingga puasa itu ditujukan kepada orang beriman (QS. al-Baqarah:183). Hal ini pula dikuatkan pada surat Ali Imron ayat 102, dimana sebutkan: Wahai orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya (haqqo tuqotih).

 

Dari beberapa ayat tersebut ada semacam syarat bahwa untuk menuju takwa, salah satu jalannya adalah beriman. Iman menjadi kunci utama agar orang bisa melakukan perjalanan takwa. Jika beriman, orang akan bisa melakukan puasa wajib, solat khusyuk, sedekah, dan mudah melakukan amal kebajikan. Memang tidaklah mudah, namun perlu dipraktikkan. Karena perintah takwa berlaku dalam berbagai dimensi (semua keadaan) Khaisu la yahtasib, baik dalam dimensi: waktu, tempat, maupun keadaan manusianya.

 

Takwa seorang dosen – sekaligus pejabat – dengan menolak tawaran uang agar seseorang dari orang tertentu agar bisa masuk dalam prodi yang bergengsi. Takwa seorang mahasiswa dengan jujur dalam mengerjakan mid semester. Takwa seorang yang bekerja/tendik/fungsional dengan berdoa saat memulai pekerjaan dan ikhlas dalam bekerja. Takwa seorang suami/bapak dengan mengingatkan dan mengajak anak dan istri untuk melakukan solat lima waktu. Takwa seorang anak kepada orang tua dengan cara berbakti. Takwa istri kepada suami dengan taat, dan contoh lainnya.

 

Dalam kitab syarah Arbain Nawawi dan Majalisus saniyyah; bahwa hasil/manfaat takwa ada bebebrapa manfaat/hasil takwa. Manfaat takwa yang pertama adalah pembeda (al-furqon). Orang yang bertakwa mampu membedakan antara hak dan batil, antara haram dan halal, ya ayyuhal ladzi na amanu in tattaqullaha yaj’al lakum furqonan (Qs. al-Anfal:2).

 

Kedua, dihapuskan keburukan dan diampuni dosa (takfirus sayyiat wal ghufron). (Qs. al-Anfal:29). Ketiga, diberikan pahala yang besar (ajrun ‘adzim).

 

Keempat, keberkahan dalam hidup (al-barokat) dalam Qs. al-A’rof:96). Kelima, jalan keluar (al-makhroj) dalam Qs. at-Tholaq:2. Keenam, diberikan rizki, wa yar yuqu min khaisu la yahtasib  (Qs at-Tholaq:3). Dan, ketujuh, kemudahan (al-yusro).

 

Astubul buruj berkaitan dengan hadist ini: ittaqillah haisuma kunta, dimana Abu Dzar telah masuk Islam di kota Mekkah. Nabi Muhammad saw berkata kepada Abu Dzar: “Temuilah kaummu, mudah-mudahan Allah memberi manfaat kepada mereka dengan perantaraanmu/ keberadaan Abi Dzar”.

 

Ketika Nabi Muhammad saw melihat keinginannya, bahwa ingin bersamanya dan Nabi Muhammad tidak mampu melakukan itu, maka Nabi Muhammad bersabda, Ittaqillaha haisuma kunta (takutlah kepada Allah dimanapun engkau berada).

 

Hadist ini mengajarkan kepada kita bahwa nasihat berisi takwa itu bersifat global/menyeluruh. Artinya nasihat ini diberikan kepada umat muslim, tidak hanya Abu Dzar saja, tetapi kepada semua orang Islam. Oleh karenanya, biasakan kita bernasihat takwa kepada sesama. Pastinya, orang yang mengajak bertakwa, dirinya telah memenuhi standar keimanan menuju ketakwaan.

 

Sebagai penutup ada beberapa simpulan bahwa:

 

  1. Takwa itu bermakna melakukanlah segala yang diperintahkan Allah semampunya; tinggalkan segala yang dilarang Allah tanpa banyak alasan. Memang berat, tapi perlu dilatih dengan ketekunan dan mengerahkan tenaga (bisa jadi material).

