• Sunday, November 12th, 2023

Belajar “Diplomasi” Sulhu Hudaibiyah/Perjanjian Hudaibiyah

Oleh Agung Kuswantoro

Adalah sebuah perjanjian yang diadakan di wilayah Hudaibiyah, Mekkah. Terjadi pada tahun 6 M/ Maret 628 M.

Saat itu, kaum Muslimin bermaksud pergi ke Mekah untuk melaksanakan ibadah haji, namun pihak Musyrik Quraish menahan mereka sehingga Rasulullah mengirim utusan kepada Quraish untuk berunding.

Awalnya Rasulullah SAW menunjuk Umar bin Khattab, namun Umar bin Khattab menolaknya. Adapun Umar bin Khattab mengusulkan Usman sebagai penggantinya. Setelah keberangkatan Usman terdengar isu dikalangan muslimin bahwa Usman terbunuh.

Mendengar kabar tersebut, Rasulullah menyeru kepada umat Muslim agar setia kepadanya. Istilah ini dikenal dengan Baiat Ridhwan. Setelah perundingan kedua belah pihak akhirnya muncul kesepakatan perjanjian Hudaibiyah.

Sebagaimana sering dituturkan oleh para sejarawan, keberhasilan yang dicapai Nabi Muhammad Saw di dalam memperkenalkan misinya lebih banyak ditentukan oleh kekuatan dan keunggulan diplomasi Nabi Muhammad Saw, bukan karena kekuatan bala tentaranya.

Rasulullah lebih menonjol sebagai diplomat daripada seorang jenderal perang, meskipun semasa di Madinah, Nabi Muhammad Saw “disuguhi” sejumlah peperangan dan beberapa kali di antaranya beliau memimpin langsung peperangan itu, salah satu contoh keunggulan diplomasi yang dilakukan Nabi Muhammad Saw ialah Perjanjian Hudaibiyah.

Keputusan yang dilakukan Nabi Muhammad Saw dalam perjanjian ini sangat tidak populis. Bahkan sahabat terdekatnya seperti Umar tidak mau menuliskan perjanjian itu, karena bukan hanya tidak adil tetapi juga dianggap melecehkan simbol-simbol akidah Islam.

Ketika dilakukan perundingan gencatan senjata antara umat Islam dan kaum kafir Quraisy, Rasulullah memimpin langsung delegasinya dan dari pihak kafir Quraisy dipimpin seorang diplomat ulung bernama Suhail. Sebagai preambul naskah perjanjian itu, Rasulullah meminta diawali dengan kata: Bismillahirrahmanirrahim, tetapi ditolak oleh Suhail karena kalimat itu asing. Lalu ia mengusulkan kalimat” bismika Allahumma, kalimat yang popular di dalam masyarakat Arab ketika itu.

Sebagai penutup, perjanjian itu diusulkan dengan kata: “Hadza ma qadha ‘alaihi Muhammad Rasulullah“. Perjanjian ini ditetapkan oleh Muhammad Rasulullah. Akan tetapi Suhail kembali menolak kalimat ini dan mengusulkan kalimat: “Hadza ma qudhiya ‘alaihi Muhammad ibn ‘Abdullah“. Perjanjian ini ditetapkan oleh Muhammad putra Abdullah”.

Pencoretan “Basmalah” dan kata ”Rasulullah” membuat para sahabat tersinggung dan menolak perjanjian itu. Namun Rasulullah meminta para sahabatnya untuk menyetujui naskah perjanjian itu.

Konon Rasulullah mengambil alih sendiri penulisan itu karena sahabat tidak ada yang tega mencoret kata Rasulullah yang dianggapnya sebagai salah satu suatu prinsip dasar akidah islam. Kelemahan lain dari segi substansi menurut para sahabat Nabi, terdapat materi yang dinilai tidak adil, karena apabila orang kafir Quraisy yang menyeberang batas di wilayah muslim, Madinah, maka segera dibebaskan dan segera dikembalikan ke Mekah. Sedangkan apabila yang melanggar batas umat Islam maka orangnya ditahan di Mekkah. Materi perjanjian seperti ini pun disetujui oleh Rasul.

