Author Archive

• Friday, August 12th, 2022

Kajian Arbain Nawawi (32): Berbuat Baik Kepada yang Bukan Ahlinya

Oleh Agung Kuswantoro

 

Sebagai penutup majelis ini (kajian hadis ke-12) dalam kitab Majalisus Saniyah ada sebuah cerita menarik terkait berbuat kebajikan. Disebutkan bahwa perbuatan kebajikan itu, tidak akan sia-sia sekalipun diberikan kepada orang yang bukan ahlinya.

 

Alkisah ada seorang laki-laki yang salih bernama Ibnu Hamir. Siang ia/Ibnu Hamir berpuasa dan malam beribadah. Pada suatu hari, ia pergi ke hutan. Tiba-tiba ada seekor ular datang medekatinya seraya berkata: “Tolonglah aku, semoga Allah menolong tuan pula”.

 

.”Ibnu Hamir  lalu bertanya kepada ular itu: “Menolongmu dari siapa?” Ular itu menjawab: “Dari musuh yang telah menganiayaku”

 

“Mana musuhmu itu?”

“Ada di belakangku:

“Engkau umat siapa?”

“Saya dari umat Muhammad SAW”

 

Ibnu Hamir berkata: “Lalu saya bentangkan sorbanku dan saya suruh ular itu bersembunyi didalam sorban. Ular itu menolak dengan alasan musuhnya masih dapat melihatnya. Lantas saya berkata kepadanya, “Apa yang bisa saya lakukan buat menolongmu?”

 

“Ular itu menjawab: “Jika tuan benar-benar mau berbuat kebajikan, maka bukalah mulut tuan supaya saya bisa bersembunyi di dalamya.”

‘Saya takut engkau nanti membunuhku.”

“Tidak, demi Allah, saya tidak akan membunuh tuan. Allah menjadi saksinya, juga para malaikat, nabi-nabi, rasul-rasul dan pemanggul Arsy, semuanya menjadi saksi kalau saya sampai membunuh tuan.”

 

Ibnu Hamir pun berkata: “Maka saya pun membuka mulut saya, lalu ular itu masuk kedalamnya. Kemudian saya melanjutkan perjalanan. Di tengah jalan, saya berjumpa dengan seorang lelaki yang memegang sebatang tombak kecil. Orang itu berkata: “Apakah tuan melihat musuhku?” “Seekor ular.” Saya jawab: ‘Tidak”. Kemudian saya membaca istighfar seratus kali atas perkataan saya mengatakan tidak itu, padahal sebenarnya saya tahu di mana ular itu berada.

 

Setelah orang itu pergi, ular itu mengeluarkan kepalanya sambil berkata: “Lihat, apakah orang itu benar-benar telah pergi!” Saya lalu menengok ke kiri dan kanan, ternyata memang sudah tidak tampak lagi bayangan orang itu. Lalu saya berkata kepada ular tersebut: “Sekarang kau boleh keluar, karena saya tidak melihat lagi seorang pun di sini.”

 

Ular itu berkata, “Tuan, sekarang pilihlah, tuan mau mati dengan cara bagaimana, saya hancurkan jantung tuan atau saya lubangi hati tuan.”

 

Subhanallah, mana janji yang telah engkau ucapkan tadi. Cepat sekali engkau telah melupakan sumpahmu sendiri!” kata saya dengan perasaan terkejut.

 

Ular itu menjawab: “Mengapa tuan melupakan permusuhan antara saya dengan Nabi Adam yang telah saya keluarkan dari salam surga. Salah tuan sendiri mengapa tuan berbuat kebajikan kepada yang bukan ahlinya.”

 

“Apakah engkau benar-benar akan membunuhku?”

“Pasti, “ jawab ular itu.

“Kalau begitu, beri aku tempo sebentar supaya saya bisa mencari tempat yang baik buat saya.”

“Terserah tuan.”

 

Maka saya pun berjalan tanpa tau harus kemana, tipis sudah harapan untuk hidup. Akhirnya saya menengadahkan tangan ke langit seraya berdoa: Ya lathiif yaa lathiif ulthuf bii biluthfikal khofiyyi, yaa lathiif, bil qudratil-latii istawaita bihaa ‘alal ‘arsy, falam ya’lamil ‘arsyu aina mustaqarraka minhu, illaa maa kafaitanii haadzihil hayyata.”