 

  1. Agar mudah menuju jalan ketakwaan, maka keimanan sebagai metode dasar yang harus dicapai. Adapun dengan caranya: (a) percaya kepada yang ghaib, (b) melaksanakan solat dengan baik dan berkesinambungan, (c) menafkahkan sebagian rizki yang telah diperoleh, (d) percaya pada al-Qur’an dan kitab sebelum al-Qur’an, (e) percaya akan kehadiran hari akhir.

 

  1. Hasil/manfaat takwa adalah (a) pembeda; (b) dihapuskan keburukan dan diampuni dosa; (c) diberikan pahala yang besar; (d) keberkahan dalam hidup; (e) jalan keluar; (f) rejeki, (g) dan kemudahan.

 

Semoga kita menjadi hamba yang bertakwa. Amin. []

 

Semarang, 13 Oktober 2022

Ditulis di Rumah jam 13.00 – 13.15 Wib dan 18. 15 – 18.30 Wib.

 

Daftar Pustaka

 

Al-Quranul karim.

 

Kitab Majalisus Saniyyah, asy-Syeh Ahmad bin Syeikh al-Fasyani

 

Kurianto, F. 2016. Jalan Takwa Meraih Bahagia. Jakarta: Elexmedia Komputindo

 

Hasan, N. F. 2020. Syarah hadist Arbain an-Nawawi. Jakarta: Gema Insani

 

Shihab, Q. 2018. M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Soal Keislaman. Tangerang: Lentera hati

 

Bisri, M. A. 2019. Saleh Ritual, Saleh Sosial. Yogyakarta: Divapress.

• Thursday, October 20th, 2022

Kajian Arbain Nawawi (42): Makna Perlafal Hadist Ke-15

Oleh Agung Kuswantoro

 

Maka hendaklah berkata baik”, merupakan perintah (amr) yang menunjukkan kewajiban karena huruf lam berfungsi didalamnya (yaitu pada kata falyaqul) Adapun fungsinya sebagai perintah dan himbauan (lam lil amr). Oleh karena itu, wajib bagi seorang Mukmin untuk berkata yang baik.

 

Jika tidak mampu berkata baik, wajib pula baginya diam. Hal ini sesuai kaidah al-ashlu fil amri lil wujud (hukum dasar dari perintah menunjukkan kewajiban). Syekh Isma’il al-Anshari dalam Hasan (2020) menjelaskan” “huruf lam di sini adalah lam berfungsi untuk perintah, boleh disukunkan dan dikasrahkan, karena posisinya setelah huruf fa.

 

Khairan (perkataan yang baik) banyak contohnya, seperti berkata jujur dan benar, berdzikir kepada Allah Swt, melakukan amar ma’ruf nahi munkar, dan menyampaikan ilmu yang  bermanfaat.

 

Sumber rujukan:

Kitab Azwadul Musthofawiyah karangan KH Bisri Mustofa, Rembang.

Kitab Majalis Saniah, Karangan Syeikh Ahmad Bin Syeikh Al-Fasyaini.

Hasan, F.N. 2020. Syarah Hadist Arba’in An-Nawawi. Depok: Gema Insani.

 

Semarang, 21 Oktober 2022

Ditulis di Rumah jam 04.00-04.10 Wib.

• Sunday, October 16th, 2022

Kajian Arbain Nawawi (41): Makna Perlafal Hadist Ke-15

Oleh Agung Kuswantoro

 

Barangsiapa yang beriman kepada Allah”, maksudnya adalah siapa saja yang beriman dengan keimanan yang benar dan sempurna kepada Allah. Syekh Isma’il bin Muhammad al-Anshari rahimahullah dalam Hasan (2020) berkata: “Yu’minu (mengimani) adalah iman yang sempurna, yang dapat menyelamatkan dari azab Allah, dan dapat menyampaikannya pada ridha-Nya. Billaahi (kepada Allah) adalah Dialah yang menciptakannya.”