Banyak kaum Muslim yang meragukan manfaat perjanjian Hudaibiyah tersebut bagi perjuangan Islam. Di tengah keraguan tersebut turunlah surat al-Fath ayat 1-2: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus”(Qs. Al-Fath[48]: 1-2).

Apabila dilihat sepintas lalu, perjanjia itu memang Nampak tidak adil dan melanggar rambu-rambu akidah, terutama perihal pencoretan kalimat “Bismillah” dan “Rasulullah” yang dianggap prinsipil dalam Islam. Akan tetapi, Nabi tetap menganggap itu batas maksimum yang dapat dilakukan terutama untuk mengatasi jumlah korban jiwa akibat peperangan. Nabi Muhammad Saw tahu apa akibat yang akan dialami umat Islam jika tidak dilakukan gencatan senjata. Nabi Muhammad Saw juga tahu langkah-langkah lebih lanjut yang akan dilakukan.

Para sahabat belum tahu apa arti kebijakan Nabi itu. Seandainya saja Nabi Muhammad Saw hanya sebagai pemimpin Arab biasa, bukan Nabi, maka sudah pasti tidak akan mendapat dukungan kelompoknya. Akan tetapi para sahabatnya tahu, bahwa di samping seorang kepala Negara yang cerdas, Muhammad juga seoang Nabi, sehingga mereka diam dan menurut saja.

Demikianlah hikmah yang dapat kita petik dari kebijakan Nabi Rasulullah dalam perjanjian Hudaibiyah. Diplomasi Nabi menuai kesuksesan yang luar biasa di kemudian hari. Dari semua itu lahir dari kemampuan menahan diri dari meraih keuntungan jangka pendek hari ini, demi keuntungan yang lebih besar di masa depan. Dengan kata lain, dalam menghadapi situasi yang sulit sekalipun hendaknya kit mencontoh sikap dan perilaku Rasulullah yang tidak mudah terbawa emosi, seraya meletakkan pendangan jauh ke depan.

Dan tentu saja dengan tetap memohon pertolongan Allah, sebab jika datang pertolongan Allah maka kemenangan tidak akan bisa dicegah oleh siapa pun. Pada saat itulah orang-orang akan berbondong-bondong memeluk agama Allah, sebagai penegasan dalam surat al-Nasr: “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat” (Qs Al-Nasr [110]: 1-3).

Catatan: Pernah disampaikan saat Jumatan (10 November 2023) di Masjid Al-Iqtishodi FEB UNNES.

Daftar Pustaka:

Kitab Tarih Nurul Yaqin.

Prof. KH. Nasaruddin Umar. 2020. Khutbah-Khutbah Imam Besar. Bandung: Penerbit Pustaka Iman.

• Friday, November 10th, 2023

Fardhu Tayamum
Oleh Agung Kuswantoro

Mengingatkan materi yang lalu, bahwa syarat adalah sesuatu yang ada di luar pekerjaan. Sedangkan rukun atau fardu adalah sesuatu yang ada dalam pekerjaan. Kemarin, sudah berbicara syarat. Sekarang fardu tayamum. Ada 5 fardu tayamum yaitu:

  1. Memindahkan debu. Debu harus dipersiapkan, jangan asal debu. Biasanya, orang mengatakan kalau mau tayamum pergi ke labolatorium atau melihat jendela. Sebenarnya kalimat menyindir, bahwa tempat tersebut kurang terawat. Menurut saya, debu untuk tayamum bukan itu. Kemarin sudah dibahas.
  2. Niat. Niat tayamun adalah nawaitut tayammuna listijabati fardis solati (aku niat tayamum karena diperbolehkan fardu solat). Tayamum untuk mandi besar, otomatis niatnya untuk mandi besar, tidak sebagaimana diatas yang untuk solat.
  3. Mengusap wajah.
  4. Mengusap kedua tangan sampai ke siku.
  5. Tertib diantara dua usapan (wajah dan tangan).

Untuk keterangan mengusap wajah dan tangan, saya kesusahan menuliskan. Namun, sudah saya praktekkan saat kajian. Dimana ada menepuk, debu di tangan tetap ke atas, memutarkan tangan saat di wajah, dan mendahulukan tangan kanan saat membasuh debu saat membasuh kedua tangan (posisi tangan kiri tetap ke atas dengan tujuan debu tidak jatuh ke bawah).