 

Kemudian saya berjalan. Di tengah jalan, saya berjumpa dengan seorang laki-laki yang tampan wajahnya, harum badannya, dan bersih pakaiannya. Orang itu memberi salam kepada saya, “Assalamu alaika. “ Saya jawab, “Wa ‘alaikum salam, hai saudaraku.”

 

Kemudian orang itu bertanya kepada saya: “mengapa saya lihat wajah Anda berubah?’ Saya jawab: “Karena ulah musuh yang telah menzalimi saya.”

 

“Dimana  musuh Anda itu?”

“Di dalam perut saya,” jawab saya

“Coba Anda buka mulut Anda,” katanya.

 

Maka saya buka mulut saya, lalu orang itu meletakkan sehelai daun didalam mulut saya, mirip dengan daun zaitun berwarna hijau. Kemudian ia berkata, “Kunyahlah lalu telanlah. “Saya pun lalu mengunyah dan menelannya. Baru saja saya menelannya, tiba-tiba perut saya terasa mulas. Kemudian saya keluarkan ular itu salam keadaan sudah mati terpotong-potong. Saya bertanya kepada orang itu, “Anda sebenarnya siapa?” Orang itu tertawa lalu menjawab: “Anda tidak kenal sama saya?” saya jawab: “Tidak.”

 

Orang itu menjelaskan: “ketika terjadi peristiwa antara Anda dengan ular tadi, lalu Anda berdoa dengan doa itu, maka para malaikat di tujuh petala langit menjadi gempar. Mereka mengadukan hal itu ke Allah. Allah menjawab: “Aku tahu apa yang telah dilakukan oleh ular itu kepada hamba-Ku tersebut. “ Kemudian Allah memerintahkan kepadaku datang menolongmu.

 

Aku adalah malaikat yang bernama Alma’ruf, tempatku di langit keempat. Allah berfirman kepadaku, “Pergilah ke dalam surga dan ambillah daun yang berwarna hijau, Kemudian tolonglah hamba-Ku Muhammad bin Hamir.” Wahai Muhammad bin Hamir, berbuatlah kebajikan, karena ia dapat menjaga dari mati buruk. Kebajikan itu tidak akan sia-sia di sisi Allah sekalipun ia disia-siakan oleh orang yang diberi kebajikan itu. Selesai. Wa allahu ‘alam. [].

 

Semarang, 12 Agustus 2022

Ditulis di Rumah jam 15.00-15.30 Wib.

• Friday, August 12th, 2022

Pindah (1): Pikiran

Oleh Agung Kuswantoro

 

Pikiran mempengaruhi tindakan/perbuatan. Kurang lebih, itulah pepatah yang harus kita pahami bersama.

 

Sekarang, UNNES lagi “gencar-gencarnya” peningkatan sumber daya, khususnya SDM/Sumber Daya Manusia. SDM UNNES meliputi dosen, tendik, fungsional, clining service, satpam dan tenaga lainnya.

 

Saya merasakan sendiri dampak itu. Di Fakultas dan jurusan, beberapa dosen sudah “dioyak-oyak” oleh Fakultas untuk naik pangkat, khususnya ke Lektor Kepala. Itu untuk dosen.

 

Lalu, bagaimana untuk tendik/fungsional? Menurut saya, sama saja. Pimpinan universitas juga “mengejar” tendik untuk “naik level”. Hal ini terlihat, saat ada tes kasubbag/kabag. Pesertanya, sangat banyak. Bahkan, Ka BUHK mendorong bagi yang memenuhi syarat untuk dapat mengikuti tes tersebut.

 

Kejadian tersebut –seingat saya – bulan November 2018. Saya amati, ada diantara mereka yang bersemangat untuk belajar. Mereka membawa buku “Kepemimpinan Bertumbuh” karya Prof. Dr. Fathur Rohman, M.Hum/Rektor Unnes. Mereka membaca saat sedang waktu istirahat. Ada pula, saat ada kesempatan di sela-sela mereka bekerja. Itu hanya gambaran kecil saja, aktivitas mereka untuk dapat “berpindah”. Pindah dari pegawai menjadi pimpinan.