 

“Dan hari akhir”, maksudnya adalah beriman pada hari kiamat dan semua kejadian setelahnya, seperti yaumul ba’ts (hari Dibangkitkan), yaumul mahsyar (hari Dikumpulkan di Padang Mahsyar), yaaumul mizan (hari Ditimbang amal), yaumul hisab  (hari Perhitungan Amal), dan yaumul jazza  (hari Pembalasan). Syekh Isma’il al-Anshari dalam Hasan (2020) berkata: “Hari Akhir  (maksudnya) adalah pada saat itulah amalnya akan diberikan balasan. Sementara itu, al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah meringkas sebagai berikut, “(Yaitu) barangsiapa beriman kepada Allah yang telah menciptakannya dan beriman bahwa dia akan  dibalas karena amalnya maka kerjakanlah perbuatan-perbuatan yang disebutkan.”

 

Bersambung.

 

Sumber rujukan:

Kitab Azwadul Musthofawiyah karangan KH Bisri Mustofa, Rembang.

Kitab Majalis Saniah, Karangan Syeikh Ahmad Bin Syeikh Al-Fasyaini.

Hasan, F.N. 2020. Syarah Hadist Arba’in An-Nawawi. Depok: Gema Insani.

 

Semarang, 17 Oktober 2022

Ditulis di Rumah jam 18.15-18.23 Wib.

• Sunday, October 16th, 2022

Madrasah di Rumah (10): Ujian Mid Semester

Oleh Agung Kuswantoro

 

Seperti Madrasah (baca: sekolah anak) pada umumnya pada bulan Maulid – biasanya – dilaksanakan ujian mid semester. Secara kalender akademik dilakukan evaluasi pembelajaran dengan semester melalui ulangan.

 

Saya – selaku guru/ustad membuat kisi-kisi dari kompetensi yang pernah saya sampaikan kepada anak saya (selaku santri). Adapun kisi-kisinya meliputi kompetensi:  akhlak, fiqih, al-Qur’an, tafsir, bahasa Arab, tauhid, mahfudhot, imla, tarikh, hadis, dan khod. Adapun soal dalam bentuk option/pilihan soal option ada dua puluh pertanyaan dan satu soal esai. Dari soal-soal tersebut, Mubin santri saya, tidak bisa menjawab 1 pertanyaan soal option dan untuk soal esai dapat menjawab dengan sangat baik.

 

Itulah cara saya dan keluarga dalam menguatkan ilmu (agama), meskipun Madrasah di rumah. Namun tetap ada ujian mid semester. Semoga kita tetap semangat untuk mendidik putra-putri kita di rumah. Amin.

 

Semarang, 9 Oktober 2022

Ditulis di Rumah jam 03.40 – 03.46 Wib.

 

 

 

 

 

 

 

 

• Saturday, October 15th, 2022

Berkolaborasi dengan Dosen UM

Oleh Agung Kuswantoro

Dalam mewujudkan Kampus Merdeka salah satunya adalah mengajar berkolaborasi dengan antar dosen dari perguruan tinggi yang lainnya. Adalah mata kuliah media pembelajaran administrasi perkantoran—yang saya ampu—saya berkolaborasi dengan Bapak Muhammad Arif.

 

Dalam referensi yang saya temukan bahwa Pak Arif – panggilan Muhammad Arif – adalah dosen yang mendalami manajemen. Sangat tampak sekali saat saya mengikuti mata kuliah yang beliau sampaikan dimana mendemonstrasikan berbagai “manajemen” media yang sudah dipersiapkan. Ia membuat medianya di hotel. Artinya, malam harinya ia membuat media untuk ditampilkan di kelas.

 

Mahasiswa pun senang dan aktif mengikuti perkuliahan. Saya mengucapkan terima kasih kepada Pak Arif atas kesempatan dan waktunya, sehingga saya dapat belajar mengenai pengelolaan media administrasi perkantoran. Saya juga menyampaikan terima kasih kepada pimpinan jurusan yang telah menerima mata kuliah yanga saya ampu untuk dijadikan bahan kolaborasi. Semoga pertemuan ini memberikan manfaat kepada kedua institusi yaitu UNNES dan UM. Amin. [ ]

 

Semarang,  9 Oktober 2022

Ditulis di Rumah jam 04. 25 – 04.30 Wib.