Semoga kita dapat memahami fardu wudhu dengan baik. Belajar untuk memperbaiki diri sendiri. Dakwah untuk mengamalkan diri sendiri, syukur orang lain yang melihat tertarik untuk belajar bersama.

Catatan: Materi pernah disampaikan dalam kajian kitab Safinatunnajah dengan santri kos pesantren Cahaya di Musolla Mbah Karno, Sriging, Patemon pada Selasa, 7 November 2023.

• Thursday, November 09th, 2023

Tayamum
Oleh Agung Kuswantoro

Tayamum adalah bentuk thoharoh atau bersuci. Tayamun dilakukan saat kondisi darurat. Tayamum menggantikan wudhu dan mandi dalam bersuci. Allah mengatakan “jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali ke tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, bertayamumlah dengan tanah yang bersih, sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah” (QS Almaidah [5]:6). Ayat tersebut sebagai dasar hukum dalam bertayamum. Jelas, perbuatan tayamum dilakukan dalam kondisi tertentu, bukan dalam kondisi seperti biasa. Atau aman-aman saja.
Saat ini tidak bisa mengatakan “saya mau tayamum dulu ya” padahal ada air dan ia dalam keadaan sehat. Jelas hal itu, tidak boleh. Oleh karenanya tayamum itu ada sebabnya. Sebab tayamum ada tiga, yaitu :

  1. Tidak ada air.
    Air jelas tidak ada atau stok air sedikit. Air cukup untuk kebutuhan pokok seperti makan dan minum.
  2. Sakit. Bila terkena air bagi orang sakit, akan mengakibatkan parah atas sakit tersebut. Sehingga membahayakan bagi orang tersebut. Hal ini diperbolehkan untuk bertayamum bagi orang tersebut.
  3. Memerlukan air yang ada untuk diminum hewan. Misal ada air, tetapi hewan tersebut kehausan, maka utamakan kebutuhan manusia dulu baru kebutuhan hewan. Jangan sampai hewan tersebut kehausan. Utamakan mahluk Allah terlebih dahulu, baru tayamum.

Dalam fiqih mahluk dibagi dua kategori yaitu mahluk yang dihormati dan tidak dihormati. Mahluk yang tidak dihormati misalnya
a. Orang yang meninggalkan sholat
b. Orang yang berzina muhsan (orang yang bersetubuh dalam nikah yang sah)
c. Orang yang murtad (keluar dari islam)
d. Orang kafir harbi (boleh diperangi, bukan dzimmi)
e. Anjing buas
f. Babi

Semoga kita semua, Insya Allah termasuk mahluk yang dihormati, sehingga dalam keadaan darurat pun kita masih dihormati. Poin (a) jelas sekali, yaitu orang yang meninggalkan sholat menurut kitab ini termasuk mahluk yang tidak dihormati. Wallahu ‘alam

Catatan: Materi pernah disampaikan dalam kajian kitab Safinatunnajah dengan santri kos pesantren Cahaya di Musolla Mbah Karno, Sriging, Patemon pada Selasa, 7 November 2023.

• Thursday, November 09th, 2023

Perkara Haram Bagi yang Berhadas
Oleh Agung Kuswantoro

Bagi orang yang batal wudhunya (materi kemarin) ada perbuatan yang diharamkan. Hal tersebut termasuk hadas kecil. Apa saja yang diharamkan? Ini:

  1. Sholat.
  2. Thowaf.
  3. Menyentuh mushaf (Al-Qur’an).
  4. Membawa mushaf (Al-Qur’an).

Sedangkan bagi orang berhadas besar (junub) diharamkan melakukan perbuatan untuk

  1. Sholat.
  2. Thowaf.
  3. Menyentuh mushaf (Al-Qur’an).
  4. Membaca mushaf (Al-Qur’an).
  5. Berdiam diri di dalam Masjid.
  6. Membaca (Al-Qur’an)..