 

Pindah menurut KBB Kemendikbud.go.id bermakna beralih atau bertukar tempat. Artinya, untuk beralih/bertukar tempat dibutuhkan pengorbanan, usaha, perjuangan, dan modal (mental/psikis). Kegiatan inilah yang kita sebut tindakan/perbuatan. Justru, pertanyaannya adalah siapa yang akan “pindah”? Jawabnya adalah orang yang mau berpikir.

 

Berpikir menjadi kunci bagi mereka yang ingin pindah. Berpikir artinya berangan-angan atau berakal budi (KBBI). Jadi, ternyata orang yang berpindah itu memiliki akal budi dan angan-angan. Ada orang yang tidak berakal budi dan tidak (mau) berangan-angan. Berarti, mereka  adalah orang yang tidak (mau) berpindah.

 

Ternyata, orang yang berpindah membutuhkan sesuatu. Mereka membutuhkan pengorbanan, kegiatan, mental, dan fisik. Aktivitas inilah, yang kita sebut tindakan/perbuatan. Dengan adanya tindakan, baru bisa berpindah. Siapa yang mau berpindah? Yaitu orang yang mau berpikir. Apa ciri orang yang berpikir? Ia memiliki angan-angan dan akal budi.

 

Rumusnya:

Pindah = berpikir + bertindak

Berpikir = Berangan angan = berakal sehat

 

Itu saja, sementara itu dulu. Besuk kita lanjut lagi belajarnya.

 

Semarang, 7 Januari 2018

 

 

Pindah (2): Suparjo Ke Lampung

Oleh Agung Kuswantoro

 

Pembicaraan kita kemarin mengenai “pindah”, berasal dari pikiran. Jadi, kalau mau berubah (baca:pindah) berawal dari pikiran dulu. Bukan, berawal pada tindakan. Jika berawal dari tindakan, maka yang ada hanya perintah atau menyuruh. Pendewasaan itulah awal dari “pindah”. Karena, ia sudah merenungkan akan kehidupannya.

 

Saya memiliki sahabat, yang kemarin baru keterima PNS. Ia bernama Suparjo. Ia melakukan “pindah” setelah berpikir dalam kehidupannya. Ia mau apa? Usianya masih muda. Alhamdulillah sudah menikah. Istrinya, orang Semarang, sedangkan ia berasal dari Lampung.

 

Ia sudah melakukan perpindahan, mulai dari kuliah di UNNES, hingga menikah. Saat “pindah”, pastinya ia kesusahan. Menikah saja, istrinya malahan berada di Wonogiri. Sedangkan, ia berada di Semarang. Sehingga, walaupun sudah menikah, kehidupannya terpisah.

 

Lalu, keduanya memutuskan untuk bersatu dalam kehidupannya. Istrinya memutuskan ke Semarang. Ia akan mencari pekerjaan di Semarang. Ia memilih menemani suami di Semarang, dibanding di Wonogiri. Segala persiapan perpindahan pun, dilakukan. Ada pindah barang dari kontrakan Wonogiri ke Semarang. Suparjo juga memindahkan barang-barangnya ke kontrakan baru di Semarang.

 

Semua serba ngontrak. Karena, mereka ingin hidup mandiri. Susah, pastinya mereka jalani. Saya melihat betul, saat mereka boyongan. Cukup modal motor metik mereka bolak-balik ambil barang. Terakhir, mereka pindah ke Lampung. Suparjo keterima PNS di Lampung. Ia “pindah” sendiri ke Lampung untuk pemberkasan PNS. Kalau pindah fisik dan barangnya, ia menggunakan motor metik. Pergi dari Semarang ke Lampung memakai motor metik dengan penuh bawaannya.

 

Rekoso? Ya, jelaslah. Barangnya full semotor. Belum, lagi kalau mau ngisi pertamax/pertalite, ia harus bongkar pasang. “Saya menanyakan kabar dia, sudah sampai ke Lampung?” Ia menjawabnya, “sudah”. Kemudian, menceritakan bahwa ia sempat bongkar pasang barangnya hingga tiga kali. Perjuangan sekali ya. Padahal, ia keterima PNS. Proses pindahnya sebegitunya.