 

• Saturday, October 15th, 2022

Silaturahim dan Diskusi Perkantoran

Oleh Agung Kuswantoro

Adalah Administrasi Perkantoran yang menjadi semangat kami untuk berdiskusi di rumah Bapak Muhsin. Kami ke rumah beliau. Tidak hanya saya, tetapi keluarga pun saya ajak. Niatnya, memang silaturahim. Jadi keluarga perlu kami ajak untuk saling mengenal kepada para guru-guru saya.

 

Selain silaturahim, kami berdiskusi panjang lebar seputar ilmu administrasi perkantoran dan masa depan dari ilmu tersebut.

 

Dalam pertemuan tersebut, saya sangat senang karena bisa saling bertemu dengan guru-guru saya seperti Pak Muhsin, Bu Nanik, Pak Marimin, Bu Nina, dan guru-guru yang lain. Akrab dan intim, itu yang saya peroleh dari pertemuan tersebut.

 

Semoga apa yang didiskusikan menjadi bahan untuk bisa diselesaikan dengan baik dan menghasilkan suatu hasil yang sangat berguna bagi masyarakat dan bangsa. Amin. []

 

Semarang, 9 Oktober 2022

Ditulis di Rumah jam 04.00 – 04.05 Wib.

Silaturahim dan Diskusi Perkantoran

Oleh Agung Kuswantoro

 

Adalah Administrasi Perkantoran yang menjadi semangat kami untuk berdiskusi di rumah Bapak Muhsin. Kami ke rumah beliau. Tidak hanya saya, tetapi keluarga pun saya ajak. Niatnya, memang silaturahim. Jadi keluarga perlu kami ajak untuk saling mengenal kepada para guru-guru saya.

 

Selain silaturahim, kami berdiskusi panjang lebar seputar ilmu administrasi perkantoran dan masa depan dari ilmu tersebut.

 

Dalam pertemuan tersebut, saya sangat senang karena bisa saling bertemu dengan guru-guru saya seperti Pak Muhsin, Bu Nanik, Pak Marimin, Bu Nina, dan guru-guru yang lain. Akrab dan intim, itu yang saya peroleh dari pertemuan tersebut.

 

Semoga apa yang didiskusikan menjadi bahan untuk bisa diselesaikan dengan baik dan menghasilkan suatu hasil yang sangat berguna bagi masyarakat dan bangsa. Amin. []

 

Semarang, 9 Oktober 2022

Ditulis di Rumah jam 04.00 – 04.05 Wib.

Oleh Agung Kuswantoro

 

Adalah Administrasi Perkantoran yang menjadi semangat kami untuk berdiskusi di rumah Bapak Muhsin. Kami ke rumah beliau. Tidak hanya saya, tetapi keluarga pun saya ajak. Niatnya, memang silaturahim. Jadi keluarga perlu kami ajak untuk saling mengenal kepada para guru-guru saya.

 

Selain silaturahim, kami berdiskusi panjang lebar seputar ilmu administrasi perkantoran dan masa depan dari ilmu tersebut.

 

Dalam pertemuan tersebut, saya sangat senang karena bisa saling bertemu dengan guru-guru saya seperti Pak Muhsin, Bu Nanik, Pak Marimin, Bu Nina, dan guru-guru yang lain. Akrab dan intim, itu yang saya peroleh dari pertemuan tersebut.

 

Semoga apa yang didiskusikan menjadi bahan untuk bisa diselesaikan dengan baik dan menghasilkan suatu hasil yang sangat berguna bagi masyarakat dan bangsa. Amin. []

 

Semarang, 9 Oktober 2022

Ditulis di Rumah jam 04.00 – 04.05 Wib.

• Wednesday, October 12th, 2022

Belajar Bersama Agama

Oleh Agung Kuswantoro

 

Saya mengajak kepada mahasiswa untuk belajar agama Islam. Pastinya, bagi mahasiswa yang beragama Islam. Saya ingin melanjutkan perjuangan saya setelah Madrasah (anak) dan kajian mahasiswa mengaji.