Bagi perempuan yang haid dan nifas diharamkan melakukan perbuatan:

  1. Sholat.
  2. Thowaf.
  3. Menyentuh mushaf (Al-Qur’an).
  4. Membawa mushaf (Al-Qur’an).
  5. Berdiam diri di dalam Masjid.
  6. Membaca (Al-Qur’an).
  7. Berpuasa.
  8. Ditholak.
  9. Melewati masjid jika khawatir mengotorinya.
  10. Diambil kesenangan anggota tubuhnya antara pusar hingga lutut oleh suaminya.

Catatan: Materi pernah disampaikan dalam kajian kitab Safinatunnajah dengan santri kos pesantren Cahaya di Musolla Mbah Karno, Sriging, Patemon pada Selasa, 7 November 2023.

• Thursday, November 02nd, 2023

Sholat itu Wajib, Wudhu Pun Menjadi Wajib

Oleh Agung Kuswantoro

Sebelum kita mempelajari rukun, syarat, sunah, batal, dan waktu solat, sekarang kita mempelajari sesuatu yang sangat penting dan wajib dilakukan sebelum solat. Yaitu apa? Wudhu. Perlu diingat, basis atas dasar kajian ini adalah sesuatu yang terjadi di lingkungan saya. Dimana waktu itu, jamaah mengingingkan kajian dengan materi solat.

Secara kitab fiqih, materi solat itu berada di bab tengah. Sedangkan di awal adalah bab thoharoh atau bersuci seperti wudhu, tayamum, mandi, dan najis. Sesuai dengan hal tersebut maka penyusunan mataeri dalam buku ini akan mengikuti kaidah tersebut. Hal ini dimaksudkan agar pembaca dapat secara runtut mempelajari perkara-perkara dalam ibadah sesuai dengan referensi kajian fikih yang ada.

Pada Prinsipnya sholat itu adalah wajib. Maka yang perbuatan yang mengiringi juga wajib. Dalam kaidah usul fiqih disebutkan segala sesuatu yang sifatnya wajib, maka perbuatan yang mengiringi menjadi wajib. Misal, mahasiswa ingin menjadi sarjana, maka perbuatan yang mengiringi menjadi sarjana menjadi wajib. Apa itu? Mengerjakan tugas, buat makalah, mencari referensi, menganalisis jurnal ilmiah, dan yang lainnya. Semua perbuatan tersebut pasti wajib.

Tidak ada rumus orang ingin menjadi sarjana, namun tidak pernah mengerjakan tugas dan langsung diwisuda. Itu pasti sarjana bermasalah alias batal sarjana.Demikian juga solat. Solat itu wajib, maka perbuatan yang mengiringinya seperti wudhu itu pasti wajib hukumnya. Tidak ada hukum “solat tanpa wudhu (baca tayamum)”. Jika seseorang melakukan solat tanpa wudhu, jelas batalnya solatnya alias tidak sah solatnya. Karena solat itu wajib, maka wudhu pun menjadi wajib.

Oleh karenanya, mari kita pelajari per pasal demi pasal mengenai wudhu. Jangan asal wudhu, dengan menyiprat-nyiprat air ke tubuh saja, tapi lihatlah kaifiyah atau tata cara berwudhu yang benar. Semoga Allah membimbing kita dalam belajar ini. Amin.

Semarang, 22 Oktober 2023

Catatan: rencana akan disampaikan dalam fiqih Safinatunnajah malam Rabu, 24 Oktober 2023

• Thursday, November 02nd, 2023

Batal Wudhu

Oleh Agung Kuswantoro

Setelah mempelajari bab syarat wudhu, sekarang kita akan belajar bersama tentang batal wudhu. Batal wudhu ada empat yaitu:

  1. Sesuatu yang keluar dari dua lubang depan dan belakang (baca:jalan keluar). Lubang depan adalah alat kelamin, sedangkan lubang belakang adalah dubur. Sesuatu yang keluar seperti angin (kentut), air mani, cacing kremi, atau yang lainnya.
  2. Hilang akal akibat tidur atau terkejut. Terkejut atau kaget termasuk hilang akal.
  3. Bertemunya dua kulit laki-laki dan perempuan dewasa tanpa penutup yang menghalanginya. Laki-laki dan perempuan tersebut sudah pantas menarik lawan jenisnya. Bukan muhrim.
  4. Terakhir, menyentuh kelamin atau dubur laki-laki atau perempuan dengan telapak tangan atau bagian dalam jari-jari tangan sendiri atau orang lain.