 

Maknanya, “pindah” itu bukan hanya fisiknya, tetapi pikiran dan semangatnya. Fisik dan pikiran sehat, belum tentu ia mau “pindah”. Karena, “pindah” membutuhkan semangat yang kuat. Dalam proses “pindah”, pasti ada kesusahan. Ia akan menjalani kesusahannya. Sabar, kuncinya. Dan, tetap berdoa kepada Allah.

 

Jadi, “pindah” itu bukanlah hal mudah. Namun, jika tidak “pindah”, maka hidupnya ajeg/tetap. Hanya di situ saja. Tidak ada perubahan. Sama halnya, UPT Kearsipan UNNES dibutuhkan “pindah”. Minimal, “pindah” pikiran saja dulu. Fisiknya nanti. Sehingga, dibutuhkan orang yang mau berpikir dalam (sebelum) bertindak. Insya Allah, jika kita “pindah”, kita akan menjadi lebih baik.

 

Bersambung

 

Semarang, 14 Januari 2019

 

 

 

 

Pindah (3): “Penumpang” Yang Baik

Oleh Agung Kuswantoro

 

Pernahkah Anda naik pesawat? Jika sudah pernah, mari kita perhatikan saat dalam pesawat. Ketika Anda dalam pesawat, duduk, kemudian ada pramugari/pramugara yang mengantarkan/menunjukkan tempat duduknya. Mencarikan nomor kursi. Lalu, ada petunjuk bahwa pesawat akan terbang. Kita diperintahkan untuk memakai sabuk pengaman. Saat di udara, jika cuaca tidak bersahabat, kita dianjurkan untuk tetap mengenakan sabuk pengaman. Dan, prosedur lainnya saat di pesawat.

 

Menurut saya, jika Anda melakukan itu semua, maka Andalah penumpang yang baik. Sama halnya, dalam organisasi/lembaga/unit kerja. Jadilah “penumpang” yang baik. Mengikuti prosedur yang ada dalam unit tersebut.

 

Pesawat ibarat organisasi/unit. “Awak” dan “penumpang” pesawat ibarat pimpinan dan staf. Awak pesawat ibarat pimpinan di organisasi/unit. Sedangkan penumpang ibarat staf di organisasi/unit.

 

Pimpinan dan staf selalu mengikuti prosedur yang ada. “Pendewasaan” penumpang sangat dituntut dalam berperilaku, bagi yang sudah naik pesawat. Prosedur seperti itu sudah terbiasa. Tanpa ada anjuran pun, ia sudah melakukan.

 

Sama halnya, staf/pegawai. Dalam organisasi/unit bahwa bekerja sesuai dengan prosedur. Atau, apa yang seharusnya dilakukan dengan sendirinya, ia berjalan/melakukan. Ia bekerja, tanpa harus menunggu perintah dari “awak” (baca: pimpinan). Ia/penumpang/staf sudah tahu mana yang harus dilakukan, dan mana yang tidak harus dilakukan.

 

Harapannya, mereka “selamat” hingga kota tujuan. Harapannya, mereka (staf dan pimpinan) tujuan organisasinya tercapai. Oleh karenanya, dalam organisasi minimal menjadi ”penumpang” yang baik. Bayangkan, jika “penumpangnya” tidak baik, maka perintah/suara peringatan dalam pesawat selalu bunyi. Bahkan, pramugari/awak pesawat mendatangi penumpang yang tidak baik tersebut. Mari, kita menjadi “penumpang” yang baik, agar tujuan organisasi/unit mudah tercapai.

 

Semarang, 4 Februari 2019

 

 

 

• Monday, August 08th, 2022

Kajian Arbain Nawawi (31): Mengutamakan Orang Lain

Oleh Agung Kuswantoro

 

Dalam kitab Majalisus Saniyah terkait hadis ke-12 ada sebuah hikayat yang berkaitan dengan sifat mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri. Sifat yang sangat mulia, sehingga Allah SWT memujinya dalam al-Qur’an: “Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Qs. al-Hasyr: 9)

Ulama berkata: “Sifat mengutamakan orang lain itu ada beberapa macam, ada yang lebih mengutamakan orang lain dalam masalah makanan, ada yang dalam masalah minuman, jiwa dan hidup.”