 

Memang konsepnya belajar dan mencari ilmu, bukan hal yang mudah. Namanya saja, mencari. Bukan menemukan. Kalau menemukan, pasti hasilnya berupa temuan. Tapi, kalau mencari, hasilnya belum tentu ada. Bisa jadi, malah tidak ada. Nah itulah, belajar.

 

Dengan niat lillahita’ala, saya mencoba untuk “bangkit” lagi untuk belajar dengan mahasiswa. Mohon dukungan dan doanya agar berjalan lancar. Amin. []

 

Semarang, 9 Oktober 2022

Ditulis di Rumah jam 04. 35 – 04.40 Wib.

• Monday, October 10th, 2022

Kebocoran Data dari Sisi Kearsipan

Oleh Agung Kuswantoro

 

Adanya kebocoran data menjadi perhatian kita untuk lebih berhati-hati dalam menyimpan data (baca: arsip). Lalu, bagaimana sebenarnya kebocoran data ini, dilihat dari kearsipan?

 

Arsip yang ada dalam seseorang adalah tanggung jawab orang yang bersangkutan. Artinya, dia memiliki kewajiban untuk menjaga dan merawat fisik dan isi arsip tersebut. Sedangkan, jika arsip sudah diserahkan/diberikan kepada lembaga/organisasi, maka lembaga/organisasi tersebut memiliki kewajiban untuk menjaga dan merawatnya.

 

Bagaimana jika orang lain mengetahui akan informasi arsip? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, perlu pahami sistem klasifikasi keamanan dan akses arsip dinamis. Ada tingkat akses ke publik suatu arsip dibagi menjadi tiga yaitu terbuka, terbatas, dan tertutup. Pada prinsipnya, arsip yang disimpan oleh lembaga/organisasi dibagi menjadi dua kategori yaitu substantif dan fasilitatif.

 

Siapakah yang dapat mengakses suatu arsip? Jawabannya sangat tegas: ada lima pengguna hak akses arsip (dinamis) yaitu penentu kebijakan, pelaksana kebijakan, pengurus internal/eksternal, publik, dan penegak hukum.

 

Itu maknanya, ada arsip yang bersifat tertutup dan terbatas bagi penggunanya. Misal, arsip kepegawaian. Dalam rangka melaksanakan fungsi pembinaan pegawai, unit kepegawaian/subbag kepegawaian melaksanakan kegiatan penyusunan personal file, seperti disiplin pegawai dan DP3. Arsip yang tercipta dari kegiatan ini, dapat dipertimbangkan sebagai arsip rahasia karena memiliki nilai bagi individu yang bersangkutan dan dapat menimbulkan kerugian yang serius terhadap masalah privacy.

 

Contoh lagi, arsip keuangan. Dalam rangka melaksanakan salah satu fungsi yaitu pengelolaan  perbendaharaan, seperti melakukan kegiatan administrasi pembayaran gaji. Arsip yang dihasilkan diantaranya adalah daftar gaji, potongan gaji, dan dokumen lainnya yang dapat dikategorikan arsip rahasia, karena mempunyai nilai bagi individu pegawai dan dapat menimbulkan masalah/kerugian terhadap masalah privacy.

 

Sebaliknya, ada pula arsip yang bersifat terbuka, seperti dokumen akademik, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan dokumen lainnya. Tepat saat ini, banyak alumni sebuah lembaga pendidikan bertanya dan meminta akreditas prodi/institusi. Mereka (alumni) dapat meminta kepada unit yang bersangkutan (BAKK/prodi).

 

Dari penjelasan di atas, ada arsip yang dapat diakses ke publik dan tidak dapat diakses ke publik. Yang dapat diakses ke publik harus sesuai kaidah sistem klasifikasi keamanan dan akses arsip. Jika orang yang mengambil informasi arsip, dimana informasi arsip bersifat tertutup, maka dapat dituntut secara hukum karena menjadi tanggung jawab lembaga/organisasi yang mengelola kearsipannya.

 

Jadi sebenarnya ada informasi arsip yang bersifat terbuka dan tertutup. Jika orang ingin mengetahui informasi dari sebuah arsip maka bisa melakukan pinjam arsip. Itupun, lembaga/organisasi harus memperhatikan sifat akses arsip tersebut (apakah terbuka atau tertutup). Jika tertutup, maka tidak boleh dipinjamkan arsip tersebut.