            Itulah keempat perkara yang membatalkan wudhu. Semoga kita bisa memahami dan menghindari perbuatan tersebut sehingga wudhu kita tidak batal. Solat pun tenang. Wallahu ‘alam.

Diskusi

Perhatikan posisi duduk seseorang saat tidur. Lebih baik merapatkan pantatnya pada tempat duduk (bumi). Saat sholat jumat atau pengajian, agar aman duduknya merapatkan pantat pada tempat duduk. Tujuannya agar wudhunya tetap terjaga. Jangan duduk dengan pantat yang posisi ke atas, hal ini akan mudah untuk memberi peluang batal wudhu. Wallahu ‘alam.

Semarang, 2 November 2023

Ditulis di Rumah, jam 04.10-04.20 Wib.

Catatan: Materi pernah disampaikan dalam kajian Safinatunnajah di kos pesantren Cahaya, Sringing, Patemon, Gunungpati, Semarang

• Thursday, November 02nd, 2023

Syarat-syarat Wudhu

Oleh Agung Kuswantoro

Kemarin kita sudah membahas tentang fardhu wudhu dan air. Sekarang kita akan belajar syarat-syarat wadhu. Apa saja itu? Berikut:

  1. Harus Islam. Orang kristen atau Budha melakukan wudhu, maka wudhunya tidak sah. Meskipun dia wudhunya khusuk. Ia harus masuk Islam dulu.
  2. Tamyiz. Bahasa dalam kitab ini tamyiz, dimaknai pintar. Indikator anak yang pintar yaitu mandiri dan tanggap. Misal anak tersebut bisa makan dan minum sendiri. Ia dapat membedakan mana yang membahayakan dan bermanfaat.
  3. Suci dari Haid. Semisal ada orang sedang haid, lalu berwudhu maka tidak sah wudhunya.
  4. Suci atau bersih dari segala sesuatu yang menghalangi air sampai ke kulit seperti “pitek” kuku atau “cat” rambut, dan contoh lainnya. Karena air yang digunakan untuk wudhu tidak bisa meresap ke kulit.
  5. Pada anggota wudhu tidak dapat sesuatu yang dapat membuat air berubah, sehingga air tidak lagi suci menyucikan, seperti minyak wangi yang dapat membuat air berubah.
  6. Harus mengetahui kewajiban wudhu. Dasar utamanya adalah wudhu itu wajib sebelum solat. Alquran sudah menerangkan kewajiban wudhu, sebagaimana materi yang sudah disampaikan.
  7. Tidak beranggapan bahwa suatu fardhu dari fardhu-fardhu wudhu itu sunah. Jangan sampai ayat yang kemarin kita kaji, dimana anggota wajib wudhu sudah jelas. Kemudian, dimaknai oleh seseorang menjadi sunah. Jangan sampai seperti itu. Oleh karenanya, mari kita belajar bersama memahami dan berguru pada ahlinya mengenai ayat tersebut.
  8. Air harus suci. Nanti ada pembahasan tentang air. Yang selama ini kita pelajari baru air dua kullah dan sifatnya (bau, rasa, dan warna).
  9. Masuk waktu solat atau perbuatan yang memerlukan wudhu. Saat kita solat, berarti kita wudhu. Saat kita akan baca alquran, berarti kita wudhu. Mengapa? Karena perbuatan tersebut memerlukan wudhu.
  10. Terakhir, harus langsung beruntun. Yaitu dipisahkan antara satu anggota dengan anggota berikutnya. Ini bagi orang yang terus-menerus mengeluarkan hadas seperti meneteskan air “seni”. Wudhunya harus masuk waktunya. Hal ini bertujuan untuk memperkecil hadas-nya.

Demikian, sepuluh syarat wudhu yang harus kita pahami. Sekecil apa pun perbuatan dalam wudhu harus kita perhatikan. Karena Allah sudah mengaturnya. Mari, kita kaji ilmu-ilmu yang belum kita pahami untuk belajar bersama. Wallahu ‘alam bissowab.