 

Adapun contoh dalam masalah makanan, telah diriwayatkan bahwa salah seorang sahabat Nabi SAW beri hadiah daging panggang, lalu ia berkata: “Saudaraku si fulan dan keluarganya lebih membutuhkan ini daripada kita.” Kemudian daging panggang itu dikirimkan ke rumah saudara yang dimaksudkan itu. Orang itu mengirimkannya kembali kepada saudaranya yang lain yang dianggapnya lebih membutuhkan dari dirinya, begitu seterusnya sampai beredar di tujuh rumah, dan akhirnya daging panggang itu kembali ke tempat orang yang pertama-tama menerima hadiah tersebut. Maka diturunkan  firman Allah seperit yang telah disebutkan di atas.

 

Semarang, 8 Agustus 2022

Ditulis di Rumah, jam 21.00-21.30 Wib.

 

• Friday, August 05th, 2022

 

Madrasah Di Rumah (6): Kentut
Oleh Agung Kuswantoro

Madrasah kali ini belajar tentang kentut. Materi ini berkaitan dengan fikih. Langsung saja ke materi. Kentut adalah gas berbau busuk (gas busuk) yang keluar dari anus (KBBI). Hukum kentut saat solat adalah batal, kerena keluar sesuatu dari lubang belakang walaupun berwujud gas. Gas itu tidak terlihat oleh mata. Hukum menahan kentut saat solat adalah makruh (Fathul Mu’in bab solat) karena mengganggu kekhusu’an solat.

Imam kentut saat solat yang harus dilakukan adalah Makmum mempunyai dua langkah pilihan. Pertama, makmum dapat meneruskan shalatnya dengan niat mufaraqah/berpisah dari imam. Artinya makmum meneruskan sholatnya secara sendirian (munfaridan) terpisah dari imam yang telah batal shalatnya. Kedua,makmum menyempurnakan shalat sampai selesai secara berjamaah. Kalau mengambil alternatif terakhir kedua yang dipilih, maka harus ada istikhlaf. Itulah yang diterangkan dalam Bughyatul Mustarsyidin halaman 85. Istikhlaf mempunyai dua kemungkinan: imam menunjuk pengganti atau para makmum menunjuk pengganti. Mari kita lihat video ini: https://www.youtube.com/watch?v=s6yNfjgD8_E

Demikian madrasah sore ini. Semoga bermanfaat untuk kita. Amin.

Semarang, 5 Agustus 2022
Ditulis di Rumah jam 20.00-20.15 Wib.

• Tuesday, August 02nd, 2022

Kajian Arbain Nawawi (30): Mengutamakan Kebaikan

Oleh Agung Kuswantoro

 

Terkait hadis ke-12, dalam kitab Majalisus Saniah berkaitan dengan ayat al-Quran: “Berpegangteguhlah kamu semua pada tali (agama) Allah dan janganlah bercerai-berai”. Tidak diragukan lagi bahwa jiwa yang mulia itu suka akan kebaikan dan menjauhi gangguan. Jika hal itu dilakukan maka akan terciptalah keharmonisan dan tertiblah keadaan.

 

Adapun makna per lafal dari hadis tersebut adalah:

 

Laa yu’minu ahadukum yaitu iman yang sempurna

Hatta yuhibbu li akhiihi yaitu, saudara seiman tanpa mengkhususkan antara yang satu dengan yang lain. Hal ini didasarkan pada firman Allah, yang artinya: Sesungguhnya kaum mukminin itu bersaudara. Dan lagi pula kata mufrad yang di-mudhaf-kan itu menjadi umum.

 

Maa yuhibbu linafsihi yaitu, apa yang ia sukai buat dirinya. Yang dimaksudkan di sini adalah hal-hal yang baik dan berguna, karena orang yang tidak suka buat dirinya selain dari yang baik-baik. Dalam riwayat Annasaa-i disebutkan, hatta yuhibba li akhiihi minal khairi maa yuhibbu linafsihi (sehingga ia menyukai kebaikan buat saudaranya seperti yang ia sukai buat dirinya sendiri). Dan dalam riwayat Muslim disebutkan: walladzii nafsii biyadihi, laa yu’minu ahadukum hattan yuhibba li akhiihi au qaala lijaarihi maa yuhibbu linafsihi (Demi Zat yang nyawaku berada dalam kekuasaan-Nya, tidak sempurna iman seseorang di antara kamu kecuali jika ia menyukai buat saudaranya, atau sabdanya buat tetangganya, seperti apa yang ia sukai buat dirinya sendiri).