 

Disinilah, letak kebocoran data, dimana mengambil informasi suatu arsip lembaga/organisasi yang tanpa izin dari lembaga tersebut. Simpelnya, bahwa yang mengambil informasi arsip adalah pencuri. Seharusnya izin terlebih dahulu dengan pinjam arsip. Ingat dimana pengguna akses pun ada tahapan/tingkatannya. Bagi yang mengambil data/informasi arsip, bisa dikenakan sanksi hukum karena telah melanggar aturan hukum sebuah arsip/informasi. []

 

Agung Kuswantoro, Kepala UPT Kearsipan dan dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang

 

Semarang, 20 September 2022

Ditulis di UPT Kearsipan UNNES jam 10.30 – 10.55 WIB

 

 

• Saturday, October 01st, 2022

Kajian Arbain Nawawi (40): Memuliakan Tetangga dan Tamu

Oleh Agung Kuswantoro

 

Lanjutan hadist ke-15 dari Kitab Arbain Nawawi mengenai empat akhlak penting. Kemarin sampai (nomor) kedua. Sekarang, (nomor) ketiga, memuliakan tetangga merupakan parameter keimanan kepada Allah SWT dan hari Akhir. Hadist Rasulullah saw. menyebutkan bahwa ketidakpedulian terhadap tetangganya yang kesulitan merupakan tanda taatnya iman. Dari Anas bin Malik r.a., Rasulullah saw, bersabda:

“Tidaklah beriman kepadaku, orang yang tidur dalam keadaan kenyang dan tetangga disampingnya kelaparan, padahal dia tahu.

 

Keempat, memuliakan tamu juga merupakan parameter kualitas iman seseorang. Dengan kata lain, bagusnya iman seseorang bisa terlihat dari perilaku dan pelayanan seseorang terhadap tamunya. Al-Qadhi Iyadh rahimahullah berkata, “Makna hadist bahwa siapa saja yang berkomitmen terhadap syari’at Islam maka wajib baginya memuliakan tetangga dan tamunya serta berbuat baik kepada keduanya.”

 

 

Bersambung.

Semarang, 1 Oktober 2022

Ditulis di Rumah jam 18.15-18.23 Wib.

 

• Saturday, October 01st, 2022

Kajian Arbain Nawawi (39): Berkata Baik Atau Diam?

Oleh Agung Kuswantoro

 

Hadist ke-15 dari kitab Arbain Nawawi menyebutkan “Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir maka hendaklah berkata yang baik atau diam. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir maka muliakanlah tetangganya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir maka muliakanlah tamunya”.

 

 

Hadist tersebut mengandung empat akhlak penting. Yaitu, pertama, kualitas iman seseorang terhadap Allah SWT dan hari Akhir ditentukan oleh sikapnya terhadap dirinya – yaitu berkata baik atau diam – dengan manusia lain khususnya sesama Muslim.

 

Kedua, berkata yang baik lebih utama dibandingkan diam. Namun, jika tidak bisa berkata baik, diam lebih utama. Ini yang berbeda dengan pemahaman budaya “orang barat” yang menyebutkan silent is gold (diam itu emas). Imam al-Nawawi rahimahullah berkata: “Kami telah meriwayatkan dari Ustadz Abu al-Qasim al-Qusyairi rahimahullah, dia berkata, “Diam membawa keselamatan dan itulah hal yang menjadi dasar.

 

Menurut Kiai Hasan (2020) mengatakan: diam pada waktunya adalah sifat kesatria laki-laki sebagaimana berbicara pada tempatnya merupakan di antara perangai paling mulia.” Dia (al-Qusyairi) berkata, “Aku mendengar Abu Ali ad-Daqaq berkata, “Barangsiapa yang diam dari kebenaran maka dia adalah setan bisu.”

 

Bersambung.

Semarang, 1 Oktober 2022

Ditulis di Rumah jam 18.00-18.12 Wib.