Semarang, 2 November 2023

Ditulis di Rumah, jam 03.55-04.10 Wib.

Catatan: Materi pernah disampaikan dalam kajian Safinatunnajah di kos pesantren Cahaya, Sringing, Patemon, Gunungpati, Semarang

• Tuesday, October 31st, 2023

Bagaimana Pembelajaran Kearsipan Yang Menarik?

Oleh Agung Kuswantoro

SMK Bisa! Itulah slogannya sering kita dengar dengan sekolah menengah dalam vokasi ini. Dimana, lulusannya target utamanya adalah bekerja. Bisa juga melanjutkan Perguruan Tinggi.

Menurut saya kompetensi yang dicapai seorang lulusan SMK itu kurang tegas. Mengapa? Bisa kuliah dan kerja. Oleh karenanya, dalam data statistika mahasiswa baru, untuk prodi AP yang paling banyak lulusan SMA, bukan SMK. Mengapa? Karena lulusan SMA itu sangat jelas yaitu melanjutkan Perguruan Tinggi, sehingga berdampak dalam pembelajaran di SMK, khususnya kearsipan.

Pembelajaran kearsipan dalam pengalaman saya itu “ajeg”. Artinya monoton. Dimana monotonnya? Gaya mengajar. Bisa jadi, sangat teoritis. Untuk masuk ke praktis/praktik agak susah karena dibutuhkan sarana prasarana kearsipan. Cara pendekatan agar pembelajaran kearsipan itu kreatif adalah membuat media pembelajaran.

Saya punya pengalaman dalam pembelajaran kearsipan ini, dimana media e-arsip pembelajaran sebagai sarana atau “alat” agar (maha) siswa memahami cara menyimpan arsip dengan benar. Pastinya, dengan kaidah kearsipan.

Dengan cara membuat media pembelajaran ini akan menghasilkan (1) penelitian guru/PTK/penelitian pengembangan; (2) membuat artikel ilmiah bidang pendidikan AP; (3) memiliki hak cipta; (4) menghasilkan buku; (5) membranding – memasarkan – diri akan kemampuan kearsipan; (6) menjadi narasumber dalam bidang kearsipan.

Jika guru kesusahan dalam membuat media pembelajaran, ajaklah orang lain/siswa/ahli/kolaborasi dengan sesama orang yang tertarik dalam bidang kearsipan. Contoh: saya mengajak mahasiswa atau pihak perusahaan “yang mengintai” aktivitas kita.

Dengan cara ini, kita akan berkreasi dengan pembelajaran kearsipan. Insya Allah! Selamat berjuang!

Kudus, 27 Oktober 2023

Ditulis di Rumah Kudus (@home)

Jam 20.00 – 20.15 Wib.

Catatan: disampaikan dalam pelatihan guru di SMK Negeri 1 Kudus, 28 Oktober 2023 dan menjadi guru tamu kelas XI siswa SMK Negeri 1 Kudus.

• Thursday, October 26th, 2023

Air Tandon, Apakah Suci?

Oleh Agung Kuswantoro

Berdasarkan kitab Safinatunnajah bahwa air 2 kullah adalah air yang panjang lebar, dan tinggi memiliki ukuran masing-masing 60 cm3 atau air yang berisikan 245 liter. Jika kita perhatikan air tendon ada yang berukuran 500 liter, maka air tersebut suci. Artinya, air tersebut bisa digunakan untuk mandi (besar) atau berwudhu.

Agar mengetahui mengenai air, mari kita pahami mengenai air. Air terbagi dalam 2 macam. Air sedikit dan air banyak.

  1. Air sedikit ialah air yang belum mencapai dua kullah.
  2. Air banyak alah air yang sudah mencapai dua kullah (= 60 cm3 atau 245 liter).

Air sedikit jika kejatuhan najis, dihukumi air mutanajis, sekalipun tidak berubah. Sedangkan air banyak, jika kejatuhan najis tidak dihukumi air mutanajis kecuali bila berubah rasa, warna, atau baunya. Wa Allahu ‘alam.