 

Kebaikan adalah isim jamak, yang mencakup semua perbuatan taat dan yang mubah, baik yang berkaitan dengan urusan dunia maupun akhirat. Waallahu ‘alam.

 

Semarang, 2 Agustus 2022

Ditulis di Rumah jam 20.00-20.30 Wib.

• Sunday, July 31st, 2022

Kajian Arbain Nawawi (29): Melakukan Sesuatu yang Bermanfaat

Oleh Agung Kuswantoro

 

Dalam kitab Majalis Saniyah terkait hadis ke-12 disebutkan bahwa sebaiknya manusia menyibukkan dirinya hanya dengan hal-hal yang berguna seperti membaca al-Qur’an, istighfar, berzikir dan perbuatan baik lainnya. Karena setan senang apabila seseorang menyia-nyiakan umur tanpa faedah/perbuatan yang bermanfaat, sebab setan mengetahui bahwa umur itu merupakan “permata yang berharga” setiap nafas dari seseorang yang tak ternilai harganya. Sebaliknya, jika manusia menggunakan umurnya untuk berbuat taat maka ia akan selamat dan beruntung.

 

Telah diriwayatkan bahwa: setiap satu tasbih itu sama dengan sedekah; orang yang membaca surah al-Ikhlas sepuluh kali akan dibangunkan baginya “istana” di Surga; dan orang yang membaca subhanallahi wal hamdulillahi dan seterusnya, maka akan ditanamkan pepohonan baginya didalam surga.

 

Dalam hadis Ibnu Umar disebutkan, Jangan banyak bicara dan selain dari zikrullah, supaya hatimu tidak menjadi keras. Sebab hati yang paling jauh dari Allah adalah hati yang keras. Wallahu ‘alam.

 

Semarang, 31 Juli 2022

Ditulis di Rumah jam 06.00-06.20 Wib.

• Sunday, July 31st, 2022

Jika Nikah Itu Ibadah, Mengapa Angka Perceraian itu Tinggi?

Oleh Agung Kuswantoro

Informasi yang saya dapat per 22 Juli 2022 sejak Januari 2022 sudah ada 2.046 kasus. Bahkan, di Brebes, Jawa Tengah (Brebes) menduduki angka kasus perceraian tertinggi di level nasional sejak November 2021 hingga Januari 2022, tercatat ada 4.358 wanita yang berstatus janda baru. Kemudian, disusul kota Garut dan Majalengka.

 

lalu muncul pertanyaan, mengapa nikah sebagai ibadah itu, ada banyak orang melakukan perceraian?

 

Jawaban saya secara singkat adalah dasar keislaman dan keimanan yang melakukan perceraian itu lemah. Apa pun ibadahnya, tergantung pada niat. Niat harus kuat sebagai dasar dalam ibadah.

 

Ibadah nikah harus ada dukungan ilmu menuju keimanan dan keislaman. Ilmu nikah harus dipahami seseorang yang akan melakukannya. Dimana ada syarat dan rukun nikah, salah satu syarat nikah adalah Islam. Nah, Islam ini harus dipahami dan dipraktekkan. Syarat menikah saja sudah menyebutkan Islam sehingga walaupun ada orang yang menikah itu sudah beragama Islam, namun tetap cerai, berarti kualitas kesilaman (dan keimanan) seseorang tersebut perlu dicek lagi.

 

Mari kita lihat guru kita seperti Gus Mus, Quraisy Shihab, dan Habibie, bagaimana kualitas keimanan dan keislaman mereka? Sehingga berdampak pada kualitas ibadah nikah mereka. Semoga kita bisa meniru dari perbuatan guru kita tersebut dalam menjalankan dan melanggengkan ibadah pernikahan. Amin. []

 

Daftar rujukan:

https://jateng.inews.id/berita/angka-perceraian-di-semarang-meningkat-tajam-sejak-pandemi-covid-19#:~:text=%E2%80%9CAngka%20perceraian%20tahun%202022%20sejak,22%2F7%2F2022).&text=Angka%20ini%20mengalami%20kenaikan%20yang%20tajam%20terhitung%20sejak%20pandemi%20Covid%2D19.