Semarang, 25 Oktober 2023

Ditulis di Rumah, jam 05.00-05.12 Wib.

Wajib Mandi

Yang mewajibkan mandi ada enam:

  1. Memasukkan hasyafah ke dalam farji
  2. Keluar sperma (mani)
  3. Haid
  4. Nifas
  5. Melahirkan, dan
  6. Meninggal

Semarang, 25 Oktober 2023

Ditulis di Rumah, jam 05.13-05.15 Wib.

Fardhu Mandi Jinabat

Fardhu mandi ada 2 yaitu:

  1. Niat
  2. Meratakan air ke seluruh badan

Semarang, 25 Oktober 2023

Ditulis di Rumah, jam 05.15-05.17 Wib.

Catatan: Materi saat kajian Safinatunnajah pada pertemuan, Selasa (23 Oktober 2023)

• Sunday, October 22nd, 2023

“Sing Ikhlas, Gus!”
Oleh Agung Kuswantoro

“Sing Ikhlas, Gus!” adalah kalimat yang terekam dalam otak dan hati saya hingga kini. Kalimat tersebut sering disebutkan sejak tahun 1995 – 2001. Dimana, pada tahun tersebut saya sedang menimba ilmu (agama) di madrasah Salafiyah Kauman Pemalang.

Siapakah yang mengucapkan kalimat tersebut? Kiai Abdullah Sidiq, Kiai yang mengajarkan saya banyak ilmu agama mulai dari: tafsir, hadist, ‘ilal irob, dan ilmu lainnya.

Waktu mendengarkan kalimat tersebut, saya tidak memahami maksud dari kalimat tersebut. Saya hanya diam saja. Tanpa menanyakan balik kepada Kiai Abdullah Sidiq.

Setelah tahunan lulus madrasah dari Salafiyah Kauman Pemalang dan seiringnya berjalannya waktu, saya sedikit-sedikit memahami kalimat yang diucapkan oleh Kiai Abdullah Sidiq.

Ikhlas dalam menjalani sebuah kehidupan. Antara tahun 1996 – 2001, bukanlah hal yang mudah untuk belajar agama. Dimana, jam 14.00 – 17.00 Wib dilakukan pembelajaran madrasah Salafiyah Kauman Pemalang. Tahu sendirilah. Itu jam krusial, dimana ada: panas, ngantuk, lapar, les, istirahat, dan aktivitas lainnya.

Namun, bagi santri Salafiyah pada jam tersebut dilakukan untuk menimba ilmu, sehingga kiai Abdullah Sidiq pernah menyampaikan kepada santrinya: “esuk mangan padung, sore mangan dupan”, artinya: pagi duduk di meja sekolah umum, sore duduk di meja madrasah (sekolah agama).

Disitulah letak “keikhlasan” santri dalam berjuang mencari ilmu. Semuanya butuh proses. Bahkan dalam agama, tidak cukup dibutuhkan fisik yang lelah, tetapi hati yang lapang. Mengapa? Karena, jika mencari ilmu itu, ada unsur dunia, maka kerugian yang didapatkan. Namun, dalam mencari ilmu itu diniatkan unsur ukhrowi, maka kebahagiaan batin yang diperoleh.

Demikian pula, dalam kehidupan bahwa unsur akhirat harus dituju. Karena, jika mementingkan unsur dunia, maka yang diperoleh adalah kekecewaan. Itulah makna “ikhlas” yang sering disampaikan oleh Kiai Abdullah Sidiq kepada saya. Saya memaknainya seperti itu.

Terima kasih Kiai Abdullah Sidiq atas nasihatnya. Mohon maaf saya bersikap diam saat kiai Abdullah Sidiq menyampaikannya. Ternyata maknanya sangat dalam. Hanya Alfatihah dan doa sebagai ucapan terima kasih yang bisa menghantarkan ke alam kubur yang terang. Terima kasih pula kepada keluarga Salafiyah Kauman Pemalang atas ilmu yang telah diberikan kepada saya dan santri.

Selamat Hari Santri!

Semarang, 21 Oktober 2023
Ditulis di Rumah jam 14.10 – 14.25 Wib.