 

https://jateng.inews.id/berita/8-kota-dengan-janda-terbanyak-di-indonesia-2-daerah-ada-di-jateng

 

Semarang, 30 Juli 2022

Ditulis di Rumah jam 04.00 – 04.15 Wib.

• Wednesday, July 27th, 2022

Kajian Arbain Nawawi (27): Keterkaitan Antar Hadis

Oleh Agung Kuswantoro

 

Dalam keterangan kitab Majalisus Saniah ada keterangan: ada keterkaitan hadis ke-11 (tinggalkanlah apa-apa yang kehalalannya meragukan kamu kepada yang tidak meragukan kamu, demi menjaga agama dan kehormatanmu) dengan hadist ke-6 (innal halaala bayyinun wa innal haraama bayyinun). Dengan demikian, antar hadis itu saling menguatkan. Dasarnya tetap hadis sebelumnya (hadis ke-6), kemudian dikuatkan dengan hadis ke-11. Waallahu ‘alam.

 

 

Kajian Arbain Nawawi (28): Melakukan Sesuatu yang Bermanfaat

Oleh Agung Kuswantoro

 

Hadis ke-12 ini berbunyi: “di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat”. Hadis ini merupakan hadis yang termasuk salah satu daripada pokok agama Islam.

 

(Min husni islaamil mar-i tarkuhu maalaa ya’niihi) maknanya adalah sesuatu yang tidak berkaitan dengan perhatiannya. Adapun hal-hal yang berguna bagi manusia itu adalah yang berkaitan dengan kepentingan hidupnya, seperti masalah penghidupan dan keselamatannya di akhirat. Hal ini sedikit bila dibandingkan dengan sesuatu yang tidak berguna baginya.

 

Apabila manusia membatasi dirinya pada hal-hal yang berguna saja sehingga ia akan selamat dari keburukan yang besar. Selamat dari keburukan itu kebaikan yang banyak. Di antara perkataan ulama salaf dahulu adalah: “Barangsiapa mengetahui bahwa perkataannya di akhirat kelak, niscaya akan berkuranglah perkataannya kecuali perkataan yang berguna baginya saja. Dan barangsiapa menanyakan apa yang tidak berguna baginya niscaya ia akan mendengar apa yang tidak menyenangkannya.”

 

Ibnu Abdilbar berkata: “Sabda Nabi ini termasuk kalam jami’ yaitu perkataan ringkas padat umum namun mengandung makna yang luas, yang belum pernah diucapkan oleh seorang pun sebelum beliau.”

 

Sumber: Majalis Saniah

Yogyakarta, 28 Juli 2022

Ditulis di daerah Ambarukmo, jam 05.00-05.15 Wib.

 

• Tuesday, July 26th, 2022

 

Kajian Arbain Nawawi (26): Tinggalkan Sesuatu yang Meragukan
Oleh Agung Kuswantoro

Dalam hadis ke-11 pesan yang disampaikan sangat jelas yaitu tinggalkanlah apa yang meragukanmu. Artinya, pribadi seorang muslim diharapkan mampu meninggalkan yang tidak jelas (haram– termasuk yang samar) dan melakukan yang diperbolehkan/halal. Dengan cara seperti itu muslim itu, akan lebih fokus dalam menjalankan sesuatu yang jelas/tidak ragu. []

Semarang, 18 Juli 2022
Ditulis di Rumah jam 03.10 – 03.15 Wib. more…

• Monday, July 25th, 2022

 

Madrasah di Rumah (5): Pelajaran al– Qur’an
Oleh Agung Kuswantoro

Materi pelajaran al-Qur’an yang saya sampaikan di rumah kali ini adalah al-Qur’an. Mengingat santrinya masih berusia 8 tahun, maka materi yang disampaikan masih berupa dasar-dasar pemahaman tentang al-Qur’an mulai dari: kajian al-Qur’an diturunkan surat Makiyah – Madaniyah, jumlah surat, jumlah ayat, dan jumlah juz, mencari surat tertentu dari total surat di al-Qur’an, dan mencari suatu ayat di al-Qur’an. Setelah itu kami belajar 3 ayat dari surat al-Fatihah. Semoga pembelajaran kali ini bermanfaat. Amin. [].

Semarang, 18 Juli 2022
Ditulis di Rumah jam 02.55 – 03.00 Wib.